KISAH PANAS STEWART RANZO
, ayahku bekerja sebagai Arsitek di Jakarta sedangkan ibuku bekerj
iah di salah satu perguruan tinggi negeri. Hubunganku dengan kakakku tidak benar-benar dekat, aku jarang sekali ngob
doh. Sebenarnya aku bukan pemalas, aku sudah berusaha belajar dengan tekun, namun semua pelajaran itu
non-akademik, olahraga dan beladiri menjadi keunggulan ku, saat aku m
ya dijadikan sebagai lumbung prestasi untuk sekolah ini, aku tak pernah benar-benar
*
ap sarapanku. Aku memang tidak biasa sarapan di rumah, ibuku terlalu sibuk unt
rena aku sudah menjadi langganan di warung itu aku pun cukup akrab dengan dia karena dia juga ikut memba
ring menjadi bahan bulian oleh anak-anak sekolah yang sok kaya dan be
yuk!" ajak Ririn untuk
balasku
bang depan karena gerbang belakang sekolah hanya berupa pintu teralis
memutar maka kita biasanya memanjat
um?" tanya Rir
kau puncak tembok itu, terkadang momen itu aku manfaatkan untuk mengintip isi dalam roknya, n
berang. Setelah dia menghilang aku pun lalu melompat dengan hanya s
tembok tepat di bawahku dan aku tidak bisa me
kkk
nimpa tubuhnya. Kami berdua ambruk dia dengan posisi terle
adaku, wajahnya memerah nafasnya memburu, aku merasakan adikk
minggir!" p
tau kalo lo masih di sit
badan lo mingg
sisi yang sama. Untung saja tidak ada yang
kepiting rebus, sekilas dia melirik ke bagian depan cel
g sedikit kotor karena terjatuh tadi, kami pun berpisa
a di sana aku melihat teman sekelasku sud
berada di depan meja guru. Bukan karena aku rajin tapi karena aku terlambat saa
eman sebangkuku y
suk ke sekolah sehingga kita jadi teman sebangku. Awalnya kami sang
krab, bahkan aku diam-diam mulai menyukainya tapi
jawabku
n pr matematika
udah lu percaya?" jawa
il memberikan pr ya
yang terbaik." Tanpa banyak urusan aku p
s sekolah dari dia, meskipun hampir semua jawabannya salah
aku untuk menjadi tukang ojeknya yang mengantarkan dia kemanapun dia mau,
sa yang tepat ber
pa
g sekolah te
u masih sambil m
ennya kakak gu
minta diantarkan ke tempat teman kakaknya namun aku tidak ambi
ada uru
Lisa kemudian membetulkan dudukny
ampuanku, aku mengerjakan tugas dengan mataku menatap kearah g
*
kir, menyalakan motorku dan menuju ke gerbang sekolah. Di sana sudah
ang dulu?" ta
kita gas aj
ud
orku aku pun langsung memacu
h lebih dulu masuk ke kafe itu. Di sana sebagian besar diisi oleh mahasiswa yang sedang nongkrong. Kita menuju ke sebuah meja, di
sapa Lisa ke
duk!" jawab salah
udian duduk tepat d
ain kemarin, namanya Ranzo," uca
kak Dimas, yang
iri dan menyodo
jawabny
bat tangannya dan
ki, aku sedikit heran dengan apa yang dia lakukan.
A temennya Lisa?" t
, emang
SMA, haha." ucap d
ng muka gue bo
os, tapi badan lu yang kegedean
huan kalo lu masih anak SMA," uca
" tanyaku dengan suara yang agak tinggi, aku kemudian m
enatapku, ekspresinya cemas mungki
elum sama lu?" Di
menggeleng
Pekan Olahraga Mahasiswa) dan kita mewakili univer
ya, tim kita selalu kena bantai sama
a punya temen yang jago basket, dan kita
inkan, tetapi aku masih marah dengan Lisa
u kan?" tawar
i keputusan. Dimas melihat k
akan bayar 1 juta kalo lu mau ikut, kita ya
sih te
gue tambahin 2 jut
lum be