my first love is paman
gi...." tangis Heira, menggoyangkan
asaanmu, kamu pasti kuat," uc
pagi hari, hati ini terasa tercabik menerima takdir pahit, kenyataan telah menunjukkan arah, langit terasa runtuh, kehidupan ini seakan memudar tanpa warna, beriringan de
.jangan tinggalkan aku sendir
ingat setiap bentakan, nasehat membosankan, ataupun perinta
aik, tidak akan membantah apa pun la
nyeka mata mereka, kepedihan seorang gadis muda di sampin
menyeka air mata yang mengalir be
kut dengan mereka, aku tidak i
menyandarkan kepala gadis itu di ba
gin sendiri h
, Alva dan yang lainnya juga, Ira tidak se
gh
rumunan pelayat. Beberapa orang segera mengge
*
terbangun. Dengan paksa, dia membuk
angsung teringat k
t di rindukan. Berharap semua yang ada dala
k.
n keras, hingga terdengar
h, i
pun di sana. Hanya beberapa orang saja yang terlihat sedang berkumpul d
di ke bumikan." Alva
arah adiknya de
tanya Ira,
Kedua orang tua yang dia miliki sekarang sud
uhnya mulai turun, hingga tertelungkup di lantai dengan kepala yang tertunduk, memejamkan m
ya, menatap adik satu-satunya yang
aku?" Ira menaikan volumenya
menundukkan kepala, berlari dari pe
n dari duduknya, mencengker
dalam pikiran Alva, kakaknya hanya di landa emo
t.
jadian seketika melerai kedua
ah, Ira te
eras dengan sendirinya. Dia menatap lekat setiap wajah menyedihkan yang duduk memperhatika
aku sekarang. Semua orang egois! Tidak a
mulutnya, menggema hingga mem
engan tatapan sayu. Tangannya mengapung hendak mengelus
bentak
sedikitpun suara yang terdengar, hanya su
mbentang di tangannya. Dia mengambil ancang-ancang, kemudian