/0/24556/coverorgin.jpg?v=e0382313514f34ff68f24fcc2520eda8&imageMogr2/format/webp)
Bagaimana bisa, Tuhan menciptakan lelaki begitu sempurna sepertimu. -Alea-
Lea berlari cepat, dengan nafas ngos-ngosan, hari ini dia terlambat. Ini semua karena matanya yang memaksa bergadang untuk menonton drakor semalam.
"PAK TUNGGU DULU!" Lea berhenti sedikit membungkuk, nafasnya tersengal-sengal karena lelah berlari sejauh itu.
"Kamu terlambat!" ucap pak satpam itu tegas, Lea meneguk ludahnya susah payah, ketahuilah jika dia penakut.
"Ta-tapi pak, gimana caranya saya masuk kalau gerbangnya bapak tutup!" cicitnya, dia menatap takut pada bapak penjaga itu.
"Pulang saja sana! Sekolah ini tidak menerima murid bandel sepertimu!" ucapnya ketus.
"Ish! Bapak jahat banget sih. Lea itu nggak bandel! Lea itu rajin, bangun tidur langsung mandi, bersihin kamar, bantu mami masak terus baru berangkat!" jelasnya.
"Saya tidak peduli! Kamu tetep tidak saya ijinkan masuk!"
Satpam itu menatapnya tajam membuat Lea kesal, dia menghentakkan kakinya kesal dengan tangan berkacak pinggang.
"Saya cuma terlambat sekali pak! Masak langsung di suruh pulang. Saya mau masuk! emang bapak mau saya jadi bodoh! iya, kalau sampai cita-cita saya nggak ke gapai bapak yang saya salahkan."
Satpam itu nampak kesal melihatnya Lea pun tak kalah kesal. Kenapa dia harus di suruh pulang? sedangkan teman-temannya yang lain yang biasa terlambat masih bisa masuk.
"Bapak pilih kasih ya! teman Lea kemarin ada yang terlambat tapi kenapa dia bisa masuk! dan sekarang kenapa Lea nggak boleh masuk!" sungutnya.
"Kamu itu anak SMA apa anak TK sih! udah sana pulang." Satpam itu berdecak kesal. Lea semakin kesal dia menatap tajam pada bapak satpam itu.
"Dasar jelek! udah gendut, item, dekil, idup lagi! mati aja sana. Beban masyarakat tau gak!" teriaknya sebelum pergi dari sana.
"AWAS KAMU YA!" teriak satpam itu kesal, Lea sudah ketar-ketir sendiri dia menggigit jarinya merasa takut, sebenarnya tadi dia hanya sok berani saja.
Jika sampai satpam itu balas dendam kelar hidupnya. "Ah, ini gimana Lea masuknya! nyebelin banget pak satpam tadi. Kenapa nggak di jaga anak OSIS aja sih!"
Dia mondar mandir sendiri di samping sekolahan, Lea menatap tembok yang menjulang tinggi di hadapannya.
"Arka bilang dia waktu telat manjat tembok, apa ini tembok yang di maksud? tapi kan tinggi banget! kalau sampai Lea jatuh terus tulangnya patah dan parahnya lagi sampai diamputasi. Ih gak mau! buntung dong." Lea bergidik ngeri berbalik arah dengan wajah kesal, sampai .....
Bruk!
"Aduh! ini kenapa ada tembok di tengah jalan sih!" decaknya, dia mengusap dahinya yang terasa sakit.
Lea mendongak sampai matanya menatap sorot tajam milik seorang pria yang telah menabraknya ralat yang dia tabrak.
"Ah, pangeran Lea!" ucapnya girang, dia senyum-senyum sendiri menatap Kendra yang menatapnya datar.
"Ngapain lo di sini, bolos?" tanyanya, Lea bukannya menjawab malah senyum-senyum sendiri.
"Kalau temboknya kamu mah, bukan aku lepas malah aku peluk!" kekehnya. Dia mengedipkan satu matanya menatap genit ke arah Kendra.
Kendra bergidik ngeri mendorong pelan tubuh Lea agar menjauh darinya. "Lo ngapain di sini, Leak!" decaknya.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal, menatap kesal ke arah Kendra. "Nama aku Lea bukan Leak!" kesalnya.
"Bodo! gue gak perduli! minggir sana lo, halangin jalan gue aja." Lea tidak bergeming menatap Kendra dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ck, apa! lo mau nyusahin gue lagi. Udah minggir gue mau masuk!" ketusnya, mendengar ucapan Kendra membuat Lea tersenyum.
"Ken, mau masuk ya? Lea bareng dong. Lea juga mau masuk tapi sama pak satpam jelek gak dibolehin. Masuk lewat apa?"
"Lubang hidung lo tuh masukin!" kesalnya, kenapa juga dia harus bertemu dengan gadis menyebalkan itu.
"Ish, mana muat. Kalau bisa udah Lea masukin dari tadi. Masuk lewat mana aja terserah penting bisa masuk ke sekolahan!"
"Bego banget sih lo!" Dengan kesal Kendra mendorong dahi gadis itu pelan, entah lugu atau bodoh orang semacam Lea ini.
