icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pengkhianatan Istriku

Bab 6 Tuan Dermawan

Jumlah Kata:1575    |    Dirilis Pada: 07/06/2023

membasahi bumi. Aku pun tidak bisa mencari botol bekas seperti biasa. Kulirik Rafa yang tertidur denga

bahan pokok. Bahkan, sebutir beras pun tidak ada di rumah. Jadi, bagaimana aku bisa membuatkan makanan? Rafa masih terlalu kecil untuk mengetahui beban ber

amun, beberapa hari sesudah dia pergi sangat terasa. Jika kehadiran beliau sangat berpengaruh. Kini, akulah yang harus

fa juga tidak menunjukan tanda-tanda aneh ketika pamit dengan ibu. Biasanya, Rafa akan

bu. Tanpa terasa jatuh air mata mengalir. Mengenang wajah wanita yang sudah lebih da

hwa nyawanya tidak bisa tertolong. Wiji sudah berusaha untuk menghubungi, tetapi

lam. Menekan perutnya yang kempes. M

li makanan," ucapku mengelus pucuk kepalanya. Mem

apan lirihnya terasa menyayat-nyayat hati. Anak semata wayangku merasa kela

mau lihat Rafa sekolah sampai besar. Tapi k

Tuh

. Memang, selama berita kematian itu didengar Rafa, a

. Juga mengapa ibunya meninggalkan tanpa kembali lagi. Sunggu

ayang pada Nenek," jaw

rus seperti kekurangan gizi. Berkali-kali dia menekan perut yang selalu ber

utup," kataku berbohong. Aku beralasan agar hati anak yang polos

n di rumah telah habis dimakan. Itu pun hanya sisa singkong yang dicabut kemarin, untuk mengganjal perut. Tidak a

malam. Besok Ayah janji akan buatkan maka

n. Sepanjang malam aku menangis di samping Rafa sambil menahan rasa yang sesak. Betapa tidak berdayanya aku, hanya untu

Di mana orang dermawan akan memberi kami makan. Namun harapan dan kenyataan tak semulus yang kuinginkan. Ketika fajar

gumamku dalam hati. Untuk kesekian kalinya aku dan Ra

ingin mencari botol bekas atau menjadi kuli. Barangkali, ada tetan

iri saja di dalam rumah. Berkali-kali aku melirik Rafa. Takut dia keburu bangun dan makanan belum ada. Sementara, hujan masih beta

wayangku, lalu berbisik di telinganya dan berkata, "Nak, Ayah akan keluar sebentar, y

o. Memandang anak semata wayangku yang masih terlelap dalam m

lan setapak yang becek dan berlumpur. Mengetuk pintu rumah tetangga dari satu pintu ke pintu yang lain. Berharap mereka akan memberiku pekerjaan entah mencangkul,

saku untuk membersihkan rumput di halaman. Namun, nihil hasilnya. Tak ada satu pun

ni adalah rumah yang kesebelas aku datangi. Mudah-m

aikum

g kampung. Entah sudah berapa jauh kaki ini berjalan. Hingga lutut terasa pegal, dan seluruh tubu

tang ke sini?" seorang wanita berd

ntik, kulitnya nan halus seperti bintang iklan handbody. Tatapannya yang tak bersahabat membuatku urung

gkali Anda membutuhkan tukang bersih-bersih rumah

mah untuk mengerjakan itu semua. Jadi, saya ga

gitu. Saya permisi

aikum

mah mewah itu. Namun, langkahku terhenti ketika

s D

ij

ke mana hujan-

cari peke

ujan, Mas. Tidak mudah

erjaan. Rafa tak mungkin berpuasa terus. Sekaran

ja. Kebetulan tadi aku masak banyak karena ada tam

pekerjaan saja. Mudah-mudahan nanti

i, M

Mungkin siang nanti

Pangg

kampung. Selama ini, Wiji sudah banyak membantu. Tak mungkin ku beratkan dengan masalah eko

knya, hujan tak jua ingin berhenti. Hingga kuputus

sangat lezat. Perut yang belum diisi dari kemarin terasa sem

sama Pak Anton?" tany

tu kan? Pengusaha keripik pedas?" t

juga story' loh. Beliau sedang bersedekah di d

wajar aja, wong dia orang kaya. Lah kita apa? Cuman petani. Laki juga kerjanya serabutan. Apa yang mau disedekahkan," ujar wanit

yang sedang bergosip ria. Sambil menunggu hujan reda. Padahal, aku tahu siapa Pak Anton itu. Bel

angga menggosipkan Pak Anton, yang me

semata wayangku dengan sedih. Namun, botol bekas yang kudapat baru sedikit. Bahkan, hanya beberapa buah saja. Itu pun kudapat dari depan warung tadi. Sebelum iku

*

sam

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka