Istri Yang Berjuang Sendiri
a, dua kakakku perempuan semua dan sudah berkeluarga juga. Kakakku yang pertama seorang manager di sebuah perusahaan makanan, suaminya adalah kepala cabang sebuah bank. Sedangkan kakakku yang kedua
juga ingin hidup enak seperti kakak-kakakku. Pada awal berpacaran dengan Keyla. Orang tuaku dan kedua kakakku menginginkanku menikah de
mempunyai calon menantu yang honerer juga. Jadi dengan dalih uangnya ditabung untuk bikin rumah, hah entah kapan orangtuaku mau membuat rumah untuk kami. Yang ada sih uangnya diberikan ke aku, terserah aja aku yang mengatur. Hehehe. Daripada untuk membuat rumah, lebih baik uangnya aku gunakan untuk jaga-jaga. Secara uang gajiku kan tidak menc
beli mobil kan tidak apa-apa. Masih ada aja sumber uang lain. Nanti kepangkas loh uang untuk belanja rumah tangga? Lah itu kan urusan dia, bukan urusanku. Urusanku aku mau punya mobil juga seperti kedua kakakku dan teman-teman di kantor. Rugi dong punya istri pegawai tapi tidak dimanfaatkan. Punya SK tapi untuk pajangan saja, apa gunanya tes masuk pegawai kalau SKnya tidak di sekolahka
k jadi perempuan nggak pinter gitu sih. Kan dia bisa usaha tambahan kek atau mengajar les privat. Aku tidak melarang. Yang penting keuangan rumah tangga bisa terselamatkan. Kalau seperti ini kan aku juga kena imbas dan susahnya. Makan jadi seadanya. Duh dasar istri tidak pintar mengelola keuangan, jadi terseok-seok seperti ini kan jadinya ekonomi rumah tangga kami. Harusnya dia bisa berpikir dong, bagaimana cicilan bis
*
nak yang menggugah selera. Sesampai rumah orang tuaku, aku segera memarkirkan mobilku
r di jam makan siang. Mana istrimu? Kok nggak kamu
anu mah, Keyla masih sibuk dengan pekerjaan di kanto
ya jadi hobi dan prioritas. Yuk dimakan nak, n
, perkedel kentang, dan telur dadar. Makanan kesukaanku dan tentu saja ak
k, emang Keyla nggak pernah masak k
s jujur ke mamah. Tapi nanti mamah malah mengomel dan ujung-ujungnya melabrak Keyla. Ah itu urusan nanti. Oke deh kalau