Love Escape
s mempersiapkan diri untuk acara malam nanti. Menjelang tengah hari, Ghena sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dia memeriksa hasil kerja
menanyakan kabarnya. Ghena lupa, dia langsung mematikan hapenya setelah tahu Rosi sudah kembali den
gue mau lanjut nulis setelah lo sampe
Rosi bertanya. Hal itu lebih ampuh untuk meredam omelan Ros
o gimana?
bangga, "baru aja gue kir
lo punya banyak waktu buat si
cewek bakalan ngerasain hal begin
nunggui si Bastian. Kalau gue mah beda kasusnya. Gue yang nodong si Reza buat ngelamar gue.
ya, Ros! Biar nggak perl
ing sekarang penantia
gitu, Ros. Kalau Bastian masi
mpai kapan lo nungguin orang yang nggak ngehargain lo," jawab Rosi ketus, "dengar, ya, Ghe! Lo itu berharga. Lo ce
. Lo emang sahab
-satunya orang yang mau
lo ngga
nya. Ghena pun segera menyantap makan siangnya yang tadi diantar kurir. Ghena yang g
30 sore. Dia paling senang bermain dengan matanya. Gadis itu menyapukan eye shadow berwarna peach, lalu membingkainya dengan eye liner. Untuk alis, dia tidak membutuhkan bany
egar dan tak berlebihan. Untuk menyempurnakan penampilannya sulung da
n dan sepatunya. Dia saja kaget dengan penampilannya, apalagi Bastian?
arinya. Gadis itu berjalan perlahan. Dia tidak ingin terjungkal saat mengenakan sepatu yang bisa menambah ti
Bastian benar-benar terkejut dengan penampilan Ghena yang tampak modis dan feminim malam ini. Reaksi yang di
Ghena adalah sepasang kekasih yang sudah belasan tahun menjalin hubungan. Harusnya, Ghena curiga dengan sikap Bastian yang aneh, tapi gadis itu bahkan tidak memperhat
t perbelanjaan di kawasan Permata Hijau. Sejak Bastian naik jabatan menjadi manajer,
ati, Ghena berterima kasih pada Rosi yang memaksanya membeli dan mengenakan b
ari jadi ke-15 pun tidak keluar dari mulutnya. Ghena mengira kekasihnya me
ena sangat menyukai menu itu dan selalu memilihnya setiap kali mengunjungi tepat ini. Namun, Makan malam mereka tampak lebih sep
n puding mangga. Ghena baru mencungkil pinggiran hidangan penutup
omong seriu
meng
membuatmu senang dan menginga
n Bastian. Dia meletakkan sendok di pinggir piring kecil, lalu meletakkan tang
empuan yang berarti buatku. Kamu nggak
a intinya. Dia tidak memerlukan rangkaian kata manis, k
juga tidak punya pilihan. Mama dan Papa sud
mengembang. Dia pun menarik tangan kirinya dar
hena. "Kamu ... nggak dengar ap
na memberi isyarat dengan tangannya, agar Bast
kan sama kamu. Aku dijodohkan oleh ora
hena memandangi tangannya yang terangkat di udara dan tidak bersambut, lalu menar
ita yang ke-15?" Bastian menggeleng. "Kamu juga nggak akan melamar aku
uh wajah Ghena, tapi gad
rap bisa mengenalkan kamu ke orang tuaku. Lima belas tahun kamu selalu bilang belum siap dan minta aku buat nunggu. Lima
tapi aku nggak bis
maaf, kamu bisa balikin semua waktu yang aku sia-siain untuk
di depan laki-laki brengsek. Ghena bangkit, mengenakan pashmina untuk menutupi bahunya, lalu meng
an mendarat dengan telak di pipi Bastian.
nggu aku di parkiran, aku
besar, apalagi harus bersamanya di dalam mobil. Ghena bergegas keluar restoran da
sampai di situ. Taksi Ghena terjebak macet, tapi Bastian tidak berusaha mencegahnya pergi. Anehnya, Ghena benar-benar