A MAN IN A TUXEDO
ra, asisten Vincent. Pria bertubuh tinggi itu mengantarkannya ke kamar yang akan
Dokter Stela," ucap Candra setelah
p Stela, "nama ka
Maaf tadi belum memperkenalkan diri dengan baik. Nama s
ristela Indira. Pakai bahasa non formal aja. Rasanya
a Candra selisih dua tahun
Baiklah, Stela. Kalau mau istirahat, si
edikit tubuh, bersiap be
nggil Stela menghen
n melihat ke arah Stela. "A
t di mana?"
Vincent?" Candra
kepala dengan cepat,
emicingkan mata dan memukul pelan bib
elak seperti ini. Mata sipitnya semakin membentuk sudut tegas dan bibir
tunggu di sini. Kebetulan
rukuran besar itu. Jauh lebih luas dari kamar kos-kosannya. Sebuah kasur berukuran queen terlihat begitu empuk berada di
i sekarang, Stela? Bukannya mau ketemu sama
h meletakkan koper. Stela segera menghampir
erdiri di depan Candra sambi
eperti anak-anak. Dia kemudian melangkahkan kaki menuju l
Stela setelah menyesuaikan p
epat dibanding Candra yang berja
mu Pak
meng
andal dan penyayang.
at kenangan sebel
ngatan yang utuh hanya sampai k
lu tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Vincent." Stela diam sesaat. "Sorry
as mengangguk dengan k
dengan Pak Vincent." Candra membuka pintu penghu
ermukaan taman belakang. Tidak ada tumbuhan lain di sana, selain pohon cemara berukuran sedang. Satu set bangku taman lengkap de
menunjuk ke arah seorang pria ya
s berwarna krem dengan bawahan celana katun di bawah lutut. Dia
Pak," sa
ita bertubuh kecil dengan tinggi 155 centimeter, lebih pendek darinya hampir satu penggaris yang digunak
ng miliknya memperhatikan Stela dengan teliti. Bag
baru yang akan membantu Bapak," jelas Candr
ap Vincent sambil mengulurk
e
. Sorot mata yang begitu memikat, mampu membuat hati gadis manapun bergetar. Tak hanya netranya
mbut uluran tangan Vincent sambil tersenyum, mencob
. Aduh ini jantung kenapa nggak mau diam? ujar St
Stela?" risik
," balas Stela kembali
ng mancung dan memiliki rahang bawah yang tegas dengan sedikit belahan di dag
n dengan kamar Bapak. Saya akan memberikan tanda di pint
kan kepala, kembal
ndatangani sudah ada,
kas, Pak. Besok tim aka
hut Vince
h dan ekspresi Vincent. Dia ingin mempelajari sejauh mana pria itu mengingat
aya akan mengantarkan Dokter Stela kembali ke kamar
h Candra. Dia menatap lurus ke depan memperhatikan kola
gar ikut dengannya ke dalam rumah. Ga
haan?" Stela bertanya unt
sebelum kejadian itu, kecuali ...." Can
?" tanya Ste
ngkah lalu berdiri
lunjuk ke lantai dua.
i samping kiri kamar Vincent. Terlihat sebuah ruangan berukuran besar. Satu set meja kerja terletak di sudut ka
kan tangan ke arah sofa, mempersilakan Stela d
sofa panjang berwarna abu-abu denga
kejadian, kecuali tentang calon istrinya.
ing dengan menyipitka
, lantas menumpukan ke
iliki seorang kekasih dan hampir saja m
ntang calon istri?" Stela berpikir beberapa saat sambil menepuk p
h calon istrinya sebelum memukul kepala Pak Vincent dengan bes
ambu