My Another Boss
tam yang tak lain adalah Darren. Wanita itu kemudian berbalik melangkahkan kaki menuju pintu coklat di seb
ntu perlahan. Decitan suara pintu membuat hatinya mulai was-was. Kepalanya melo
dak ada jawaban, hingga suara pecahan benda terdengar dari dalam. Diandra se
an
a. Dia menemukan pria paruh baya yang sibuk mengacak lemari pakaian. Sementara Fani duduk di l
ini?" tanya Diandr
ke arah Diandra. Mata yang nampak memerah serta kantung mata yang besar i
anggilnya de
seperti berbinar ketika melihat Diandra. Dia bangkit, berjalan per
utuh dana darurat, kamu bisa,
neguk ludah sendiri mencari ketenangan dalam hatinya. Tangan begitu erat meremas ujung pakaian, sedikit bibir bawah di
" katanya m
gambil beberapa pakaian lalu be
lai memerah padam. Ketika Diandra menegakkan tubuhnya dengan kedua tangan penuh akan pakaian, tiba-tiba tamparan men
asti ada tabungan lain!" hardik
l ini. Pemandangan yang begitu biasa ketika keduanya bertemu, Rendi jarang menemuinya. Sebuah rumah yang Diandra sewa untuk tinggal bersama adiknya
lakukan demi kenyamanan dirinya sendiri dan Fani yang sebentar lagi menghadapi ujian. Rendi selalu membawa kekacauan seperti hari ini, Diand
angnya ayah mau apa?!"
enagih hutang? Ayah kamu ini bisa mati,"
ahnya sendiri harus apa? Harus apa yah? Ini bukan kali pertama a
enyebut sang ibu di akhir kalimat. Kedua matanya melotot, menatap ayah yang m
udah,
ak berguna!
yang berantakan. Kedua kaki Diandra begitu lemas hingga dia jatuh terduduk. Tidak dapat dipungkiri bahwa s
l Fani cemas sa
epala adiknya, "Se
a lembut Diandra sambil
angan di rumah ini. Meskipun hatinya begitu sakit, tapi d
duk di ruang tamu dengan dua cangkir teh. Mereka berdua
jawab. Apa kamu sudah cek noti
nunjukkan notifikasi dari sebuah bank, "Anehnya hanya ada pengiriman untuk pembayara
Tangan yang lain memegang dagu sambil mengangguk, "Okey, tolong se
lakukan,
sli pemilik mobil taksi i
kitar yang melihat, biaya pengobatan sudah dit
uk hal ini. Perhatikan setiap detail perubahan yang ada,
gangguk, "
kata Juan kemudian
nurutmu asist
a rasa dia harus banyak pemb
n di atas paha, "Benar, aku rasa kita harus buat dia mau meneri
cek yang kuberikan, bukankah itu lebih mudah?
tadi kembali terulang, bisa membahayakan Diandra. Meskipun kita bel
amu ada benarnya. Perubahan sekecil
uga mengkha
dari cangkirnya. Melihat reaksi Darren, seolah Juan memahami sesuatu. Jarang s
Dia berjalan dan berhenti di dekat Darren, menepuk pundak rekan kerjanya dan be