Cinta yang Terkhianati
muanya. "Maaf?" Aulia tertawa pahit. "Setelah semua yang kamu lakukan, hanya itu yang bisa kamu katakan? Aku telah mencoba bertahan, A
i. "Aulia, aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tahu aku salah, tapi semu
rius maka aku harus memaafkanmu begitu saja? Kamu sudah mengkhianati kepercayaan yang aku berikan, Arman. Aku merasa begitu
embuat kesalahan besar, tapi aku benar-benar ingin memperbaikinya. Aku akan memutusk
mpercayai Arman, ingin sekali menganggap semua ini hanyalah kesalahan sesaat yang bisa dip
rcaya?" Aulia berkata dengan suara lirih. "Aku sudah kehilangan diriku dalam pern
Aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku akan melakukan apa saja untuk memperbaiki ini. Aku
berubah atau tidak. Ini tentang perasaan dan kepercayaanku yang sudah hancur. Apa kamu pernah berpikir bag
ma kalinya, ia benar-benar melihat kedalaman
-
tetap bertahan dengan pernikahan yang penuh kepura-puraan, atau mengakhiri semuanya dan menghadapi kenyataan bahwa pernikahannya de
kuensi pertemuannya dengan teman-teman, dan berusaha lebih banyak menghabiskan waktu bersama Aulia.
memesan tiket liburan untuk kita berdua ke Bali," katanya dengan senyum tipis di wajahnya, me
memperbaiki semuanya, Arman," jawabnya tanpa menga
isa menggunakan waktu itu untuk bicara dan mencoba m
"Mungkin apa yang kita butuhkan bukan liburan, tapi waktu untuk sendiri-sen
g besar, dan ia tahu bahwa memulihkan kepercayaan bukanlah perkara mudah. Tapi mendengar istrinya berbicara se
atanya akhirnya, suaranya serak. "A
lam hatinya, masih ada perasaan bimbang yang terus menghantui. Apakah benar ia harus terus menc
ruang tamu, ia melihat foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding. Tatapan bahagia yang pernah ia miliki teras
dirinya sendiri. "Aku ingin kita berpisah sementara, Arman," ucapnya saat sarapan. "Bukan berarti
ementara?" ulangnya, seakan tidak perc
ra waktu. Kita bisa tetap berkomunikasi, tapi aku tidak bisa tinggal di
k bisa menerima kenyataan bahwa istrinya akan meninggalkannya. "Kalau itu yang kamu inginkan, aku akan menghormatinya. Tapi ku
gitu, Arman," jawabnya lirih, sebelum beranja
-
apatkan ruang untuk bernapas, namun ada juga rasa takut akan masa depan yang belum pasti. Ia tidak tahu apakah perpisahan ini akan me
bersama Arman, Aulia hanya bisa berdoa agar keputusannya ini