My Brother Sweet but Pscyho
ncapai bibir hutan. Bahkan dia tidak tahu apakah dirinya berj
"Tch! Lapar..." Hanya makan tiga sendok seharian ini, tu
hon lalu bersandar, merosot terduduk dengan lemas. Na
sa damai, menarik sudut bi
enutup sayu. Tepat sebelum kesadarannya benar-benar hilang, suara dedaunan me
a Cecilia sebagai pertanda mengerikan di masa depan nanti. "Apa kau butuh bant
ucap Cecilia. Sebegitu ia membenc
ri. Lalu dia melanjutkan kata-katanya. "Belum saatnya kau mati hari ini. Bukankah ka
r tubuhnya lemah tak berdaya. Tenaganya telah lenyap entah pergi
. Ia pun memperlihatkan senyum culas kemenangan, sorot mata yang menyirat
menggendongnya ala puteri tanpa ada perlawanan. Cecilia menyerah. Tanpa tenaga, ia ti
*
ilia kabur. Carlo baru setengah jalan dalam perjalanan, lantas putar b
ugur dan Carlo harus kehilangan jutaan dolar. Namun keteguhan hatinya, me
gi Carlo, kerugian ini sama saja de
Cecilia pergi menuju hutan. Kemudian Carlo mengganti tamp
n itu adalah milikku. Berlari lah sejau
betulan saja ia memasang kamera di sejumlah titik pohon u
ari tempatnya. Ia pergi menuju hutan. Sambi
enjemput tu
*
menyadari sudah berpindah ke ruang kamar.
ma parfum khas pria itu memenuhi ruangan ini. Mak
adap ke taman. Hanya ada satu pintu keluar. Itu pun tampak
engus melihatnya. Bagus sekali, pria itu tidak perlu repot-repot memberinya m
us asa. Menyentuh sebuah borgol di lengan kirinya yang diinfus. Benar, b
gat dingin dan datar tanpa ekspresi, seolah mati. I
dihadapi dengan
le
asuk. Berjalan menghampiri lalu meletakkan nampan b
bertanya?" k
esehatanmu harus selalu aku pantau s
," gumam bi
ng menjijikan yang sayangnya tamp
a sudah disodorkan sepotong apel di depan m
Buka mulutmu," perintah Carlo,
sepotong apel pun mendarat di dalam mulutnya. Dalam hati ia berharap setiap makanan yang
p hidup dan menghirup udara bebas di dunia luar. Sekarang masih bel
rah. Kau pasti bisa pergi dari tempat terkutuk ini. Tem
dup, ia terus memotivasi
suka!" Carlo menyeringai lebar. Ia terlihat gembira. Samp
tahu yang mana. Tetapi bukankah gila dan waras adalah kesatuan yang sama? Pria itu ter
tempat ini..."
bur. Para pelayan juga sudah kup
pun, kenapa kau memecatnya?" protes Cecili
," ujar Carlo menjawa
an di sini. Dia dan pelayan itu sudah lama berteman sejak tinggal di mansion ini. Malah pelayan itu j
anya, mengobrol hingga bertukar informasi. Singkatnya, hanya pelayan
tkan Cecilia, menatapnya melo
membuat aku cemburu," tegas pria
nya termenung--ekspresi yang tak pernah terlihat di
, tampak rapi dengan setelan jasnya, terlihat penuh wibawa. Carlo melirik
tainya, katakan yang sejujurnya pada dia. Maka dia akan bisa meng
*