searchIcon closeIcon
Batalkan
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

baca manga re zero

Hasrat Liar Sang Ustadzah

Hasrat Liar Sang Ustadzah

Juliana
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Romantis R18+Role PlayFantasiPengkhianatanHubungan rahasiaGuruPengurus rumahMenarikBeruntungUrban
Unduh Buku di App

Penyesalan datang setelah semua kesempatan habis. Perasaan saat lenyapnya nyawa dalam raga ketika manusia tak sengaja berbuat ceroboh. Saat mata sang bidadari tertutup bersamaan dengan lisannya yang cerewet diam untuk selamanya.

Penyesalan itu semakin menumpuk. Menjadi gunung yang suatu saat akan meletus. Mengeluarkan semua yang terpendam. Di mana rasa kecewa, cinta, obsesi, keluar menjadi sebuah alasan pembelaan diri.

Pemuda berkulit eksotis itu bukan seorang atlet, ia adalah perampok sekaligus pembunuh berantai. Tubuhnya diikat di kursi besi dengan kabel terbuka yang terhubung pada kursi besi itu. Jika saja ia menjawab salah, atau berkilah, aliran listrik akan menyengat tubuhnya. Ia duduk di bawah sinar lampu putih, sorot matanya menatap penuh kebencian pada seorang detektif di depannya.

Rusli, pria tambun itu menghela napas panjang. Ruang sempit yang sering dikunjungi bersama para narapidana itu seakan menyerap oksigen yang dibutuhkannya. "Kamu orang aneh," ucapnya sambil terkekeh, terdengar seperti ejekan. "Bagaimana cara berpikirmu, anak muda? Bagaimana ibumu bisa bahagia jika anak satu-satunya begini?"

"Diam kau, bangsat!"

Rusli terdiam sejenak, ia menatap datar ke arah pemuda itu beberapa detik, lalu tersenyum ramah.

"Rupanya aliran listrik yang menyengat tubuhmu seperti sebuah kemoceng yang menggelitik, ya?" Rusli menatap pemuda di depannya sambil tersenyum.

"Apa yang kau inginkan sebelum sidang terakhir dilaksanakan. Kamu tahu, tidak ada kesempatan saat itu! Dan hukuman mati adalah hal pasti." Rusli berkata dengan tegas. Ia mulai berdiri. Remot kontrol berukuran kecil yang sedari tadi ia pegang, segera dimasukan ke dalam saku.

Raut wajah yang sedang marah itu perlahan melunak, wajahnya ditekuk dengan mata yang mulai berembun. "Pulang," jawab pemuda itu dengan suara parau.

Rusli memalingkan wajah sambil menahan tawa. Lalu ia mencondongkan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada meja kayu yang dingin, ia menatap ke arah pemuda di depannya. "Kalau begitu, banyak-banyaklah berdoa!" Rusli kembali berdiri tegak, lalu beranjak meninggalkan ruang interogasi.

Dalam kesendirian yang hanya beberapa menit saja, pemuda itu tersenyum tipis. "Bagaimana bisa Tuhan mengabulkan doaku, hidupku saja sangat jauh darinya."

Dua orang petugas masuk dan melepas rantai yang mengikat tubuh pemuda itu pada kursi besi, tapi tidak dengan borgolnya. Sipir penjara itu sikapnya sangat dingin, setiap ucapannya yang keluar bagaikan petir.

"Jalan!" titah salah satu sipir penjara. Pemuda itu berjalan dengan tenang menuju sel tempat ia ditahan. Melewati lorong gelap yang di kiri dan kanannya adalah para tahanan di balik jeruji besi, lalu melewati lorong temaram yang sepi dan dingin. Lorong bawah tanah, lembab dan sesak.

Pintu besi yang berlapis itu dibuka, pemuda itu masuk tanpa menunggu disuruh. Ruangan yang ia tempati sangat sempit, hanya cukup untuknya duduk dengan kaki menjulur. Sementara tinggi ruangan tersebut tiga kali lipat dari tinggi badannya yang hanya 187cm.

Pemuda itu menengadah ke arah langit-langit, matanya menatap ke sudut kanannya, di sana ada ventilasi, sempit dan tak mungkin diraih. Kedua tangannya mengepal, matanya sulit untuk dipejamkan kemudian memerah, bibirnya berkedut dan akhirnya melukiskan senyum serta air mata yang mengalir deras.

