Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Pyarr!
Nampan yang berisi secangkir kopi terlepas dengan sendirinya dari tangan Inara. Ingin sekali dia berteriak, tetapi lidahnya terasa kelu.
Manik mata cokelat miliknya seketika melebar ketika menangkap pergerakan dua sosok bayangan di atas sofa sana mampu membuatnya terkejut sekaligus miliknya di bawah sana ikut basah seketika.
Kontan sepasang sejoli yang sedang bermesraan dan saling bertukar saliva di depan sana menoleh ke arah sumber suara dan segera menghentikan aktivitas keduanya.
Raka Deanhan Dhananjaya, lelaki tampan berusia tiga puluh lima tahun yang terkenal dengan sifat angkuh yang dimilikinya. Dia adalah Direktur Utama di sebuah perusahaan tempat Inara bekerja.
Lelaki itu pun segera bangkit dari tubuh sang wanita dengan santainya seperti tak terjadi apa-apa. Baginya, itu sudah menjadi hal biasa, bahkan sering tertangkap basah oleh office girl lainnya sebelum Inara.
Sementara sang wanita yang sempat terlentang di bawah kungkungan Raka segera bangkit berdiri. Ia tampak geram dengan Inara karena begitu saja masuk tanpa permisi mengganggu kesenangannya. Dengan wajah ditekuk kusut, wanita itu segera mengancingkan kemeja yang tadinya memperlihatkan belahan dadanya yang padat berisi untuk sang atasannya dengan suka rela.
Raka mengangkat tangan dan kemudian mengayunkan pelan, ia memberi kode supaya Bella, sang sekretaris segera meninggalkan ruangan.
Bella berjalan menuju pintu keluar sambil menatap Inara dengan tatapan nyalang, ia dengan sengaja menabrakkan tangannya ke lengan gadis itu dengan kasar, sementara Inara hanya bisa tertunduk pasrah dengan perlakuan Bella, wanita cantik itu.
Inara bergeming menundukkan kepala, garis ketakutan membingkai wajahnya. Baginya ini seperti akhir dari segalanya, sudah dipastikan sang atasan akan memecatnya, padahal dia belum genap satu bulan bekerja. Seketika dia menelan saliva dengan susah payah ketika menyadari Raka perlahan berjalan mendekat ke arahnya.
"Ma-maafkan saya, Pak. Sa-saya akan segera membersihkannya." Inara membungkukkan badannya beberapa kali karena merasa bersalah. Secepat kilat ia memutar tubuhnya untuk menghindari kontak mata dengan Raka.
Namun, langkah Inara terhenti ketika tangan kekar Raka menggenggam pergelangan tangannya dan ... mereka berdua pun saling berhadapan. Kini jarak mereka semakin dekat, sorot mata saling bersilang pandang dan hanya ada bayangan Raka yang memenuhi indera penglihatan Inara.
Sumpah demi apapun mata Inara lumpuh seketika, hatinya terasa meleleh ketika melihat wajah Raka yang benar-benar tampan seperti malaikat yang terperangkap dalam wujud manusia, untuk pertama kalinya Inara bertemu lelaki super tampan seperti aktor top dunia yang digandrungi para kaum hawa.
Sedangkan selama hampir satu bulan bekerja, ia tidak pernah berani mengangkat wajahnya ataupun sekedar untuk melirik sekilas wajah Raka.
Mata Inara kian membesar ketika menatap isi di balik kemeja lelaki itu yang terbuka lebar sehingga memperlihatkan lekukan tegas otot tubuh Raka yang atletis, dilapisi bulu-bulu halus yang jarang. Seketika pipinya memanas yang ternyata isi di balik kemeja itu mampu membuatnya menggila.
"Apakah nyaman bersandar di sana." Sadar, secepat kilat ia segera menepis bayangan terkutuk yang mulai meracuni pikirannya. 'Ah, Ra. Kamu berpikir apa sih? Dia itu lelaki yang doyan main perempuan,' batin Inara merutuki dirinya sendiri
Namun, tetap saja, ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Raka, seakan lelaki itu memiliki sihir yang mampu membuatnya untuk tetap terdiam di tempat. Ia sudah berusaha untuk tak terjebak, tetapi pesona Raka sungguh luar biasa mampu membuat gadis itu berkhayal di luar akal sehatnya, sungguh sebenarnya dia juga ingin berada di dalam pelukan Raka pasti dia akan sangat bahagia.
Sadar, ia menggeleng pelan menipis semua pemikiran yang semakin meliar dan tak terkendali. Namun, dalam sekejap Inara tersadar. Dia hanyalah gadis miskin yang kecantikannya pun tak bisa dibandingkan dengan para wanita yang pernah di kencani oleh Raka, tidak mungkin lelaki seperti Raka menginginkan dirinya.
"Kamu harus bertanggung jawab!" Suara bass yang terdengar jantan seperti lelaki dewasa pada umumnya menggema memenuhi ruangan.