TITIK PENGKHIANATAN
olah jaring ketidakpastian yang melingkupi hubungan mereka semakin kencang. Setiap kali Dika pu
ku harus memberitahumu sesuatu," katanya, menatap Rina dalam-dalam. "
nya berdebar kencang.
ta sedang menghadapi presentasi penting, dan aku perlu
yembunyikan nada khawatir dalam suaranya. "Apa kamu
ku. Dan aku benar-benar tidak bisa melakukannya tanpa keh
a bergetar. "Kapan
awab. "Tapi aku akan me
dirinya, ketidakpastian menggerogoti. "
us berputar. Dia teringat pertemuan di kafe, melihat Dika dan Gita tertawa. Ketika dia melihatnya lagi, kera
a, Mira. Melihat ekspresi Rina yang cemas, Mira berta
selama seminggu. Aku merasa
kamu tanya dia lebih dalam? Mungkin
ara yang membuatku merasa bodoh. Dia bilang Gita tidak leb
teman-teman di kantornya. Mungkin mereka tahu lebih banyak te
g tidak dia inginkan. "Tapi itu terasa salah, bukan? Aku tida
Kamu hanya ingin tahu kebenarannya. Jika ada yang tidak beres,
ogoti. Namun, kecurigaan yang tak terjawab membuatnya terobsesi. "Baiklah, mun
engan cermat. Dengan penuh perhatian, dia membuka akun media sosial Gita dan mulai mencari tahu lebih banyak ten
n, tetapi semua itu sia-sia. Malam itu, dia duduk di depan laptop, membandingkan setiap gambar yang dia lihat. Dalam se
on, tetapi percakapan mereka terasa datar dan tidak memuaskan. Rina merasa
a?" tanya Rina dalam sa
rjalan lancar," Dika menjawab, suaranya te
kipun sebenarnya tidak. Setiap detik
berapa rekan Dika di kafe tadi. Mereka bilang Gita sangat dekat dengan
gaannya semakin meningkat. "Apa maksudmu dekat?
alah satu dari mereka bahkan bilang Gita tampak sangat
ebih jauh terasa semakin mendesak. "Mira, aku harus tahu keb
elakukannya, Rina. Jangan ragu. Jika mema
s melangkah lebih jauh. Rasa cemas yang menggerogoti hatinya kini beruba
sendiri apakah Gita benar-benar seakrab yang dideskripsikan teman-temannya. Dengan langkah
sangat kontras dengan kegelisahan di hatinya; semua orang tampak sibuk dan fokus pada p
ekan-rekannya, dia mendengar bisikan yang membuat telinganya panas. Rina ber
erhadap Dika. Dia selalu ada untuknya
eka bicarakan?" pikirnya. Dia memutuskan untuk tet
Dika. Dengan sedikit ragu, Rina mengetuk pi
kan suara yang biasanya menenangkan hati
depan meja kerjanya, tampak kelelahan. "Rina?
ina, berusaha menjaga nada suaranya tetap s
silakan, tetapi wajahnya menunju
anggu pikirannya. "Aku ingin tahu tentang Gita. Teman-teman di kantorku bil
rkejut. "Rina, kita sudah memba
m. "Apa kamu pikir aku tidak akan mengetahui? Setiap orang di sekitar ki
i terdengar frustrasi. "Ini semua hanya asumsi. Gita membantu
p kali aku bertanya, kau selalu memiliki alasan. Sekaran
suasana ini. Aku tidak menginginkan konflik. Jika kamu ti
keraguan yang terus menggerogoti? Dika, aku mencintaimu, tapi sem
lihat frustrasi. "Aku tidak tahu bagaimana cara membuatmu percaya. Jika kamu
Apakah ada yang harus aku ketahui? Jika ada, lebih bai
olah mencari jawaban di luar. "Rina, aku ti
uasai. "Kau tahu berapa banyak keraguan yang aku rasakan? Semakin ka
, kemudian menurunkannya. "Mungkin aku bisa lebih baik dalam
hanya menambah jarak di antara kita? Jika kita terus saling curiga,
erasakan beban yang tidak bisa diungkapkan. "Aku ingin kita bisa
lu berbicara dengan Gita. Aku perlu tahu apa yang sebenarnya ter
a merespons, raut wajahnya menunjukkan kekhawati
ahu kebenarannya," Rina bersikeras. "Kita harus m
berada di persimpangan jalan. Jika mereka tidak menemukan kebenaran,
nuh ketegangan. "Kita bisa berbicara dengan Gita
dua tahu bahwa langkah ini adalah ujian bagi cinta mereka. Dan dengan setiap detak jantung, Rina mera
ambu