Ibu Mertuaku Penuh Drama
rt
agnosa terkena demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit. Aku dan Mas Didik te
harus sembuh, Mas pulang dulu bawa baju ganti kamu sama Arthur." Ujar suamiku sembari
menjenguk keponakannya pada esok harinya. Pikiranku tak tenang memikirkan biaya Arthur. Uang yang dibaw
ku bekerja serabutan. Farida ikut menjaga warung gorengan milik tetangga, sedangkan Emi menjadi pengasuh anak dengan gaji kurang dar
anan ringan. Aku heran dari mana dia memiliki uang untuk membelikan m
anya saat kutanyakan darimana uang membeli makanan ri
n untuk membayar biaya rumah sakit nantinya, meski k
*
urusan Bapak, aku sangat paham dan maklum, karena bapak fokus mencari uang buat perawatan Arthur m
kit, Sementara adik-adikku setiap hari datang dengan membawa apel, jeruk juga roti-roti yang s
ya membawakan buah-buahan yang cukup banyak dan me
r sudah mulai bermain-main. Keadaannya benar-benar membaik. Aku b
h pulang." Ujar Dokter Rahm
uang bapak dan uang teman-teman suamiku, akhirnya bisa m
kan uang dalam amplop. Pulang dari rumah sakit, aku membawa satu tas plastik besar buah-bu
kamar, aku langsung merebahkan Arthur yang sedang tertidur di kasur dan aku memilih ikut beristirahat, sebab selama empat h
Ibu dan Farah di ruang tamu. Mereka seperti sedang membong
ng?" Suara Ibu bert
karena ..." Belum selesai Mas Di
buatkan ibu sama Farah teh hangat." Titahnya
habis jagain Arthur di rumah sakit." Ja
sakit, itu hanya alasan saja untuk orang pemalas seperti dia." Ter
ak perlu mendengarkan suara ibu yang tidak perlu. Kata-kata yang ke luar dari mulutnya hanya membuat batin ini semakin terluka. Aku bersyu
lan bibit, kita beli yang lebih banyak lagi ya, nduk." Janji Ibu ke pada cucu kesayangan
*
sau dari dapur untuk mengupas apel yang kubawa dari rum
n buah ya?" Suara ibu mulai menggangguku. Aku menol
ertua nggak dikasih, Ajaran orang tua pelit ya anak juga ikut pelit." Mata ku mel
yang suka menyembunyikan makanan karena takut aku sama Mas Didik memintanya, jadi siapa yang pelit aku a
apa kabarnya, ay
.." Sapanya. Aku hanya tersenyum semba
Ibu mengambil tanganku dan mengelusnya. Aku tentu saj
sno ada perlu apa kemari." Katanya lagi langsung mengambil Arthur
suka bersandiwara menjadi baik jika di depan orang, sementara biasanya dia tak
200 bungkus. Jadi nanti sebagian makan di tempat dan sebagian lagi dibawa pulang. Kalau Ibu ng
gkus pun bisa saya kerjakan sendiri, Bu." Perutku terasa
ti sisanya Saya bayar setelah kuenya diambil. Jangan lupa lusa se
rsiapkan bahannya apa saja untuk membuat kue bebongko itu, ingat 20
galkannya sendiri di teras dan kembali ke kamar. Kali ini aku tak ingin membuat kue pesanan Ibu Trisno. Sekali-kali harus diber