The Villain's Captive
1 malam, tubuhku terasa gerah, aku belum mandi sejak tadi, mengantuk juga lelah tapi otakku masih sangat waras, tidak sudi
au tidak i
u seperti itu," aku
tanyanya dengan tersenyum ramah yang kelihatan s
gan melihatnya. Karena dia
i itu tida
aguku supaya aku bisa melihatnya dengan jelas termasuk
ertiku, bukan? Tidak melupakan tentang luka ini," ujarnya sambil meraih
nghentakkan tanganku dan mengalihkan pandanganku tapi karena
dengan tatapan yang ingin mem
mu, Rollan,"
salah satu peraturan dariku yang harus kau ikuti ada
uk akalmu membuktika
melakukan apa yang aku minta dan jangan sampai a
au mau apa?"
ahu apa yang akan aku lakukan. Jadi, apa y
ah dari hada
apanmu tapi sebelumnya ada satu
a i
rsayang kalau kau bersamaku?" tanya
r-benar habis karena lelaki ini. Ta
ollan berter
i begitu mendengar teriakan darinya, melihat bos mereka tengah terpinca
stennya sambil menarik tanganku dengan
tubuhku ke dalam pelukannya, hangat pelukannya enta
n segera jadi nyonyamu. Kau h
t-a
menyingkir, m
*
i luar matahari sudah bersinar dengan sangat terang, tapi suasana di villa ini benar-benar sepi,
tok..
ku di ketok
ia
Sari,
antu yan
leh masuk?"
tapi begitu aku akan membuka pintu, aku bar
h, aku langsung tertidur begitu sampai hingga aku lupa mengunci pintu dari dalam. Beruntung
uk?" tanyanya lagi deng
ncinya," ujarku dengan jengkel, ke
le
dengan membawa trolley yang penuh berisi makanan. Mulai dari roti goreng, nasi goreng, kue-kue jajanan pasar seper
semua?" tanyaku sambil berjalan
ni untuk ibu Ayuma. Tapi kami minta maaf, karena tidak tahu m
begitu roti lembut berisi selai srikaya itu masuk ke dalam mulutku, semua rasa la
un sawitnya," jawab Sari. "Ibu ma
tih dan
ir putih yang ada di dalam teko ke d
ma perjalanan dari kebun s
satu jam per
yang tidak te
apan yang penuh curiga, sepertinya dia ta
agi pula, aku tidak bisa menyetir," ujarku berbohong. "Aku butuh ch
n, silahkan buka lemari dan laci," ujarnya sambil tersenyum. "Ibu akan
ung terbelalak melihat puluhan pakaian mahal berada di lemari itu. Belum selesai keterkejutanku melihat lemari pakaianku,
sebagai putri dari Rahmat Wijaya dan selama dua puluh enam tahun hidupku, keluarga ayahku
bu Ay
ak dari lamunanku da
a a
i yang dibutuhkan, saya harus
long janga
ggarnya," ujar Sari sambil tersenyum sopan yang menyebalkan di mataku. "Saya pe
u nakas yang ada di samping tempat tidurku. Ayah, aku harus menelp