Membalas Pengkhianatan Suami & Sahabatku
engan laki-laki yang menjabat tangan Mas Rez
habis pikir apa yang ter
aat penghakimanku telah tiba. Ganjalan yang
Mama. Lihat kan sekarang kena
a aku terlalu mencintainya, Papa akhirnya mengalah. Tapi sekarang aku bertanya-tanya, ap
mang berkat bantuan Papa. Tanpa koneksi beliau, mungkin sekarang dia hanya karyawan pabrik yang gajinya
tuk melamar kamu pun, Papa yang harus memaksa dia. Kamu terlalu dibutakan oleh cinta, nggak
ut, tapi Papa langsung menyela d
tu?!" Papa mendengus kesal, merasa perjuangannya s
a skill di bagian marketing. Manfaatin tampang doang nggak ada gunanya, Na!" Papa berdiri, berkacak pinggang sebelum mel
diam. Rasanya seperti dibekap rasa
a nggak bener. Kirim barang kok cuma dibungkus ala kadarnya. Alasannya buru-buru. Itu konyol, Na! Mereka
terlalu percaya pada Mas Reza dan Joyce. Mereka adalah dua orang terdekat yan
ang beberapa kali, dan aku semakin merasa takut.
a sekarang, semua atas nama Reza?" Papa akhi
ngguk lemah. Memang
uta, tapi juga jadi bodoh, ya!" Papa meraup wajah,
adi gelandangan nantinya!" Pria lima puluhan itu merai
ang kini sudah mencengkeram lenganku
yo
ketegasannya, memaksaku mengikuti langkahnya. Bahkan, tak
aku putri semata wayangnya, tetap saja beliau akan me
k perlu ba
engan kendaraan lainnya. Terik matahari semakin membu
sebuah gedung pencakar langit yang tampak megah. Bel
uki gedung ini. Seorang resepsionis membungkuk
setelah menerima id card khusus pengun
ah membuat janji sebelumnya?" Si wanita berpakaia
ang saya menunggu
an, Bapak dan Ibu bisa menunggu di sana." Resepsionis itu
epannya. Tanpa perlu diperintah olehnya, aku sudah menempati satu sudutnya. Entah apa yang
i hakmu, harus kamu dapatkan. Kita minta bantuan F
duli. Menit-menit berikutnya nasihat Papa kembali menyapa
berceramah. Emosinya sedikit mereda
skara. Ada yang
angkat kepala. Tatap mata kami bertemu di titik yang sama
depanku. Mulutnya terbuka, tapi tak bersuara. Susunan kata yang ada di kepalanya
kedip, tatapan penuh kerinduan. Sebagai seorang wanita dewasa, aku
abar,
enyentuh hidung seperti kebiasaannya saat gugup dan itu sukses memb
ku menghadapi dia yang pernah