Rembulan Untuk Mantan Pramuria
nikmati secangkir kopi yang mulai mendingin. Hanya duduk bersantai sambil memainkan ponselnya. Lengan kekarnya mulai terasa dingin, dia memutuskan masuk
kasihnya berbelanja, namun rasanya cukup menghibur, dibanding hanya berdiam diri dirumah tanpa melalukan apapun. Namun, bukan bayang-bayang kese
benak Dimas, hati kecilnya merayu tubuhnya, agar
i lebat, dan menyisakan sedikit hingga tampak kumis tipis di atas bibir ranumnya. Bagian berewok sengaja dibiarkan. Setelah di rasa sudah cukup, dia membasuh waja
....
erjalan masuk ke toko pakaian itu dengan langkah panjang dan pandangan diangkat lurus ke depan. Dia terlihat s
Tuan?", tawar seorang pel
anjang untuk wanita. Bisa tolong carikan model paling bagus?"
!", jawab sang pelayan sembari melayangkan telap
yan sembari mengambil blouse l
rhatikan setiap jahitan yang m
wi mengenakan blouse ini
kepada perempuan berkulit pu
lihan yang tepat untuk pemilik kulit putih langsat
. Ini edisi khusus, dan motifnya pun tidak pas
t dan membolak-balikan blouse yang dipilihnya. Dia harus memastikan kalau blouse it
inta Dimas terdengar sopan. Dimas adalah tipe orang yang lemah lembut. Dia menghormati
ra untuk lingkar pin
ggang Dewi. Kebetulan dia melihat seorang perempuan ya
ana?", tanya Dimas kepada sang pelayang
melihatnya," pela
bihnya seu
sebentar ya? Saya ak
-laki lain tertuju pada tubuh indah milik perempuan yang hendak dia kencani itu. Selang 15 menit, sang pelayan datang membawa sebuah celana jea
ekarang ya!", pinta Di
lian bayar!", jawab sang pelayan sembari me
.....
dapat julukan 'surga dunia' itu. Kedatangan Dimas disambut seora
kan atau Tuan pilih sendiri?", ucap Mami Do
mi Dori berjalan
baru, Tuan. Belum terlalu pintar!", tawar Ma
s lugu itu, dalam hati dia merasa miris, "Apakah gadis ini dip
asing lagi baginya. Hatinya begitu senang, laki-laki itu Dimas!
i sambil melambaik
Mami Dori menatap
Dewi?", tanya Mami D
anggah Dimas sebelum Dewi menj
madona kami," sang mucikari mele
wi. Sengaja Dimas bertingkah layaknya laki-laki nakal. Dewi menatap k
esi yang aku jalani?", tanyanya dalam hati. "Aku pikir dia
nang!", seru mami Dor
kul Dewi tanpa menole
...
kita mau
kedai yang wakt
pikir kamu mau ... ", Dewi ma
w. Kamu pikir aku mau ngapai
at aku mal
ya?", pinta Dimas sembari menyerahkan
bingkisan itu dan melihat apa isi di dalamnya. M
ikan aku pakaian? Bukankah
kamu pa
a dengan penampilanku
lalu terbuka. Aku nggak mau laki-lak
engar kalimat itu keluar dari bibir
nggak akan ngintip!" Dimas men
enyum. Merasa lucu me
ian Dimas di belakang kursi kemudi. Dia masih tidak percaya, betapa
h, D
am balutan busana yang dia beri. Bendana yang dikenakan
u su
a! Terimakasih!" D