Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Gairah Liar Pembantu Lugu
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Suamiku Ternyata Adalah Bosku
Sumpah demi apa pun Tara merasakan kepalanya pening setengah mampus, bahkan kini perutnya juga terasa mual. Ia mengerjap beberapa saat untuk mengembalikan kesadaran. Akan tetapi, Tara yang semula memegang kepalanya sendiri, mendadak terdiam di tempat tidur yang nyaman dengan selimut tebal yang menutupi seluruh bagian tubuh telanjangnya. Gadis itu menoleh ke belakang punggung sebelum kemudian mengumpat pelan setelah menyadari satu hal penting.
"Oh, shit!" umpat gadis itu dengan suara sangat pelan.
Tara mengangkat kepala untuk mengintip ke mana seluruh pakaiannya pergi dan kini kedua matanya terpejam erat dengan perasaan gemas, sebab saat mengingat kejadian semalam, gadis itu lagi-lagi menggelengkan kepala sambil merutuki kebodohannya sendiri. Tanpa berlama-lama lagi, Tara bergegas bangkit dari kasur seraya menyeret selimut dan memungut pakaian miliknya yang berserakan di lantai.
Gadis itu masih mengumpati dirinya sendiri mengingat kebodohan yang telah ia lakukan semalam sampai ia harus berakhir di kamar ini. Sambil mengenakan pakaiannya kembali, sesekali Tara masih menekan kepalanya yang terasa pusing.
Sebelum pria yang semalam turut menanggalkan pakaiannya di kamar ini kembali dari kamar mandi. Karena Tara dapat dengan jelas mendengar suara gemercik air yang sudah bisa ia pastikan pria itu sedang mandi di sana.
"Berhenti!" Nada dingin dan tegas tak terbantah itu sukses membuat bulu roma Tara berdiri.
Kedua mata Tara melotot kaget menampakkan manik cokelat hazel. Ia bahkan tak berani menoleh untuk menatap laki-laki yang semalam menjadi teman tidurnya.
"Mau ke mana?" ucap suara bariton itu sukses mengejutkan Tara yang sudah memakai pakaiannya, minus kemeja flanel yang entah menghilang ke mana.
Pakaian berupa tank top hitam dan bawahan Hot pants jeans blue yang menampakkan paha putih mulus itu cukup membuat Tara menyesal mengapa ia harus meminjam pakaian milik sahabat bodohnya.
"Mampus!" Tara kontan mematung dengan posisi membungkuk karena sedang membetulkan sepatu kets yang tengah ia kenakan. Kedua mata gadis itu terpejam dan seperti biasa bibir ranumnya mengumpat tanpa suara.
"Aku tanya, mau ke mana kamu?" suara itu kembali terdengar lebih dekat, bahkan Tara dapat merasakan punggungnya disentuh oleh tangan besar yang masih dingin. Telinganya terasa geli saat napas hangat dan aroma wangi pria itu menyeruak masuk ke hidungnya.
Gadis itu dengan cepat bergerak menjauh dan terpaksa melakukan kontak mata dengan pria yang kini hanya mengenakan handuk berwarna abu untuk menutupi bagian bawahnya. Sedangkan rambutnya masih berair, dada bidang pria itu terlihat setengah basah pula, Tara mengalihkan pandangan ke seluruh penjuru kamar untuk mencari kemeja flanel yang semalam ia gunakan. Sungguh nggak mungkin kalau ia harus keluar dari kamar dengan pakaian seperti ini.
Tapi, sialnya tatap mata Tara yang penuh kegugupan itu tertangkap sempurna di mata pria yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia kini justru mendekati Tara yang terlihat semakin mundur tanpa membalas tatapannya.
"Kamu mendadak bisu, ya?" tanya pria itu, "kamu lupa? Semalam kita bermain dengan sangat agresif."
"Heh," potong Tara melotot. Demi apa pun gadis itu sudah mengutuk dirinya sendiri karena meneguk alkohol nyaris tanpa jeda semalam sampai akhirnya ia terbangun di kamar ini.
"Kenapa? Kamu nggak lupa, kan, apa yang kita lakukan di kamar ini?" tanya laki-laki itu semakin maju memangkas jarak antara dirinya dan Tara.
"Bisa diem nggak kamu?" ucap Tara masih mencoba menentang laki-laki di depannya.
"Apa pun yang terjadi semalem, itu cuma sebuah kesalahan, ngerti?"
Segaris senyum miring jelas tercetak indah di wajah tegas yang, sialnya harus Tara akui bahwa laki-laki itu memang tampan. Sepasang mata kelabunya nyaris saja menyihir Tara jika gadis itu tak bergegas mengalihkan pandangan ke arah lain. Satu lagi kesialan yang menghampiri Tara. Saat gadis itu terus mundur untuk menghindari laki-laki di depannya, ia justru tersudut di tembok dan laki-laki itu dengan cepat mengurung Tara dengan kedua lengan kekarnya.
"Kamu takut?"
"Saya mau pulang," tegas Tara.
"Aku nggak kasih izin," balas laki-laki itu cepat.
Sontak hal itu membuat Tara melotot dengan perasaan kesal.
"Saya nggak butuh izin dari kamu, jadi tolong minggir!" Gadis itu mendorong dada bidang di depannya, namun siapa sangka si laki-laki justru menahan tangan Tara di dadanya, dengan senyum miring yang tampak mengerikan.
"Ah, kayaknya kamu memang tipe orang yang suka ngelakuin apa pun tanpa izin orang lain, ya? Cukup menarik."