TAMPAN TAPI REPTIL
a
n kudatangi, tap
menghela napas kasar. N
Paling sakit sebentar setelah it
berpakaian serba hitam m
ementara kemenyan masih tercium dari du
mengelus janggut panjangnya. Ia menambah dua poton
wanita yang diketa
itu berujar datar, "Baikl
a juga menebas asap kemenyan menggunakan kedua belah t
epul ke arahnya. Ia menunduk, berus
bertemu. Lastri setengah terkejut, m
lelaki tua yang adalah Bapakku
angkah ke ruang tamu, tempat b
Mulutnya menahan mual kala menyaksi kaki
cukup jauh dari Lastri. Baru melihat kakiku dia
lamat musuhmu it
pet lalu mengeluarkan selembar foto yang
a lantas mengeluarkan segepok
a?" Bapak
dia beneran mati akan kut
dengan dukun lain. Saya hanya d
g?" tanya Lastri usai menge
i sini. Saya akan mengirim san
ku. Dahinya mengerut, kelihat
ertamu ke rumah wanita itu, nanti dicurigai. A
rtawa. "Kemampuan kami tak perlu diragukan k
a ketakutan. Mungkin ia berpikir bahw
tak paham." Lastr
erubah wujud di hadapan mereka. Biar makin
. Menutup wajah dengan tas, ia menge
get. Kudengar Lastri masih memekik ketakutan dan Bapak berusa
boh
berukuran 4×6 cm. Lumayan cantik. Pantas
apak mengelus sisik kepala
i ekormu belum sembuh
iri lalu merayap
*
ku tiba di hutan kecil ya
bur saat melihatku. Begitu juga dengan kawanan kambing yang digiring
hi kepekaan melebihi manusia. Sedangkan manusia y
ereka sadar akan keberadaanku
s menghilang, lalu t
bata. Salon dwi fungsi di mana lantai satu sebag
ya. Mereka tidak jelek. Kelihatan terawat sempurn
wajah, hingga sulam alis. Sungguh aku benci wanita pesolek
i depan salon. Mencari tahu di mana letak kelemaha
sibuk menerima pembayaran dar
s," ujar seorang pengunjung memamerkan jemarin
buru-buru menyelinap masuk. Bersembunyi
Terasa dari hawa
menarik pelanggan agar ramai. Biar tuyulnya betah, t
pelanggan. Menghembuskan hawa penuh gairah sensualitas. Sehin
ggi lima meter berjaga di situ. Berbadan kuda tapi berkep
a. Menghasilkan Anak-anak gaib hasil perkawinan silang dua dunia. Berkaki kuda, berkepala manusi
tak berhasil mere
an sihir boneka atau mengutus jin biasa. Ia
situasi, aku lalu
sesedukun, jika menyerang tanpa