Cinta & Pengorbanan Alya
ak pernah benar-benar mereka miliki. Udara pagi yang segar berbaur dengan bau antiseptik dan riuh rendah suara pengunjung yang hilir-mudik. Alya menatap langit yang masih kelabu, s
gat setiap kata yang diucapkan Niko, yang seolah-olah mengalir dalam darahnya, membekas di dalam jiwa. "Aku bisa membantu," kata pria itu, suaranya serak namun penuh ma
ekspresinya serius, dan mata yang tajam seolah bisa menembus rahasia terdalam Alya. Niko. Pria yang tampaknya memiliki seg
gi, Niko?" suaranya sedikit lebih tegas dari yang ia maksudkan, tapi h
butnya mengandung urgensi yang sulit disembunyikan. Ia duduk di kursi di hadapan Alya, da
hingga sesak. "Aku tidak tahu harus bagaimana, Niko. Ibu aku... dia... dia sudah hampir kehilangan segala
. Aku tahu ini sulit. Tapi lihatlah, ibumu sudah berjuang begitu keras. In
padaku? Aku... aku bukan hanya ibu pengganti. Aku juga manusia, Niko.
gabaikan kenyataan bahwa apa yang aku minta darimu tidak mudah. Tapi aku... aku juga
an singkat dari dokter. Matanya membulat saat membaca kalimat yang membuat darahn
Niko segera berdiri mengikuti langkahnya,
emas, namun dia memaksa dirinya untuk berjalan. Rasa takut yang mendalam menguasai tubuhnya,
a terdengar lemah, seolah setiap helaan nafas adalah usaha terakhir untuk tetap bertahan. Alya duduk di sampingnya, mere
inggalkan aku, Ma..." Alya berkata, suaranya terputus-putus,
perti ingin menyampaikan pesan terakhir, ia meremas tangan Alya sekali lagi sebelum ak
rgian Kartika meninggalkan kekosongan yang tak bisa diisi dengan apa pun. Dan dalam kebisuan itu, Alya merasakan sebuah kebenaran pahit-b