/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Malam itu, hujan turun dengan deras, membasahi jalanan kota yang sepi. Lampu jalan berkelap-kelip, memantulkan warna kuning pucat di genangan air. Lira menarik mantel tipisnya lebih rapat, berlari di antara tetes hujan yang seolah ingin menelan setiap langkahnya. Ia tak peduli basah, tak peduli dingin. Yang terpenting saat itu hanyalah satu: membantu pelayan yang terjerat masalah.
"Hei! Hati-hati!" teriak Lira, saat seorang pemuda hampir tersandung karena membawa nampan penuh gelas. Beberapa pria dengan wajah keras tampak mengelilinginya, tawa mereka dingin dan menyeringai.
"Lepaskan dia!" suara Lira tegas, meski gemetar di ujungnya. Tanpa pikir panjang, ia mendorong salah satu pria yang tampak paling besar, membuat gelas di nampan pemuda itu jatuh pecah.
"Kamu-!" salah satu dari mereka melotot, tapi Lira tak menunggu mereka. Ia menarik pelayan itu pergi dari kerumunan, menepi di bawah atap toko yang sedikit menjorok.
"Terima kasih... aku-aku tidak tahu harus bagaimana kalau kau tidak muncul," gumam pemuda itu, wajahnya pucat dan basah kuyup.
Lira tersenyum tipis, "Jangan khawatir. Orang macam mereka biasanya... hmm, mudah diperingatkan."
Namun, senyum itu belum sempat berkembang, karena langkah berat terdengar dari belakang. Dalam sekejap, tubuh Lira terseret ke kegelapan, tangan-tangan kasar menahan geraknya. Ia berjuang, menendang, berteriak, tapi semuanya sia-sia.
Seketika, semua menjadi gelap.
Ketika Lira membuka matanya, ia sudah berada di ruangan asing. Lampu-lampu temaram menggantung, menyorot dinding yang penuh lukisan klasik dan perabot mewah. Aroma parfum berat dan alkohol menusuk hidungnya.
Seorang pria duduk di kursi besar, tubuh tegap, wajahnya tegas dengan garis rahang yang tajam. Matanya yang gelap menatap Lira seolah menelannya hidup-hidup.
"Selamat datang," suaranya dalam dan dingin. "Aku Arion. Dan kau... akan tinggal di sini untuk sementara."
"Me... melepaskan aku!" Lira berteriak, suaranya parau. "Aku tidak tahu siapa kalian, tapi ini gila! Lepaskan aku sekarang!"
Arion hanya tersenyum tipis, menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi matanya. "Tenang, aku tidak akan menyakitimu... setidaknya, belum."
Lira menggigil, antara takut dan marah. Hatinya berdegup kencang, kepala penuh pertanyaan: mengapa ia, seorang gadis biasa, bisa terjebak dalam situasi seperti ini?
"Kenapa... kenapa aku?" gumamnya sendiri, suaranya nyaris hilang.
/0/28860/coverorgin.jpg?v=20251203185311&imageMogr2/format/webp)
/0/4454/coverorgin.jpg?v=ed5ebcf6d3a160941f315a46bdde27bf&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/2314/coverorgin.jpg?v=83d6a252aa475c96b561cd00597ad4c5&imageMogr2/format/webp)
/0/2398/coverorgin.jpg?v=0b2b1c54e4252520e4b43f1d7776df14&imageMogr2/format/webp)
/0/3456/coverorgin.jpg?v=de716839bd98a0fdefee9093bf308d00&imageMogr2/format/webp)
/0/4027/coverorgin.jpg?v=20250121182022&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=20240510133417&imageMogr2/format/webp)
/0/5359/coverorgin.jpg?v=20250121173948&imageMogr2/format/webp)
/0/15445/coverorgin.jpg?v=9237c6edf1bfb2243d6db3d85f70d75f&imageMogr2/format/webp)
/0/22567/coverorgin.jpg?v=7c92bcb6385ea72a8db1d758256db4ae&imageMogr2/format/webp)
/0/16913/coverorgin.jpg?v=20240313200055&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=1c0a6787d21223048282c0da9b5c5c48&imageMogr2/format/webp)
/0/14508/coverorgin.jpg?v=98e8c4aaf99418b9b32d635dfec6f032&imageMogr2/format/webp)
/0/19051/coverorgin.jpg?v=e67300697797524500dadbc4d1e1b62a&imageMogr2/format/webp)
/0/16754/coverorgin.jpg?v=d4db72e404c10eee92f590cbd35a266b&imageMogr2/format/webp)
/0/21621/coverorgin.jpg?v=fea238469818ea92d629a4bbbdbf5f64&imageMogr2/format/webp)
/0/8516/coverorgin.jpg?v=8f090e21d980d15f912bae56538d3c38&imageMogr2/format/webp)
/0/10879/coverorgin.jpg?v=832f849f50e9ff94dbfcfb8d619a6081&imageMogr2/format/webp)