Simpanan Om Tampan
ilat yang menyambar dan suara petir yang menggelegar. Angin pun ik
g cuaca kelam, sekelam perasaan yang dia rasakan saat ini. Leonora Cheryl, 18 tahun
ema saat menanti hari esok, dimana dirinya harus meningg
nafas panjangnya sambil merengku
orang tuanya, tapi ada sebuah rasa yang begitu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Jika boleh memilih, mungkin Cheryl memilih untuk tidak pergi. Namum,
eleksi memasuki perguruan tinggi, hal itu tidak berlaku bagi Cheryl, dia berhasil masuk ke sebuah perguruan ting
membanggakan, dan membahagiakan, terutama bagi kedua orang t
-temannya. Tapi bagaimana dengan hatinya? Melanjutkan pendidikannya ke ibu kota itu artinya dia harus t
erus memaksa dan tidak memperbolehkan Cheryl tinggal sendirian di sebuah kota besar dengan berbagai alasan yang m
n, tapi tidak bagi Cheryl karena hal itu merupakan sebuah dilema besar baginya. Tin
ebagai cinta pertamanya ataupun hanya sebatas cinta monyet, Cheryl pun tak tahu. Yang dia tahu hanyalah ada sebuah
masih duduk di sekolah menengah pertama,
kelamnya hatiku. Rasanya bahkan begitu campur aduk, menyesakkan, menyedihkan, tapi tak dapat dipungkiri kalau di dalam hatiku ada se
idurnya, lalu merebahkan tubuhnya, dan me
*
an Har
a lima jam dengan menggunakan kereta api, lalu disambung dengan sebuah taksi, Cheryl a
enyum dan menyapanya dengan begitu ramah. Cheryl kemudian masuk k
Mari saya ant
rima kasih,"
kakinya, tiba-tiba terdengar d
e
um hilang rasa terkejutnya, dan masih berusaha menata hatinya saat bertemu deng
denganmu?" sapa seorang laki-laki tampan
mencoba untuk tetap terlihat tenang. "Selamat sore, Om
u datang
a O
ahatlah! Bi Asih akan
i ke kamar dulu,
Che
mengantarkan Cheryl ke sebuah kamar di lantai dua. S
rasa, sebuah rasa yang salah. Seharusnya aku tahu batasanku, dan aku menyadari itu, tapi bisakah logika menghakimi kalbu? Salahkah rasa ini yang sud