Dijodohkan dengan Mantan
begitu riuh di lapangan basket outdoor sekolah. Tak mau ketinggalan seorang gadis berkepang dua dan berkacamata tebal. Berlari dari aula sekolah menuj
ekan-rekannya satu angkatan. Mereka tampak berkumpul dan men
k menghiraukan tatapan orang-orang yang menatapnya sinis. Sebab, ia pun ingin menyampaikan ucapan yang sama pada lelaki tampan yang sudah
berlari mendekat lalu mengurai pelukan mereka berdua. "Mengapa kau memeluk pac
awa lepas. Tak terkecuali Me
mu untuk mengerjakan semua tugas sekolah dan lembar ujianku. Sekarang aku sudah mendapatkan ni
aksudn
mau putus sama kamu. Karena kamu sudah tidak dibutuhkannya lagi," kata g
si gadis kutu buku
selesai. Makanya, jangan jadi pungguk merindukan bulan," cibir sal
a bercanda, kan?" Melvin tersen
npa beban. Padahal di depannya ada hati yang ia kecewakan. Semua orang pun ikut tertawa puas. Hanya Kaira yang meneteskan air m
nannya. Ia segera meletakkan foto saat kelulusan SMA-nya di samping foto
a,
ri duduknya lalu berjalan mendekati sang Nenek yang berdiri diambang pintu. "Wah. Kamu terlih
nek bis
restasimu," tambah Nenek sambil menoleh ke arah gambar wisuda Kaira tadi. Kai
ereka pasti bisa melihatny
ta sampai malah acaranya sudah selesai." Kaira m
an pesta pernikahan pasangan anak pejabat. Seorang doorman membukakan pintu untuk Nenek dan Kaira tur
emang milik cucu teman Nenek. Sehingga tak heran jika Nenek langsung si
, kamu cantik sekali," pu
iversity lho!" sahut Nenek sombong, yang membuat Ka
gumam Kai
bener kok." Nenek
, Kaira! Kamu benar-benar gadis yang sempurna. Kelak sua
kasih,
alur prestasi ya! Wah. Hebat sekali, anak saya saja ditolak karena nilainya kura
dari teman-teman Nenek semakin banyak berkumpul dan terus menyan
cepat sambil sesekali menoleh ke arah kerumunan neneknya tadi. Kaira tak mengindahkan orang yang berada di sekitarnya. Hingga tak sengaj
Matanya terbelalak melih
caya, tapi dengan senyuman khas di bibir. Ka
unia ini. Kenapa aku harus bertemu
guntit ku seperti dulu. Tapi, dandananmu sekarang boleh juga."
ih dulu. Sudah pasti aku memilih untuk tidak pergi ke tempat sialan ini," kata Kaira. Ia meraih gelas berisi soda di atas meja samping
dangannya. Ia malah melihat Melvin yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki. Tak ada aneh dari sikap mereka, tapi saat
ah perbincangannya dengan lelaki itu selesai. Melvin berdiri di sudut ruangan hendak menikma
n minu