Pemuda itu bernama Fauzan, seorang narapidana atas kasus pembunuhan berantai serta perampokan. Sebenarnya, cukup sulit untuk polisi menangkapnya. Jejaknya selalu terhapus. Namun, saat terakhir ia melakukan perbuatannya, saat itulah nasib sialnya. Atau mungkin, dia berniat mengakhiri perbuatannya. Karena pada saat ia ditemukan, ia sedang duduk terkulai di hadapan seorang gadis.

Fauzan menghela napas berat. Ia mengubah duduknya menjadi duduk jongkok menghadap tembok, tangannya mendekat ke dinding yang cat putihnya sudah menguning. Tangannya bergerak, menempelkan besi borgol ke dinding, lalu membuat coretan-coretan abstrak. Jika dilihat lebih dekat, itu adalah gambar yang sudah ia buat selama satu tahun di penjara sempit ini. Fauzan melanjutkan karya seninya itu sambil tersenyum getir.

Setiap coretan abstrak itu memiliki arti dan ceritanya masing-masing. Fauzan selalu bergumam saat mencoret dinding yang dingin itu. Gumaman yang jika didengarkan dengan baik merupakan ceritanya sendiri. Cerita yang mungkin ingin ia bagi, meski hanya dirinya sendiri sebagai pendengar yang baik.

"Anak muda yang malang," ucap sebuah suara berat.

Fauzan yang sedang berkutat dengan coretannya dan menggumamkan cerita itu segera menoleh ke belakangnya. Lalu memindai sekeliling ruangan sempit itu. Tidak ada siapapun di sana. Ia tersenyum getir, lalu kembali menatap tembok yang sudah ia coret.

"Memaafkan masa lalu itu tidak mudah, tapi berusahalah." Suara itu kembali muncul.

Fauzan bergeming, ia menghentikan kembali aktivitasnya. Namun, kali ini ia tidak menoleh ke belakangnya. Ia pikir, mana mungkin ada orang lain di ruangan isolasi ini.

"Kamu siapa? Apa hanya halusinasiku saja?" tanya Fauzan menatap dinding yang hanya berjarak dua puluh senti itu.

Baca Sekarang
Re(s)tart

Re(s)tart

penulis R
"Dua hal kebahagiaan yang kupunya, telah kamu ambil. Apa itu belum cukup jika aku adalah selanjutnya?" tanya anak itu sambil duduk menengadah, seulas senyum terbit dengan tatapan mengejek. Ia sudah tak sanggup berdiri, tubuhnya penuh memar, kekuatan yang tersisa masih disimpannya untuk hari esok. Ak
Adventure
Unduh Buku di App
Cinta Gila Putra Konglomerat (Zero)

Cinta Gila Putra Konglomerat (Zero)

Masatha
Memiliki teman yang posesif dan memperlakukan dirinya layaknya kekasih, membuat Pamela memberanikan diri menyatakan cinta. Tetapi justru penolakan dan penghinaan yang Pamela dapatkan. Setelah itu Zero menghilang tanpa kabar, sementara Pamela trauma untuk jatuh cinta. Sampai Pamela bertemu dengan
Romantis Cerita MenegangkanCinta yang dipaksakanBudak seksualLicikTampanMiliarder
Unduh Buku di App
Love Over Everything

Love Over Everything

Kennie Re
Setelah mengetahui rahasia kelam suaminya, lalu melarikan diri, Zanara bertemu dengan Jayme, seorang pria yang mencintainya sepenuh hati. Namun, masa lalu yang kelam dan pengkhianatan membuat Zanara membangun dinding tinggi dan tidak memberi kesempatan pada pria itu. Makin lama, ia justru terjebak
Romantis R18+KeluargaPengkhianatanDokterPria SejatiUrban
Unduh Buku di App
Gairah Bad Boy Salah Sasaran

Gairah Bad Boy Salah Sasaran

EL ZERO
Bad boy adalah istilah yang dipakai untuk menjuluki Elang. Mahasiswa tampan yang tingkahnya masuk dalam kategori 'nakal'. Dalam acara malam keakraban dengan mahasiswa baru yang digelar di alam terbuka, Elang hadir sebagai panitia dengan misi pribadi. Yaitu mendekati mahasiswi yang memiliki paha mul
Anak muda R18+HumorCabul PlayboyMenarikTampan
Unduh Buku di App
Yuk, baca di Bakisah!
Buka
close button

baca manga re zero

Temukan buku-buku yang berkaitan dengan baca manga re zero di Bakisah