Demi cinta aku rela meninggalkan rumah
ereka telah berbicara lewat panggilan telepon. Pria tampan berkuli
bertemu saja masih harus mengendap-endap di tempat yang sepi. Walau mereka te
h kost-annya dengan berjalan kak
a itu tak terlalu jauh, cukup sepuluh menit
yak rintangan, tinggal dan bahkan terpaksa berteman de
ri di kampung halamannya. Sayangnya, desa yang
endirian dengan hanya bekal ongkos transportasi. Itu pun hanya hadia
hutang, hingga Justin merasa ragu u
dirinya memutuskan untuk bekerja pada seorang ped
han, ia mengumpulkannya untuk biaya sekolah. Terkada
Justin bisa lulus SMA walau dalam
ngat akan masa lalu, Justin tak sadar kalau dir
kepercayaan oleh pemilik toko tersebut
ng ibu-ibu pelanggan tetap, muncul d
wanita paruh baya itu menyodorkan secarik k
, ia bergerak cepat mengambil pesanan sesuai
saksi jual beli selesai, suara klakson mobil terdengar, Justin keluar untuk memastikan keadaan. "Ah, ternyata pak Rah
berapa barang perlengkapannya, lalu semua itu di masukkan kedalam
an oleh gadis itu, begitu semuanya beres, tujua
dur," batinnya sambil berjal
ip Shinta masih dalam kead
ni dia berada dalam situasi yang ama
i dan sopan, di tambah dengan hijab pashmina dan se
ya sambil mengendap-endap keluar
. Tak ada pilihan lain selain menaikkan rok s
a
er lebih, dan segera pergi sambil membe
motor melintas di sekitar sana dan
na ne
aksesoris." Alice naik begitu pria
m pikirannya yang sedang kecemasan. "Apa Kak Sinta akan
terkejut begitu mendengar s
n sambil merogoh sakunya dan memberikan selembar uang ke
ngkosn
h terim
an saat membuka helm saat turun tadi, sebelum m
ice mempercepat langkahnya dan segera membantu w
elirik bosnya sambil sedikit sedikit basa-basi. "Maaf Bu, saya terlamb
, Alice sadar dan terpaksa diam karena ini
enyusun semua barang dagangan un
buk menggantung pajangan sampel pernak-pernik dan aneka jenis aksesoris mahal yang kebetu
pasti belu sarapan kan'? Ayo sarapan d
itu begitu menggoda hingga siapapun yang melihat tak akan mungkin mau menolaknya. "Makasi
emangkuk, kebetulan saya memesannya dua man
masih tak percaya dengan mangkuk panas yang masih dia pegang. "
ik toko, semua anggota karyawannya selalu di hargai saat bekerja, tapi beg
nya, tanpa berpikir lagi Alice segera menyantap sarapannya dan menik
eorang gadis terlihat mampir sambil memilih p
eninggalkan sarapannya sejenak. "Mau yang mana kakak?"
bilkan beberapa model kalung yang serupa dengan pajangan tadi. "Kakak suk
ipis dengan permata yang menghiasi di setiap sisi pada mainan pada kalung tersebut
pasang di sana. "Kakak bisa lihat
, apa bisa di berikan diskon?" pela
nya yang masih menikmati sarapannya. "
bertanya. Bisik-bisik terjadi hingga Alice mengangguk da
ik dan kami juga tak terlalu mengambil untung dari penjualan it
ng kalian jual itu semuanya palsu, aku paham sekali itu. Ingat, saya ini pelang
di depan toko hingga mengundang perhatian banyak orang, ba
s ketidaknyamanannya, tapi apa yang katakan karyawan saya tadi itu benar, label harga yang terpasang di sa
lung dengan bahan berbeda namun juga sebentuk dengan yang tadi. "Nah, ini. Kebetulan
yang mereka berikan hanya barang palsu, bagaimana mungkin orang akan membeli ke sana jika bersikap pelit." S
udah, banyak hal yang di hadapi, jika tak laku, kadang ada saja hal yang membuat diri