Orang Ketiga (Tidak ada kita, di antara kita)
n meminta cerai dari Mas Alva. Bayangan semu itu benar-benar menak
sedang memperhatikanku. "Kamu kenapa baru pula
ali enggak peduli denganku. Dia malah sib
memilih mengabaikan S
i pundak kutaruh di tempatnya. Tanpa membe
an Mama. Astaghfirullah, bisa-bisanya aku membayangka
saat itu pula pin
rgi ke kamar mandi setelah mengunci pintu. Dia masih s
n kalau itu pasti Suni. Denga
ru saja dia hangatkan dan dia serahkan kepadaku. "Aku enggak tahu kamu
" Tanpa merasa bersalah Suni mengangguk dan te
menggeleng dan
mencari keberadaan Mas Alva. Beruntung saja
va suda
Alva keluar dari kamar mandi. Di ambang p
antara kami, aku memilih mena
ng di ranjang tanpa meng
get punya suami
ru
dan membalas panggilan Mas Alva. "Mulai besok biar Suni s
paku, mulutku terbuka dan ham
enggak sal
milih tidur, menutupi seluruh tubuhnya dengan s
bulir-bulir air mata yang sudah b
un kamu ke aku, enggak seharusnya kamu sampai meno
r berhasil menggodaku untuk dinikm
ku. Jangan sampai dia melihat aku m
pat pintu kuketuk, Suni sud
Mas Alva sampai dia minta ak
ngan pertanyaanku membuatku berdecih sinis. Dia terlihat seperti
i tinggal di rumah kami ber
ggak paham, Rum!" Aku segera menyingki
a tadi membuatku enggak sudi kalau haru
ru
at Mas Alva memanggilku. Pria itu meng
nyakitkan. "Mas, sakit!" Aku meringis dan memi
yang kam
Sun." Kutatap dengan tatapan ke
tega menyakitiku demi perempuan yang
berbuat kasar sama Arumi atau aku dan Ello akan pergi lagi d
Di depan mata, aku melihat Mas Alva yang seolah
yang kalian semb
dari Suni. Kulihat wajah mereka kaget dan Suni l
an? Dia bukan sepu
dan meninju tembok sampai membuatku
as
a memegang pundakku. Dia mencengkeram dengan erat pundakku,
as memelukku erat. "Maaf, aku sudah buat
maksu
pernah menceraikannya!" Mas Alva melepaskan peluka
tapi aku enggak bisa lagi menahannya. Aku
at ini. Pernyataan Mas Alva tentang hubungan mereka dan ung
li enggak mau keluar dan sekarang ini aku malah
sudah membuat anakku tiada, aku marah sama kamu kare
menangis kali ini. Tangisan p
luan, membuatnya kehil
ar pantas diperla
sap kasar wajahnya dan menjambak rambutnya. Saat
enggak be
. Seumur hidupku, belum pernah sekali pun ada yang berteriak k
*
dan anak laki-laki itu sedang sarapan b
i saat menyadari betapa kacaunya keadaan kamar dan diriku se
u terluka. Mereka sama sekali enggak peduli dengan
yang menghampiri mereka, berbeda dengan
i apa hatim
asi goreng,
u dengan nasi goreng buatannya. Tatapanku ter
kalian!" Tatapan kami bersirobok. Mas Alva men
pan kalia
ru
menjauhkan tangannya yang hendak
ngar jawaban dari Mas Al
elempar piring ke tembok dan membua