Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Agneta Pov
A
ku Agnate Laurinda Aretino, satin usiaku 23 tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan besar yang sepak terjangnya melesat sukses. Perusahaan yang bergerak di bidang Apparel, Textile dan Fashion. Aku merasa beruntung bisa bekerja di perusahaan ini, walaupun hanya di bagian Marketing.
Saat ini aku tengah menyiapkan sarapan untuk kami.
Oopz, aku belum kasih tau yah kalau aku memiliki seorang pangeran kecil? Yah, saat ini aku memiliki seorang malaikat kecil bernama Regan Danial. Usianya sudah menginjak 4 tahun.
“Pagi Bunda,” sapanya dengan ceria membuatku tersenyum gemas.
Reganlah alasanku bertahan hingga sekarang. Regan jugalah yang membuatku bersemangat kembali setelah sekian lama menahan kesakitan yang tak pernah ada obatnya.“Pagi pangerannya Bunda.” Aku mengecup pipi chubby Regan.
Walau usianya baru 4 tahun, Regan termasuk anak yang cekatan dan cerdas. Dia bahkan menjadi siswa unggulan di sekola taman kanak-kanaknya. Wajahnya yang oriental, blasteran membuatnya semakin tampan. Tetapi hanya dengan memandang wajahnya saja, itu mampu mengingatkanku kepada pria brengsek yang sudah memporak porandakan hidupku. Lelaki pertama dan terakhir yang sangat aku benci dan tak ingin aku temui seumur hidupku.
“Bunda kok menatap Egan telus. Egan sangat tampan yah?” celetuknya dengan nada cadelnya membuatku tersenyum lebar, mereka bahkan memiliki sifat yang sama, begitu percaya diri. Tetapi aku tidak ingin Regan mirip dengan pria itu, tidak sama sekali.
“Kamu sangat tampan, Sayang. Ayo kita sarapan,” ucapku memangku tubuhnya dan mendudukannya di atas kursi meja bar yang ada di rumah kontrakan kecilku.“Egan, hari ini mungkin Bunda akan sedikit sibuk di kantor dan Bunda tak bisa menjemput kamu pulang. Nanti Aunty Iren yang akan menjemputmu,” ucapku karena hari ini adalah hari penyambutan Bos baruku.
“Biar aku yang menjemputnya,” ucapan seseorang membuatku dan Egan menoleh ke sumber suara dimana seorang pria memakai jas hitam tengah berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum manis ke arah kami.
“Ayah Aiden,” teriak Egan dan berlari ke arah Aiden.
“Jagoan Ayah!” Aiden mengangkat tubuh Egan ke udara membuatnya tertawa terbahak-bahak.
Dia adalah Aiden Zharil Pratama, pria baik hati yang sudah mengisi hariku selama ini. Ia mampu menerimaku yang sudah memiliki anak. Bahkan dia juga begitu menyayangi Regan seakan Regan adalah anak kandungnya sendiri.
“Pagi Sayang,” bisikan itu menyentakkanku ke dunia nyata, aku tidak sadar kalau Aiden sudah berdiri di sampingku. Aku tersenyum padanya dan beranjak menyiapkan sarapan untuknya juga.
“Memang kamu tidak akan sibuk? bukankah kamu sebagai wakil CEO, pasti sangat di butuhkan kehadirannya,” ucapku, karena Aiden adalah wakil CEO di Wiratama Group atau biasa di kenal dengan WT corp Group. Perusahan Apparel, Textile & Fasion terbesar di Indonesia dan juga luar Indonesia. Bahkan di beberapa Negara maju di Dunia. WT Corp Group, adalah perusahaan ketiga tersukses dan melesat tinggi di dunia. Dan aku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu karyawan disana.
“Tidak, biarkan saja. Lagian yang jadi Ceonya sepupuku yang baru pulang dari London. Dia tidak akan membutuhkanku untuk hal ini, jadi nanti Ayah yang akan jemput Regan.” Aiden mencubit pipi Regan membuatnya bersorak senang. Aku hanya bisa tersenyum dan bahagia melihat kekompakan mereka berdua. Aku bersyukur disaat hidupku hancur, dan tak ada tempat untukku berpijak. Aiden datang dan membawa harapan untukku dan juga Regan. Aku memang belum mencintainya sebesar dia mencintaiku, tetapi aku akan berusaha untuk mencintainya sepenuh hatiku.
♣
Setelah mengantar Regan ke sekolanya dan menitipkannya kepada guru disana. Aku dan Aiden langsung menuju ke kantor. Kami berpisah di parkiran karena kami berbeda ruangan.
Dan disinilah aku sekarang, di meja kerjaku dengan beberapa berkas menumpuk disana. Pak Wildan Manager bagian marketing sudah menyuruhku menyiapkan beberapa laporan data kehadiran dan prospekan pekerjaanku.
“Ta, loe tau gak katanya pengganti CEO yang lama itu masih muda lho,” celetuk Sonya.
“Lalu?” tanyaku.
Saat aku datang ke kantorpun, dari lobby hingga lorong ruanganku semuanya menggosipkan CEO baru yang katanya masih muda dan sangat tampan.
Whatever lah…
“Katanya dia sangat tampan,” celetuk Sonya membuatku memutar bola mataku karena jengah.
“Kamu sudah mengatakan itu berulang kali, dan ini mungkin sudah yang ke 100 kalinya,” ucapku berlebihan.