DI UJUNG KETIDAKSETIAAN
ngan harapan untuk melihat pesan dari mantan kekasihnya. Rasa penasaran dan kegembiraan bercampur aduk dalam
iklus yang membosankan. Dika, suaminya, sangat sibuk dengan pekerjaannya dan jarang meluangkan waktu untuknya.
Dia tidak hanya mengingat kenangan masa lalu, tetapi juga memberikan perhatian yang m
ya waktu yang kita habiskan bersama. Kamu selalu menja
rbangun, mengingat betapa bahagianya mereka saat bersama. Tanpa sadar, dia mem
membuat Sarita merasakan kembali perasaan yang telah lama terlupakan. Di satu sisi, dia ta
l suatu malam. Pesan itu membuat Sarita terdiam sejenak. Dia tahu, jika dia menerim
gu menghantui pikirannya. Dia melihat ke arah Dika yang sedang t
n kebahagiaan, Sarita. Hanya sekali saja, untuk mengingat
saat mereka berdua menjelajahi tempat-tempat baru, berbagi impian dan har
uah kafe kecil di sudut kota. Dia memilih tempat itu karena jauh dari tempat tinggalny
Ketika dia melihat Rizal, hatinya berdebar kencang. Rizal duduk di sudut, tampa
alam sekejap, semua kecemasan dan keraguan seolah lenyap. Mereka
di tempat yang sama?" Rizal bertany
dupnya terasa monoton. Rizal mendengarkan dengan saksama,
izal berkata dengan tulus. "Kamu bukan hanya seo
aan yang tidak dia dapatkan dalam hidup sehari-harinya. Rasa rindu yang mendala
girimkan pesan. "Sarita, kamu adalah sosok yang lua
ia tahu ada konsekuensi dari perasaannya yang mulai tumbuh untuk Rizal. Dia merasa seperti terjebak di anta
melanjutkan hubungan ini dapat mengubah segalanya. Apakah dia siap untuk menghadapi risiko itu
a perjalanan ini baru saja dimulai, dan pilihan-pi
ya. Dia membayangkan semua kata-kata manis Rizal, bagaimana perhatian dan pujiannya membuat hatinya bergetar
emuka. Dika, suaminya, semakin sibuk dengan pekerjaannya, dan perbincangan mereka seringkali hanya berkisar pada hal-hal praktis da
an kekasihnya terasa seperti janji akan kebahagiaan yang hilang. Dia sangat ingin membalas
an malam di restoran yang sedikit lebih mewah. Sarita menghabiskan waktu lebih dari dua jam memilih gaun yang tepat, berusaha terlihat
yang langsung menghapus semua rasa cemas yang ada. Mereka menyapa satu sama lain de
ereka memesan makanan, tetapi lebih banyak waktu dihabiskan untuk berbincang. Percakapan me
Suasana malam itu begitu romantis, lampu-lampu berkelap-kelip dan udara segar membuat Sar
tu seperti ini, bukan?" Rizal bert
begitu kuat. "Iya, aku merindukan momen-mome
enggamnya. Sarita tertegun, terjebak antara rasa nyaman dan ketidakpastian. Ba
" Rizal berkata, memandangnya dengan serius.
ke dalam hidup yang penuh gairah ini? Rasa cintanya terhadap Dika, meskipun tidak sekuat saat mereka pertama meni
rangkulnya dengan lembut. "Aku berharap bisa bertemu lagi. Aku i
pi di sisi lain, dia tahu bahwa dia telah melangkah jauh dari jalan yang seharusnya dia tem
t-saat di mana dia merasa tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas, berbagi ce
u merasa ada yang kurang di hidupku tanpa kamu. Bisakah kita be
engemuka. Namun, keinginan untuk merasa dicintai dan dihargai oleh seseora
lam kata-katanya. Dia tahu bahwa jalan ini penuh risiko, tetapi rasa lapar
gkah ke dalam dunia yang tidak diketahui. Dia berada di ujung ketid
ambu