Liang Hangat Sang Penari
ng di atas meja makan. Seperti kemarin, ia
alu. Ia bahkan masih belum lupa rasanya. Aroma amis serasa memenu
idak berselera m
g akan kelewat memuja setiap inci bukit ranumnya dan kulit mulusnya. Padahal Lisna sudah membayangkan, Budi
di sana. Padahal, ia sempat melihat Budi terkagum-kagum melihat aksinya di ti
udi hanya memperlakuk
agaimana. Janji Tante Shinta padany
era berhenti da
mencarikan pria kaya yang akan
mencari celah kesalahannya, seharusnya ia me
ebih sulit dari
nak-jinak merpati, tetapi kemarin Budi benar-benar memperlak
berusaha mempelajari pria it
," ucapan Tante Shinta barusan membuat kedua mata Lisna membelalak lebar
aya gagal, Bian pake cewek lain Tan
mpatan kamu. Tapi kalau Budi n
rik kursi dan dud
aya aja yang
hinta berkerut dan Lis
Shinta mengulan
omongan dia salah. Saya m
pu," tukas Tant
buang waktu, mending kamu ambil yang lain. Masih banyak yang m
a takluka
nti. Kemungkinan juga gagal. It's oke. Terima aja u
belum
rak.Seharusnya kamu udah bisa pengaruhin dia buat tanda tangan kontrak. Harusnya de
h Tante bakal bernasib sama
l nanti siang. Kalo kamu gagal, Budi aku lepas
sa menatap mej
atap tajam kedua matanya, seolah menya
Cuma, saya ju
duit, ya udah kita lepas aja. Nggak usah sabar-sabar. Masih
ribadi
as Budi. Inget, dia itu cuma pria yang m
ak kebawa
yang aneh-aneh. Tugas kamu Cuma ngerayu dan buj
Namun ia tidak pernah menyangka, kisahnya dengan
kah kejadian tempo har
wati batas atauka
n asistennya itu tidak mengatakan apa-apa kepadanya selain mengirim pes
i liarnya di sofa yang berlanjut ke kamar hotel. Budi menggeleng pelan ket
hinta di lounge hotel berbintang yang tidak jauh dari kantornya. Budi s
Bener-bener macet di luar sana." S
saat mendapati piringnya yang sudah kosong. Ia memang tidak ber
uan." Shinta tersenyum basa-
aja Bu Shinta. Saya nggak minat sama wanita yang kemarin ibu tawarkan. Saya nggak tertarik sama cewek itu. Jadi mulai sekarang,
Pak." Shinta t
sna kemarin kurang memuaskan bapak...? At
dengan yang saya katakan
itu saya mohon maaf atas sikap lancang saya. Benar-benar saya m
ingin merespon dengan ungkapan basa-basi. I
lagi. Saya pamit undur diri. Sekali lagi saya mohon maaf. Terima kasih
dah menyelesaikan tagihannya dan berada lebih lama
arik atensinya. Ia terkejut saat melihat Lisna, muncul dalam balutan dress nuans
u. Ia tidak menemukan Shinta. Apa perkataannya
sna. Kali ini tanpa
erasaan canggung sekaligus malu menyelinap, saat
berharap semua
inta. Tapi keputusan saya mendatangi meja Pak B
sekilas bibir merah Lisna dengan tatapannya. Bahkan di si
isa dipertim
any
san Pak
kamu? Kamu C
terk
usan saya?" Budi melirik sejenak payudara mu
aca oleh Lisna. Senyuman
u tahu siapa saya?" Lisn
?" Budi menatap heran
akan mengijinkan Pak Bu
Ia sungguh tidak mengerti pernyataa
k waktu itu kan?" Lisna mencondon
ya yang tentu saja menim
si di mulut saya lagi. Sodok yang dalem
tu nyata? Jadi kenangan bibir merah yang men
a frustasi. Ia sudah buka c
a pria seperti apa Budi. Secara mengejutkan, Budi jauh berbeda d
ar serampangan dan egois
apannya menga
i sisi emosional, pria itu sudah sangat tercukupi. Ak
ng. Ia juga yakin, malam itu Budi sedang mengeluarkan sisi liar dalam diri yang selama ini
lum lupa rasanya saat jemari Budi meremas kasar rambutn
Bapak menyesal?" Lisna mengeje
ertarik sama kamu."
Budi terlihat menelan ludah sebelum berusaha tidak melihat
dengan frustasi. Jantungnya berlarian dan tangannya mulai gemetar
sedang berusaha menahannya mati-matian. Sama persis
yang menarik. Akan tetapi ia tidak bisa melihat dirinya seperti itu. Ia tidak b
ha menjaga dirinya karena
us segera memperbaiki kesalahannya sekaligus mempertebal dinding per