SENYUM DI TAMAN SEKOLAH
ti, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Ada kegugupan yang menyelinap dalam dirinya, sesuatu yang tak biasa dirasakannya selama
aman, ia selalu merasa canggung untuk memulai percakapan. Sejak mereka berbicara beberapa kali, Ar
awa buku di tangannya dan senyum di wajahnya. Begitu sampai di bawah pohon, Na
mengamati dari jauh. Ia harus melakukan sesuatu, atau perasaan ini akan terus mengganggunya. Setelah
ar. Ia tak yakin apakah Naira mendengarnya dengan jelas,
snya dengan ramah, seperti tidak ada yang
ggung yang menggelayuti pikirannya. "Boleh duduk di s
ra tanpa ragu, memberik
a begitu dekat dengan Naira tanpa ada jarak di antara mereka. Suasana terasa hening, namun bukan hening ya
"Kamu sering ke taman ini, ya?" t
arena Naira memulai percakapan. "Iya,
anya seperti jauh dari keramaian sekolah. Kadang aku
Biasanya aku ke sini kalau pengen sendiri," ungkapny
semakin merasa hangat. "Mungkin sekarang kamu puny
in," gumamnya pelan. "Kamu
pi aku suka cerita-cerita yang bisa
ang Naira. "Kayaknya kamu be
endela ke dunia lain buatku. Aku bisa jadi siapa aja d
ini adalah pelarian dari realitas yang kadang membingungkan. Tapi bagi Naira, dunia sepertinya jauh lebih kaya dan penuh w
ungkap Arya jujur. "Tapi aku pengen tahu, apa yan
mimpi, bahkan rasa takut. Kadang di dunia nyata, nggak semua orang bisa ngom
selalu berhasil mengatakan sesuatu yang membuat Arya berpikir lebih dalam. "Aku paham," jawab Arya
ungkin itulah kenapa kita sering ketemu di sini. Kita sama-
ing baginya. Ia tak hanya berbicara dengan Naira, tapi juga mulai mengenal sisi lain dari gadis itu. Bagi Arya, ini ad
r usai, Naira menutup bukunya dan berdiri. "Aku harus
ri tempat duduknya, merasa sedi
ak. "Senang bisa ngobrol sama kamu, Ary
i kali ini ia lebih tenang. "Pasti," jawabnya
ia jelaskan. Percakapan mereka mungkin singkat, tapi bagi Arya, itu adalah momen yang berkesan-mo
duduk, masih bisa merasakan kehadiran Naira meskipun dia sudah kembali ke kelas. Percakapan sederhana yang
menggaruk kepalanya, merasa heran dengan perasaannya yang tiba-tiba aneh. I
amun, sejak kehadiran Naira, ada sesuatu yang berubah. Taman yang dulu ia anggap sebagai tempat melarikan dir
ertemu dengan Naira lagi, melanjutkan percakapan kecil mereka. Ketika ia tiba, Naira sudah
Naira begitu mel
duduk di sampingnya, kali ini ta
pnya, senyum itu tetap hadir di wajahnya yang cerah. "A
k pernah merasa bisa ngobrol sepanjang itu sama ses
asanya nggak terlalu banyak cerita ke orang. Tap
ya memandang wajah Naira yang ceria, dan dalam hatinya, ia tah
sekolah, dan bahkan tentang impian mereka. Arya merasa semakin terhubung dengan Naira, bukan hanya karena
-gedung sekolah, dan suasana taman perlahan-lahan menjadi semakin sepi. Ar
suka senja. Warnanya indah, tapi juga terasa singkat
lalu kembali, kan?" jawab Arya pelan. "Mungkin bahagia juga begitu, kadang
. "Kamu benar. Aku nggak pernah mikir
sekadar kekaguman. Ada sesuatu di antara mereka, sesuatu yang mulai tumbuh
tap Arya dengan tatapan yang lembut. "Aku sena
inya mendengar kata 'teman'. Namun, ia menahannya. "Aku j
lain, perasaan yang tumbuh di hatinya mulai terasa lebih rumit. Ia belum yakin bagaimana harus menghadapi perasaan itu,
bertemu seseorang yang bisa membuat dunianya yang sepi berubah menjadi penuh makna. Kini, ia
, Arya tertidur, membawa bayang
ambu