Cinta & Pengorbanan Alya
harapan itu sudah hampir menjadi legenda. Wajah ibunya kini memancarkan keteduhan yang berbeda; kulitnya yang dulu cerah kini tampak pucat, dan mata yang dulu tajam kini tampak
i di pasar. Bunga itu berwarna cerah, seolah menantang kesuraman ruangan itu. Namun, senyum Alya terpaksa, seperti selalu
ergetar seperti daun yang ditiup angin. "Ki
rhatian, masuk membawa troli berisi peralatan medis. Alya menatapnya sejenak, seolah berharap dari wajah perawat itu, a
mengungkapkan diagnosa itu, dan setiap hari, Alya merasakan beban yang semakin berat. Kartika membutuhkan transplantasi organ yang biayanya luar biasa mahal. Tidak hanya itu, donor yang cocok u
bisa datang. Di benaknya, ibunya selalu menjadi wanita yang penuh semangat, penuh kasih, sosok yang tak pernah sekalipun mengeluh tentang hidup yang keras. Kartika, seorang ibu tunggal y
emah, berhasil menggetarkan hati Al
yang,
lembutan jari-jarinya semakin hilang, setiap genggaman terasa seperti p
aha muda yang memiliki segalanya, kecuali mungkin kebahagiaan sejati. Wajahnya yang tampan itu seperti terbuat dari batu, namun ada
gkiri. Niko, pria yang hanya pernah dia dengar namanya di berita atau di lobi rumah sa
bicara," katanya, suaran
am dari yang ia maksudkan. Dia tahu ini mungkin tidak adil,
angkan dirinya. "Aku tahu situasi ibu kam
di sekelilingnya. Dia menatap pria itu, mencoba membaca ekspresi di wajah
rak di antara mereka semakin sempit. "Aku ingin kamu menjad
ngin menembus kulitnya, menjalar ke dalam otaknya, memaksanya mencerna kenyataan yang begitu sulp untuk menyelamatkan ibu kamu," jawab Niko, menatapnya
penuh pertanyaan. Ingin rasanya Alya berteriak, mengatakan bahwa semua ini gila, bahwa hidup tidak seharusnya dip
bukan?" Alya berkata, suarany
enyum. "Kamu tak perlu menjawab sekarang. Tapi ingat, ini bukan hanya unt
ong ke arah pintu yang tertutup rapat. Di luar sana, hidup t