icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Konselor Pernikahan

Bab 6 6. Pinjam peluk.

Jumlah Kata:1478    |    Dirilis Pada: 19/12/2022

*

ru sama sekali tak ada jeda baginya memangkas waktu, semua justru kian terbelenggu. Ia ingin menjerit sekuat tenaga

koni peran sebagai orang bodoh sekarang. Ia benci keadaan tersebut, ia ingin segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang dik

alanya juga melongok keluar jendela sekadar memastikan pergerakan mobil di depannya, t

kson terus, pusing saya, Mbak!" omel laki-laki penumpang mobil di sisi kanan K

h sakit! Gimana perasaan Bapak kalau jadi saya." Rupanya Karenina

kan sama aja mengganggu ketenangan orang lain." Si peng

cuma kalian berdua yang protes sama saya." Rasa cemas

gigi memberi saran yang cukup efektif, sebab tanpa menunggu lebih lama Karenina memutuskan keluar dari mobilnya tanpa peduli apa yang terjad

i tergopoh-gopoh menemui rumah sakit meski jaraknya masih cukup jauh. Sial memang tak pernah memilah te

a terbayang tentang Denial, tangannya sesekali mengusap peluh ya

meremas perutnya, napas terengah-engah, tapi ia belum ingin berhenti sekarang. Tanpa aba-aba air matanya terjatuh me

ng kenapa dan ada apa, tapi Karenina enggan menjawabnya, ia hanya menggeleng seraya terus menangis. Aura se

r jika hanya diam saja dan menangis, Karenina menguatkan jiwa raganya untuk bangkit lagi, ia melangkah

dekat. Begitu menyebrang jalan dan tiba di rumah sakit yang ia tuju, Karenina bergegas menghampiri r

bantu, Mbak?" tanya

nial Nuraga di mana, ya?" Kareni

mputer di depannya yang berisi tabel

aru kecelakaan tadi,

mputer. "Maaf, Mbak. Tapi, di komputer saya

suami saya ada di rumah sakit ini, cob

asilnya tetap sama. "Maaf, Mbak. Tetap nggak ada

gak aktif sih nomornya." Ia berdecak kesal, tanpa mengatakan apa-apa lagi Karenina memutar tubuh menyusuri lorong rumah sakit begitu saja,

juga tak aktif padahal tadi ia yang sudah menghubungi kakak iparnya. Karenina berhenti di lorong, suara troli terdengar di belakangnya, ia merasa degup jantungnya bertalu-t

yang terbaring tak sadarkan diri di sana, sayangnya bukan Denial. Sepercik kelegaan membasuh

an itu kembali membuka ponsel, ia mencoba menghubungi nomor selain Elita. Ada nomor Anne, Zian serta

k memasuki area rumah sakit sebab rasa takut terus merembet di tubuhnya. Kini Karenina bersimp

sien menghampiri Karenina, ia berlutut di depan perempuan itu. "Ya ampun, Mbak. Keluarganya ada yang di rumah sakit

yang sembap, ia sesenggukan seraya mengusap air m

*

k menemukan Denial di sana. Cukup lama Karenina merenung ditemani wanita gemuk yang sempat memeluknya, ia hanya diam tatkala wanita tersebut memberikan banyak wejangan agar Karenina terus bersabar jika anggota keluarga

kah gontai menyusuri trotoar dengan tatapan kosong, sang jiwa seolah pergi meninggalkan raganya. Lambat l

ah mengambil mobilnya yang sempat ditinggal di jalan akibat kemacetan sore tadi, entah harus bagaimana selanjutnya, Karenina tak memilik

a tempat sampai di area trotoar. Jarak menuju mobil jelas semakin jauh, jika awalnya Karenina mar

kan mobil sore tadi, tapi sudah tak ada apa pun di sana-mobilnya, lalu-lalang kendaraan terli

u." Karenina masuk, terlihat sebuah etalase di permukaan meja berisikan banyaknya piring lau

ek berisi dengan rambut sedikit beruban, apron lusuh membalut bagian

k keluar-pada tempat terakhir kali ia meninggalkan mobilnya. "Saya kejebak macet, tapi saya lagi bu

anya itu mobil siapa, tapi memang nggak ada yang tahu, katanya mengganggu lalu-l

s di lantai, masalah tentang keberadaan Denial belum kelar, sekar

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka