Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Feli berlari tergesa-gesa menemui sahabat karibnya, Sally. Gadis berambut cokelat terang itu ingin memberitahu Sally sesuatu hal yang sangat penting menyangkut hidup dan mati mereka berdua. Kedua bola mata cokelat terang Feli menangkap sosok Sally yang sedang duduk sendirian dengan airpod di telinga dan ponsel di tangannya.
Feli menepuk pundak Sally tiba-tiba membuat gadis berhidung mancung itu terperanjat dan melempar tatapan sinis pada Feli.
"Astaga, Feli! Kau ini kebiasaan sekali, datang tiba-tiba dan mengejutkanku. Bagaimana nanti jika aku mati jantungan? Kau akan kehilangan sahabat sepertiku," omel Sally.
Feli meringis, menampilkan deretan gigi putih nan rapi miliknya.
"Maaf, aku tidak sengaja. Aku hanya ingin segera memberitahumu beberapa hal penting," ucap Feli sambil mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada.
Sally menyatukan kedua alis dan mengangkat dagunya tinggi sambil menatap lekat sahabatnya itu.
"Hal penting apa yang kau maksud, Fel?" tanya Sally penasaran.
Feli menarik napas dalam-dalam lalu membenahi rambutnya.
"Kau tahu? Ini berita hot! Zena, si wanita ular membeli sebuah pulau," kata Feli memberitahu Sally.
Kedua bola mata Sally membulat sempurna dan mulutnya menganga lalu terdengar erangan kesal dari mulutnya.
"SHIT!" umpat Sally marah.
"Apa-apaan ini. Dia membeli pulau? P-U-L-A-U? Apa dia menguping pembicaraan kita? Oh, sialan. Bagaimana mungkin aku kalah cepat dengan wanita ular itu," gerutu Sally sambil berjalan bolak-balik di hadapan Feli.
Feli mengangguk sambil menggelengkan kepala seakan menjawab pertanyaan Sally.
"Sepertinya begitu. Dasar ular! Selalu saja mengikuti apa yang kita inginkan," gerutu Feli.
"Dengar, Feli, ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak ingin berada satu level di bawahnya. Bukankah, kau tahu jika aku yang lebih dulu menginginkan untuk membeli sebuah pulau pribadi. Aku yakin, dia sudah menguping pembicaraan kita minggu lalu. Aku harus segera meminta pada Daddyku untuk dibelikan pulau di salah satu Kepulauan Maladewa," jelas Sally dengan emosi memburu.
"WHAT! Kau mau pulau di Maladewa? Itu pasti sangat mahal sekali, Sally. Kau yakin Daddymu akan mengabulkan permintaanmu satu ini?" tanya Feli sangsi.
Sally mengedikkan bahunya tak acuh.
"Aku tidak tahu. Aku belum membicarakan semua ini pada Daddyku, tapi aku yakin, ia akan mengabulkan permintaanku--- tanpa kecuali," lirih Sally setengah tak yakin.
Feli menepuk pundak sahabatnya itu sebagai dukungan semangat. "Aku doakan, Daddy Peter mengabulkan lagi permintaanmu ini setelah kau menghabiskan uang jutaan dollar kemarin demi Bugatti Veyron by Mansory Vivere dua bulan lalu, serta party kita tiga hari yang lalu," ucap Feli dan Sally mengangguk lemah dan mendesah pasrah.
Namun, hanya beberapa detik berselang, Sally mendadak membalikkan tubuh Feli menghadapnya.
"Tidak hanya aku yang ditikung, Feli. Kau juga," kata Sally histeris.
Feli menggaruk dagunya dan menatap bingung Sally karena ucapan sahabatnya itu.
"Apa maksudmu?" tanya Feli polos.
"Selena baru saja membeli private jet limited edition yang kau incar beberapa waktu lalu. Aku mendengarnya saat wanita sialan itu memamerkannya di kelas tadi," ucap Sally.
"WHAT! SELENA MEMBELI PRIVATE JET?" pekik Feli histeris.
Sally mengangguk.
"Astaga! Berengsek, berani-beraninya dia mendahuluiku. Aku tidak rela. Aku harus memilikinya juga," geram Feli.
Sally mengangguk antusias sebagai bentuk dukungan.
"Well, kita memang tidak boleh berdiam diri. Kita harus segera bertindak, Fel. Aku tidak ingin kalah saing dari mereka," ucap Sally.
"Benar. Tidak ada yang boleh berada satu level di atas kita di kampus ini. Apalagi dua wanita sialan itu, si Ular Zena dan si bitch Selena, wanita photokopi kehidupan kita. Aku tidak rela mereka memiliki apa yang tidak aku miliki," geram Feli.
"Aku setuju. Queen di kampus ini hanya dua, Sally Beatrice dan Felicity Jolicia, yang lain hanya dayang-dayang yang tidak penting," ucap Sally sombong.
***
Sally Beatrice James, anak semata wayang dari pasangan salah satu Triliuner Inggris bernama Peter James dan Liza Mombebe. Dilahirkan dikeluarga berlimpah harta membuat Sally tumbuh menjadi gadis sosialita, manja dan cukup angkuh terhadap orang lain.
Setiap hari di dalam kehidupan gadis itu hanyalah dipenuhi rutinitas belanja barang-barang branded dan pesta. Namun, fakta yang cukup menggelikan adalah wanita itu tidak suka alkohol. Selama berpesta ia hanya bergoyang badan dan minum minuman bersoda. Ia juga tidak pernah berpacaran, karena menurut Sally, kekasih adalah hal yang tidak penting. Ia bisa memiliki semuanya tanpa bantuan kekasih. Lagi pula, ia tidak pernah bertemu dengan pria yang kekayaannya melebihi kekayaan daddynya.
Sampai usia dua puluh satu tahun, Sally Beatrice masih perawan. Ia tidak mengenal hubungan seks bebas layaknya remaja lainnya. Ia terlalu menjaga jarak dengan lawan jenis, bahkan sudah belasan laki-laki yang mendekatinya ditolak mentah-mentah karena di matanya tidak ada yang di atas level daddynya. Pria idaman Sally adalah pria kaya yang kekayaannya melebihi kekayaan orang tuanya agar bisa memenuhi semua keinginannya.
***
Waktu makan malam tiba, Peter dan Liza sudah duduk manis di meja makan. Baru saja ingin menyuapkan sendok ke dalam mulut mereka, suara teriakan Sally mengejutkan keduanya.
"Daddy ... Mommy ... Aku pulang!" teriak Sally sambil berlari-lari kecil menuju kedua orang tuanya.
Tiga paperbag dengan tiga merk toko terkenal berada dalam genggaman tangan Sally, yaitu Victoria Secret, Gucci dan Channel. Liza hanya bisa menghela napas melihat semua itu.
"Mommy!" Sally memeluk manja Liza sambil melemparkan ketiga paperbag di tangannya ke lantai secara sengaja.
Dengan sigap, beberapa maid memunguti dan memegangi paperbag itu sambil berjajar berdiri tidak jauh dari meja makan.
"Apa lagi yang kau belanjakan kali ini?" tanya Liza pada Sally.