Love Between Generations
ula jomlo yang hanya ditemani nyamuk dan cicak di po
~
ski terbilang bersikap kekanakan, tetapi hal itulah yang membuat persahabatan kami langgeng dan bertahan lama, meski terkadang ada badai yang menerpa, tetapi tak akan be
play menjadi monyet yang lepas dari penangkaran hanya untuk mengambil jambu air yang sudah matang. "Buahya bisa
k-emak di komplek gue, deh. Lo diam aja kali
ok, nanti jatuh ke tana
gan lo bersih. Bekas
tat. Kan, gue lagi cosplay monyet, seperti kata
tnya mengalahkan Jeng Kelin yang acaranya dulu sempat hits. Meski sekarang udah bubar,
o. Yang tanam siapa, yang ngabis
acot, Sya. Lo ju
h. Tumben banget, keduanya kompak, biasanya Wawa
gnya." Aku celingak celinguk memantau pergerakan mah
Sya. Si Rara kan nggak puny
idung sahabatku itu. Ya memang benar. Ia bahkan hampir tak memiliki tulang hidung
sih sibuk memetik buah jambu sedangkan Wawan mala
teriakan Bu Surti, si pengurus kampus membuatku segera berlari. Dewi dan Wawan dengan sigap melompat dari pohon ya
lagi deh sama Bu Surti. Malu banget kalo lagi di kantin makan ena
us tampil modis, cantik, dan paripurna di hadapan mereka. Padaha
n telapak tangan ke udara berniat menakutinya. Namun, gadis
lo. Sekali tebas, lo
ntang gue paling mung
apa? Karena postur tubuh yang menunjang hal tersebut. Rara memang tak jauh berbeda denganku, tetapi tubuhnya sedikit lebih berisi, dan ia kerap dikatakan tante-tante oleh mahasiswa lain. Sedangkan Dewi justru terlihat boros di wajah karena dandanan menornya yang mengalahkan emak-emak komplek yang lagi ke kondangan. Pipi yang kelewat merah, seperti orang yang terkena bogem, alis yang digambar sedemi
*
endongak." Aku kembali protes pada Wawan yang berbicara sa
menepuk pantatnya. Tak ada respon dari Wawan berarti
pantat montok gue u
tnya. Aksi melambainya sukses menjadi
dan membawanya ke meja yang sudah menjadi tempat favorit kami. Pojok samping dekat jendela. Ada alasan di balik terpilihnya tempat duduk itu. Selain pemandangannya yang bagus, juga sebagai tempat untuk melihat wajah-wajah tampan
yebar gosip. Katanya
yang katanya killer punya cewek.
Ada benarnya juga. Siapa tahu si macan kemayoran i
ata, jadi jangan berharap lebih." Rara kembali menyadarkanku bahwa do
gue. Padahal, udah berharap, tuh dosen bakal ber
an lemah, Sy
g kebenaran di sini. Gue mau mel
ok!" Ajak Wawan denga
senang. "Nonton
acara keluarga. Nggak bisa
, Beb," ucap Dewi d
untuk ikut bergabung, tetapi mengapa hatiku merasa a
pada Dewi. "Lo juga Wi, acara apa? Keluarga juga?" Dewi mengangguk kikuk. "Bu
punya kerabat kok di Jak
a mereka karena lo seperti orang yang tak dianggap."
tua gue memberikan titah agar ikut ke acara l
reng gebetan." Wawan mengeluark
nya. "Gue bener-bener ada acara lain. Mingg
uduk di sampingku. "Wan, lo ubah penampilan, ya. Biar gue dikira bawa cowok. Lo har
gak bis
ih macho lagi. Padahal badannya proporsional, jika dilihat dari jauh ia seperti laki-laki yang