"Ken, Lea pinter tau. Orang kemarin waktu ulangan Lea dapat telur! pinter kan. Temen-temen Lea aja pada dapat nilai angka Lea dong pinter dapat telur dari pak guru!" Wajah Kendra berubah datar menatap gemas sekaligus kesal pada gadis itu.
"Kalau bunuh orang gak dosa udah gue bunuh lo, Leak!" geramnya, tanpa memperdulikan ocehan Lea dia segera memanjat tembok untuk masuk ke area sekolah.
"Ih, Ken kok manjat sih kamu mirip monyet tau manja-manjat gitu. Tapi kalau monyetnya kayak kamu mah, Lea ikhlas lahir batin nikah sama monyet!" ucapnya.
"Ngoceh sekali lagi gue sumpel pake sepatu mulut lo!" kesal Kendra, dia memang harus punya kesabaran ekstra untuk menghadapi orang seperti Lea.
"Ken, Lea gimana naiknya! Lea kan bukan monyet." Kendra menggeram kesal menatap tajam ke arah Lea.
"Lo pikir gue monyet!" Kesalnya.
"E-eh, e-enggak kok. Lea nggak bilang Ken monyet kok, Ken itu kembarannya monyet! makanya Ken bisa manjat!" girangnya.
"GUE BUNUH JUGA LAMA-LAMA LO, LEAK!"
****
"Lea, kok lo bisa telat sih? terus itu kenapa lo pakai senyum-senyum sendiri. Lo nggak gila kan? karena telat masuk sekolah?" ucap Elsa, bergidik.
"Apasih, Elsa. Mending sekarang kamu buatin es buat Lea, Lea lagi pingin main salju!" ucapnya ngawur.
"Mental depresot gue mah ngelawan lo!" kesal Elsa, Lea memang tidak pernah benar, mungkin otak gadis itu sedikit miring.
"Ish, Ken ganteng banget sih! Lea pingin cepet-cepet di halalin sama, Ken deh!" ucapnya dengan senyum-senyum tidak jelas.
"Fiks! lo bener-bener gila, Le. Mungkin lo kena penyakit HTT, lo harus segera periksa sebelum penyakit lo makin parah."
Lea melotot menatap ke arah Elsa, tangannya yang bebas memukul kesal lengan Elsa.
"Lea nggak sakit, ih! Elsa jangan ngaco. Elsa itu yang sakit, sakit jiwa!" balasnya.
Elsa menggeram kesal namun dia tetap tersenyum, senyum paksa dengan rasa ingin mencekik orang di depannya.
"Sabar gue mah! untung gue waras nangepin orang gila kayak lo!" kesalnya, saat Elsa akan pergi Lea menahannya.
"Ih, Elsa mau ke mana. Jangan tinggalin Lea dong! entar kalau Lea di culik gimana!" ucapnya berlebihan.
"Kabar bahagia banget kalau lo di culik, Le. Mental gue aman kalau nggak ada lo!" selorohnya.
Lea cemberut mengeplak lengan Elsa kembali. "Jahat banget, ih. Tapi kalau yang culik Ken sih Lea ikhlas lahir batin nggak di balikin ke mami juga ikhlas banget, sekalian aja entar pulang ke rumah bawa cucu buat mami! pasti mami seneng."
"LO EMANG STRES, LE! STRES!" ucap Elsa kesal, ingin sekali dia menenggelamkan sahabat lugunya ini ke pantai selatan, biar sekalian dibawa nyiroro kidul.
/0/17930/coverorgin.jpg?v=39fb4a11b317d421a36643706182c671&imageMogr2/format/webp)
/0/9842/coverorgin.jpg?v=9a6e554bcaa7a45079ce24a6f2a592d4&imageMogr2/format/webp)
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)
/0/15873/coverorgin.jpg?v=49849c71aa44043d823653d11438a557&imageMogr2/format/webp)
/0/16988/coverorgin.jpg?v=fb6f5bc71b71ba673fd22385c858c968&imageMogr2/format/webp)
/0/26320/coverorgin.jpg?v=72709ea82d6b43347f5a9612b7ca8019&imageMogr2/format/webp)
/0/29679/coverorgin.jpg?v=3ce2b19260a523e3b9a35975a260c831&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/21572/coverorgin.jpg?v=3a807ab91c98487d10183047ec65e63d&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/6595/coverorgin.jpg?v=36080175ef3c9e6d890c9db59d2148c9&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)
/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
/0/23825/coverorgin.jpg?v=626b269729f3f72697f5d6c0d0a61b07&imageMogr2/format/webp)
/0/23335/coverorgin.jpg?v=449cea810c5ef59b88cedb2b49dc88c2&imageMogr2/format/webp)
/0/29837/coverorgin.jpg?v=3819f1aae67cdbfda1d6afb7ec9da63c&imageMogr2/format/webp)
/0/16858/coverorgin.jpg?v=55e57d0c3fbbbe72391c0a97e4415700&imageMogr2/format/webp)
/0/17742/coverorgin.jpg?v=9c715846642fa013882fa7cbc90ca5c9&imageMogr2/format/webp)
/0/21489/coverorgin.jpg?v=5f70302b2dcf36ccf19dbe01bcfc7c20&imageMogr2/format/webp)
/0/2694/coverorgin.jpg?v=02f8d5842266f8b15bfb15b4a25fe526&imageMogr2/format/webp)