Setelah Malam Pertama
i ruangan itu sudah dapat dilihat dengan sangat jelas. Suara gemericik air hujan masih terdengar sangat deras, udara dingin masih
las dengan wajah lelah masing-masing di antara mereka. Menghabiskan waktu semalaman untuk bertempur m
guap, dan mengge
at dia menggeliat tadi, tulang
a sedikit meraba bagian lua
nar-binar. "Sampai intim ku terasa robek akibat ulahnya semalam."
jan, pantesan sangat dingin." Maya menarik selimutnya hingga lehe
dara dingin di pagi ini. Apalagi, Maya yang mendekat ke posisi Daffin tidur, tidak memberikan jarak sedikitpun. Hal itu membuat kulit mereka saling menempel. Maya menggoda
aki yang masih setia di dalam alam mimpi tersebut. Maya menggesek-gesekkan inti tubuhnya di atas bokong pria yang masih tertidur telungkup di bawahnya. Tidak sampai di situ
jang dengannya. Rasa bosan, dan putus asa menghampiri hatinya. Maya turun dari posisinya, dan mendudukkan bokongn
an berbisik di telinganya. "Kamu gak mau men
mati?" rengek Maya di dekat telinganya. Namun, lelaki
minta jatah, aku juga gak bakal mau
untuk menjelaskan kejadian semalam kepada Maya. Dari tadi, dia memikirkan kata-kata, dan bagaimana cara mengatakan hal yang sesungguhnya telah terjadi kepada Maya. Dia s
an. Posisinya saat ini sangat sulit untuk dimengerti. Dia bukanlah pria yang menikahi Maya. Melainkan dia hanya pria yang t
a lirih. rasa sesal mulai
gat membenciku." Air matanya menetes
mu, May! Aku tidak rela jika orang lain menidu
ku di kehidupanmu kedepannya," harap D
baik untukmu. Aku akan membahagiakan kamu, dan memuaskanmu!" ucapnya dalam hat
lelaki yang dianggap sebagai suaminya itu. Akan tetapi, nyatanya kini dialah yang termakan oleh godaannya sendiri. Maya gerah dengan sikap lelaki yang di bawah tubuhnya, yang dia rasa sedang mempermainkann
irinya beberapa jengkal ke belakang menjauhi lelaki yang berada di hadapannya sekarang. Dengan gerakan cepat,
ada di hadapannya, memang betul bukan suaminya, tetapi itu adalah orang lain yang sudah dia anggap sebagai seorang kakak selama ini. Maya pun berteriak histeris setelah menyadari kalau dia te
gun dan duduk dengan keadaan masih polos tanpa ada yang menutupi tubu
pai orang-orang pada kesini," mohon
iak memancing orang lain untuk datang ke dalam kamar tempat mereka memadu kasih tadi malam. Namun
menunjuk pintu kamar. Maya berteriak sangat
ia goda dari tadi bukanlah suaminya. Melainkan, tet
ya, berharap apa yang dia sangkakannya tidaklah benar, dan dia
dakan itu sebuah jawaban atas pertanyaan dari Maya. Daffin menunduk, dia tak berani melih
an suara tangis yang semakin menggelegar. Maya hilang kendali, s
rkan harga diriku, Kamu jahat." Maya memukuli Daffin, tifak memp
memukuli Daffin sekuat tenaga yang dia punya, dia m
ambak rambut Daffin. Sehingga y
aha melepaskan rambutnya dari cengkraman Maya. "Aku melakukan ini
ya!" pinta Daffin memegang bagian kepalanya yang sak
mu tidak mau mendengar penjelasanku?" Daffi
an, kamu binatang yang telah menghancurkan hidupku." Maya kembali mengambil se
amu sekap dimana
nya." jawab Arthur
Mendapat pertanyaan seperti itu, Daffin tidak tahu mau menjawab apa. Dia tidak tahu alasan untuk berbohong. Tapi, d
ih Maya dengan tangi
kemana, May," jawa
ti sudah menjebak
tuduhkan Maya saat ini adalah benar adanya. Akan tetapi, Daffin s