Love Between Generations
Harus penuh pertimbangan dan tak boleh asal
eluar dari mesin cuci." Wawan lagi-lagi mengus
, Wan. Doi lag
kenap
agi sama Pak Ar
Wi? Kini Rara m
isanya lupa bawa tugas. Dosennya mod
adi juru bicara gue, ya. Uda
ibuku juga ikut membantu. Aku malah kasihan dengan ibu yang sangat senang karena aku akan mendapat nilai tinggi untuk tugas kali ini. Ibu tahu bahwa aku kerap mendapat nilai yang tidak sempurna, tetapi beliau tak
o mah sensitif b
sensitif pa
ot favorit kami saat sedang beristirahat. Biasanya, Wawan akan membawa tikar agar kami duduk di atas rumput, tetapi karena k
ikanku. Untuk apa menyuruhku datang jika aku pun seperti makhluk tak kasat mata saat berada di ruangannya. Karena sudah tak tahan, sehingga akulah yang membuka
ka seenak jidat, padahal masu
oneksi, Sya. Awas fitnah lagi. Dosa lo ma
masih muda lho, udah jadi dosen
n di umur segitu, Sya. Main lo kurang j
anya masih cetek, belum di kasih banyak tugas. Nah, s
an yang mumpuni, Sya. Lo mah selalu berpiki
Wan?" sungutk
lagi mode senggol bacok, lo malah ladeni
lan. "Sabar, Sya. Banyak doa,
n tak akan pernah berubah. Otoriter dan egois adalah sifat yang sepertinya sudah mendarah daging. Aku
eperluan mendadak," ucapku setela
Sya." Wawan tersenyum jahil
semoga
," teriak Rara da
tanya kece. Aku dikenalkan oleh sepupuku yang juga berkuliah di kampus yang sama dan jurusan yang sama pula dengan Gerald. Beberapa hari ini kami sudah sering bertukar pesan, sehingga aku dan dia memberanikan diri un
nangis dan merajuk beberapa hari, sebab ayah tak mau membelikanku motor dan menyuruhku naik taksi saja. Namun, aku tak suka naik taksi, menurutku mengendarai mobil tidak
kampusku dan tak jauh pula dari kampus Gerald. Sebelum masuk, aku menghembuskan napas untuk membuang rasa
anyak. Mungkin karena masih jam kerja. Padahal, biasanya
ah Gerald, laki-laki yang kuharapkan bisa menghapus gelar jomlo sejati yang sudah
u sembari menarik kursi
tersenyum manis. "Mu
uk berusaha untuk t
h laper." Ia memperlihatkan cengira
sini tuh yang terkenal nacho
mm
an vanilla latte dingin," kataku pada wait
ng cukup besar. Namun, ini tidak bisa disebut dengan makan, bukan? Ini hanya sek
en. Minumannya jus jeru
n minuman yang dipesan di dalam otak. Ya, siapa tah
*
g di sela-sela acara makanku bersama Gerald.
a dan sedikit panik dengan kehadiran wanita y
mergokin
jelas di luar dugaanku. Ap
alau dia pu
sini, Mbak." Itu sudah jelas. Untuk apa jalan sama lelaki ya
i dengan apa yang lo lia
ta itu dengan sebutan saya
nya pacar ngapain ngajakin gu
lau lo tertarik sama gue. Ya, wajar karena gue memang keren
salnya aku mengambil gelas vanilla latte yang masih tersisa banyak dan menyiramnya ke wajah Gerald. Aku menye
menatap wanita yang terlihat syok melihat wajah kekasihnya yang basah tersiram kopi. "Mbak, pacarnya dijag
ri kafe tersebut. Sungguh hal ini sangat memalukan. Apa karena terlalu memaksakan diri untuk mendap