Mak, Kata Orang Aku Anak Haram
rt
ijah yang sedang mencuci pakaian tetangganya di sumur, tepat di
lum selesai membersihkan kamarnya yang berantakan. Denada mengambil uang di lemari dan memakai kerudu
etangga yang belum bisa membaca dan berhitung. Dengan bayaran yang di
i wajahnya seperti kemaren sore di sungai saat mengobrol dengan Fandi. Kini wajahnya cerah
orang di sekitar menjadi obat luka yang ampuh. Meskip
Terlihat sangat jelas Bu Siti yang membawa plastik kresek hitam yang cukup besar. Di dalamnya ada beberapa bara
encian. Mereka berpapasan tanpa menoleh. Terdengar kata kata Bu Siti yang
u terdengar pelan, hanya saj
dalam wujud manusia salah satunya adalah Rozi dan emaknya. Kata-kata, 'Anak haram' buatnya ji
ian. Tak akan menang jika harus adu mulut apalagi adu
kan kepalanya ke belakang. Diliha
sudah 28 tahun masih suka menjulurkan lidah kepada seseora
eperti anak-anak. Jika memang, iya. Tak sepantasnya aku mel
i juga sedang menatapnya, lalu dia meneruskan niatn
a mulai tersenyum sampai giginya yang rapi terlihat jela
h sama. Dengan senyum yang terukir di bibirnya. Namun, D
g sedang makan soto ayam di warung itu. Yusuf ta
an uang lima lembar dua ribuan, sambil ber
ku tak di sapa
uara. Sambil melambaikan
Sapaan yang terkesan dipaksa dengan
n soto, masih ditany
." Yusuf meneruskan ucapannya. Denada
tong demi sepotong lontong yang ada di depannya. Bu Erni memberikan detergen
ang, ya," uca
era menghabiskan soto yang di beli, lalu dia men
hku?" Yusuf mengatur napasnya yang ngos-ngosan karen
detergen." Denada melangkahkan tambah cepat.
kedua tangannya agar Denada tak melanjutkan langkah kakinya
mu tak seperti biasanya,
a. Aku buru-b
sebagai alasan untuk menjauh dariku." S
ru-buru
u kamu menyembunyikann
mana?" tan
tamu yan
da bersemu merah. Di
saja. A
Yusuf terdiam sejenak. Dia juga mengingat mamanya yang melarang untuk dekat dengan Denada. Ala
Denada mengambil kesemp
menghirauka ucapan Yu
h Denada terhenti setelah menden
aku akan hidup sepertimu. Hidup di rumah yang sederhana." Ucapan Y
a Dena dengan wa
usuf men
ada tak meneruskan ucapan
ya Yusuf. Denada tak menjawa
marmu, Denada.
tak kencang. Sungguh semesta mendadak di penuhi bung
adanya baru saja seperti di hantam dengan keras. Jelas hati Fandi sedang patah. Hatinya luka. Namun, tak be
nar melamar Denada?"
an wajah ceria. Tak terlihat kesedihan lagi se
sam