Penyesalan Ibu Mertua
akan naik jabat
, baru pul
tanya tersebut dan melihat tetangga yang
batin Febri dengan mem
begitu saja. Dia kembali me
mobil pula
yang sudah malam dan Febri yang pulang di atar oleh sebuah mobil me
g pulang p
dan membuat mereka berdua menatap ke a
bu Sella bertanya dengan berkacak pinggang, memperhatikan
embuat Yusuf keluar rumah dan ikut
ngkin bisa marah atau bertanya-tanya apapu
ngkah seribu. Kabur, dia tidak ingin terlihat seperti tetangga yang tid
lu, angin malam tidak biak untuk ke
u Yusuf. Seolah, mengatakan. Jika,
n mengikuti langkah ibunya dari belakang. Ta
yalakan api peperanganya tehadap Febri, seolah
a kamu akan tinggal diam? Sedangkan, kali
mempercepat langkah kakinya. Semakin lama dia mel
n. Karena, setiap kata yang akan keluar dari bibir
isa membunuh seketika. Seperti
us
dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. Dia berbalik b
mulai mengintrogasi Febri, terdeng
Ibu Anatasya, Mas. Bahkan, aku akan n
itu. Tetapi, apa yang diharapkan oleh
ang abru saja dia jelaskan. Denga
eeting dengan pakaian tadi! Seperti wanit
uaminya tuduhkan tanpa lelaki itu sadari
, Mas? Aku bisa membukti
ewa, sam
pannya. Dia lelah untuk membujuk suaminya, dia punya
u dituntut ini dan itu. Terlebih harus menyamping
sempat berpisah dengan sang suami. Dia belajar banyak
dan menarik selimut. Dia tidak ingin para
u, dalam keadaan m
as Febri dengan cepat. Dia sudah t
g membuat Febri sampai mau menikah dengan lelaki yang kini duduk
leh malaikat?" tanya Yusu
katakan, jika
al itu. Tidak akan berpengaruh sama sekali kepad
leh mobil mewah dan berpakaian bagus. Namun, kata
na nanti. Jika, Febri naik jabatan lagi. Maka, dirinya hanya oran
ika istri mereka menjadi wanita karir. Selain, dir
inya sendiri. Bahkan, untuk keluarganya. Maka, sang suami a
tkan istrinya sendiri. Tanpa dia sadari, hal itu han
isa. Namun, tidak aka pernah menang. Kecuali dia membenarkan, setiap
nap
pilan istrinya. Dimana hukumnya, seorang istri hanay bo
rintah Pak Martin," jawab Febri
ya menajdi wanita karir. Yaitu, isterinya akan patuh
pergi meeting dengan Pak Martin. Tapi ... siapapun
h! Kita tidak minta makan sama mereka. Lalu, apa yang ahrus kita den
otak, yang mau mendengar dan mengiku
akit sendiri. Terkadang sampai tidak tidur dan maka
an menatap sendu wajah sang istri. Berpisah beberapa waktu, telah membuat Yusuf merasa hi
elingkuh! Aku tidak main dengan bos
anjutkan ucapannya, "Aku menikah dengamu, karena niat u
i istri yang soleh. Namun, nyatanya. Jika hati telah dikotori.
Mas yang menafkahimu," kata Yusuf dengan sorot mata seriu
as?" tanya Febri ingin memastik
Atau, Mas sebagai suamimu!" Yusuf mene
pekik Fe