Teman Tidur CEO Kejam
melati, Mera mendengar Lowis dengan wajah memerah karena amarah. Ucapannya keras dan
n yang lebih cantik dan sempurna dari Beatrice," tolaknya
ba membujuk ibunya menggunakan kata-kata yang ia tahu akan
atkan tujuan utama mama, yaitu keuntungan besar dari apa yang Gever janjikan pada kita. Kita tidak
lum ia bisa menanggapi, Lowis melanjutkan dengan nada yang lebih halus dan
k, Ma. Ini semua untuk menghancurkan Tyson. Dia tidak pernah bersikap baik pada mama, dan sekarang lihat bagaimana dia memperlakukan Beatrice lebih dari se
kata-kata Lowis, matanya menunjukkan ia mulai terpengaruh. Lowis yang menyadari
masih terdengar enggan. "Lalu apa rencanamu sekarang?" ta
nkan, ia berkata, "Jika mama mengizinkan, tolong percepat pernikahan ini. Mama bisa minta izin
lai merancang langkah-langkah untuk memastikan semuanya berjalan sesuai dengan ambisi keluarganya. Seme
*
apa file di mejanya. Tumpukan dokumen itu ia susun dengan hati-hati sebelum ia berencana menyerahkannya kepada Tyson untuk dipe
l di sana, membuat alisnya sedikit terangkat. Sebelum ia sempat meraih ponsel itu, Heza y
itu sudah menjadi haknya. Matanya menyipit tajam, bibirnya mengerucut dengan ekspresi geram. "Pria sampah seperti dia ke
tatapan penuh tekad. "Kalau perlu, aku bisa menghajarnya untukmu. Ti
lan. Ia menggelengkan kepala dengan lembut, menatap Heza dengan mata penuh kesabaran. "Tidak perl
erti dia tidak pantas mendapatkan perhatianmu, apalagi menghubungimu," g
kirkan, ya," katanya sambil melanjutkan pekerjaannya, meninggalkan Heza yang masih menggerutu kecil, Beatrice
disk dengan kedua tangannya. "Tuan, ini flashdisk yang Anda minta. Semua file yang Anda butuhkan sudah saya rapikan berdasarkan tanggal dan waktu, dari tahun ke
apa pun, matanya tetap terpaku pada layar kompute
mperlihatkan Mera yang masuk dengan senyum lebar dan beberapa paper bag di tangannya. Beat
kemari?" tanya Beatri
adiah dari Lowis. Aku hanya bertugas untuk memberikannya pada
tapan heran. Hal itu akhirnya menarik perhatian Tyson, yang sejak tadi hanya diam. Ia
a begitu banyak sekali?" tany
aja," jawab Mera dengan santai, membuat Beatrice
inum kopi, Nyonya?"
uat Beatrice langsung kel
yandarkan punggungnya di kursi dengan gerakan l
engannya. Dengan senyum yang tak pudar, ia berkata, "Apa boleh
sa-basi menjawab, "Tidak boleh. Dia se
ra dengannya nanti malam, setelah ia selesai dengan pekerjaannya," katanya, menatap Ty
a denganmu. Dan untuk hari ini hingga satu minggu ke depan, dia akan sepenuhnya berada di
eolah-olah menikmati setiap nada ketegasan Tyson. Ia menyela deng
son dengan penuh arti sebelum melanjutka
ada saat itu, Beatrice, yang hendak masuk dengan membawa nampan berisi secangkir kopi, langsung berhenti di de
ehidupannya sendiri. Termasuk memutuskan tentang hidupnya. Jadi, meskipun kamu mengatur dia sekeras apa pun, meskipun kamu memim
dari amarahnya. Suaranya terkontrol, namun jelas mengandung ancaman saat ia membalas, "Kau salah besar.
jantungnya berdebar kencang. Jemarinya mencengkeram erat sisi nampan cokelat yang ia bawa, seolah mencari pegangan untuk menenang
dalam hatinya, suara itu menggaung
sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah hati-hati. Ia mengatur ek
eatrice dengan nada sopan, meny
dengan anggun. Ia menghirup aroma kopi yang hangat
sai dengan pekerjaanmu?" tanya Mera tanpa memedulikan peringatan tegas Tyson tadi. T
tetap mengangguk dengan sopan, memberikan senyum ma
ya, memicingkan mata pada Beatrice, ta
," katanya dengan nada santai. Namun, sebelum pergi, Mera sengaja mendekati Beatrice sedikit lebih d
an cangkir kopi Mera dan membawa paper bag hadiah yang sebelumnya diberikan p
nuh ironi. Sebuah senyum getir terbit di wajahnya. "Dasar perempuan keras kep
nar-benar mengiyakan permintaan Mera, meskipun ia sudah dengan jelas melarangnya. Perasaan kesa
*
n. Wajahnya tetap tenang meski ada sedikit kelelahan yang terlihat dari rautnya. Ia
n, berdiri dengan posisi tegak di depan meja kerja Tyson. "Apa Anda mas
an. Bolpoin masih ada di tangannya, matanya tajam menatap Beatr
sebelum mengantarku ke rumah lebih dulu," ucapnya dingin, tanpa nada kompromi. Tyson
enelan salivanya perlahan, mengepalkan tangan erat-erat di sisi tubuhnya, mencoba menahan emosi yang me
ngkat kepalanya sekali lagi. "Kenapa? Kau tidak dengar ucapanku?" tanya
k kecil, kemudian berjalan menuju sofa yang ditunjukkan Tyson. Tubuhnya kaku, dan setiap langkahnya terasa berat
dak meledak di tempat itu, memilih untuk tetap diam dan menunggu hing
pekerjaannya, Tyson mengangkat kepalanya hingga tatapannya
rkasnya, menyambar jasnya
tubuh Beatrice lalu mengangkat tubuh
ege, asisten sekal
rtidur?" gumam Zege heran s
an terus berjalan
nya Tyson dingin dengan memper
beberapa pengawal kuminta untuk tetap di sana dan memantau. Karena kapal itu bukan untuk parawisata atau turis, atau apapun itu, hanya kosong
nya, ia terlihat sedikit menyipitkan tatapannya kala B
an pintu untuk Tyson l
inya besok atau lusa, jika perlu kata tuan untuk tidak menemuinya sam
seraya menatap mobil Tyson
menyerah, sebelum aku bisa menghancurkanmu, aku t