Setelah berkendara selama beberapa lama hingga satu jam tanpa kejelasan arah di hutan belantara tersebut, aku akhirnya melihat cahaya samar-samar di kejauhan. Tanpa ragu, aku mengarahkan mobilku ke arah cahaya tersebut, berharap menemukan bantuan. Ternyata, cahaya itu berasal dari sebuah pondok tua yang terletak di tengah hutan.
Aku mengetuk pintu pondok dengan hati-hati, tidak tahu siapa yang akan menjawab. Beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka perlahan, mengungkapkan sosok seorang kakek berjubah dan seorang nenek dengan sorot mata yang tajam sambil menyeringai seperti serial film maklampir yang populer waktu itu. Meski terlihat seram, mereka menyambutku dengan senyum hangat. Walau demikian aku bisa merasakan ada ketegangan yang tersembunyi di balik senyum mereka.
"Siapa kamu malam malam begini disini?" sapa kakek dengan suara serak.
"Aku tersesat di hutan ini, Kek," jawabku dengan ragu. "Bisakah Anda memberi tahu saya jalan pulang ke Semarang?"
Kakek itu memandangku dengan tatapan yang penuh pertimbangan. "Hutan ini memiliki banyak rahasia, anak muda. Tapi kami akan membantumu." Teruslah berjalan ambil sisi kanan dan jangan pernah belok ke kiri sampai kamu menemukan lampu merah. Disitu kamu sudah dekat ke kota.”
Dalam hati saya bingung, bagaimana mungkin di hutan belantara ada lampu merah. Karena tak ada pilihan lain, aku Cuma ikutin saja. Dengan penuh perhatian, kakek dan nenek memberi aku petunjuk untuk kembali pulang. Mereka mengingatkanku untuk tidak mempercayai apapun yang tampak di luar sana di malam hari, karena hutan ini memiliki kekuatan yang tak terduga.
Perjalanan Pulang yang Mencekam
Malam itu, udara di sekitar hutan Gondoriyo terasa begitu mencekam. Langit yang biasanya cerah di siang hari, kini tersembunyi di balik awan gelap yang menambah kesan suram. Aku, seorang petualang yang selalu tergoda oleh keindahan alam, memutuskan untuk menjelajahi hutan ini, entah mengapa terlepas dari peringatan kisah seram orang-orang tentang cerita-cerita mistis yang mengelilingi tempat itu.
Meski sering luar kota, saya bukanlah pemberani yang suka menantang jalanan sepi mencekam. Namun kisah saya masuk hutan tersebut lebih tepatnya karena nyasar, dan saya juga tidak tahu kalau itu adalah kawasan Hutan Gondoriyo yang misterius sejak jaman Belanda. Kejadian itupun kualami di medio awal 2001.
/0/18472/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/15918/coverorgin.jpg?v=7293f28bf29f49e87d72a44671e22f04&imageMogr2/format/webp)
/0/4852/coverorgin.jpg?v=6b12cf8432b0cff25d00b15055e140c3&imageMogr2/format/webp)
/0/29932/coverorgin.jpg?v=01a240dfd4786fb98b7533b64b06c97e&imageMogr2/format/webp)
/0/10735/coverorgin.jpg?v=daff08e7c5224ed31b5ec8a358cb4f49&imageMogr2/format/webp)
/0/10800/coverorgin.jpg?v=46102e57a65da64192570e5e5b5a8f1b&imageMogr2/format/webp)