Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
"Daniel, aku pulang ..." bisik Karina, tersenyum kecil penuh harapan. Berdiri di depan pintu apartemen tunangannya, ia meremas buket bunga dan hadiah kecil di tangannya. Perasaan gugup dan bahagia bercampur, membayangkan wajah terkejut Daniel, pelukan hangat yang akan menyambutnya setelah setahun terpisah.
Namun, begitu pintu terbuka, bukan kebahagiaan yang ia temukan.
Di ambang pintu, Daniel berdiri dengan ekspresi yang tak pernah Karina bayangkan. Di sampingnya, seorang wanita berdiri terlalu dekat. Vera. Sahabat yang ia percayai seperti saudara, kini berada di samping Daniel, dalam keintiman yang tak bisa diabaikan.
"Aku ... aku bisa jelaskan ...." Daniel mencoba bicara, tapi kata-katanya menggantung di udara. Vera hanya menatap Karina dengan senyum tipis yang lebih terasa seperti ejekan daripada permintaan maaf.
Karina memandang mereka dengan perasaan campur aduk-kecewa, marah, sakit hati. Rasanya seperti ada yang mencengkeram kuat jantungnya, mematahkan semua harapan yang ia bawa pulang.
"Karina..." Daniel memanggil, suaranya bergetar. Namun, Karina tak ingin mendengarnya. Tak ada lagi yang ingin ia dengar dari pria yang telah menghancurkan kepercayaannya.
"Jelaskan?" Karina tertawa pendek, getir. "Apa yang mau kau jelaskan, Daniel? Bahwa kau berkhianat di belakangku? Bahwa semua janji dan kata-katamu itu hanya omong kosong?"
Vera mengangkat alis, sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah. "Karina, ini adalah risiko dari hubungan jarak jauh. Kau yang memilih pergi dan meninggalkan Daniel. Apa kau pikir dia akan menunggu selamanya?"
"Jadi ini salahku?" Karina menelan ludah, tangannya bergetar menahan marah. "Salahku karena percaya pada kalian? Salahku karena berpikir kalian, orang-orang yang paling aku percayai, tidak akan menusukku dari belakang?"
Daniel mencoba melangkah mendekat, wajahnya panik. "Karina, ini... ini bukan seperti yang kau pikirkan..."
"Tidak seperti yang kupikirkan?" Karina mendekat, matanya penuh kemarahan. "Kau tidak tahu bagaimana menghargai perasaan orang lain, Daniel. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri."
Daniel terdiam, tak bisa membela diri. Sementara itu, Vera tersenyum sinis, senyum yang membuat Karina ingin berteriak.
"Daniel, kau tak pernah pantas untukku," bisik Karina, suaranya bergetar. "Dan Vera ... kau lebih hina dari yang pernah kubayangkan."
Vera hanya tersenyum angkuh. "Kau boleh berkata apa saja, tapi kenyataannya, kaulah yang ditinggalkan."
Tanpa menunggu jawaban, Karina berbalik dan berjalan menjauh. Tangannya masih gemetar saat menutup pintu, seperti menutup babak hidup yang paling kelam. Begitu keluar dari gedung, hujan mulai turun, menambah kesunyian hatinya. Langkahnya berat, membawa beban rasa sakit yang tak tertahankan.
Hujan membasahi tubuhnya, tapi ia tak peduli. Dingin hujan tak seberapa dibanding dinginnya perasaan yang menghujam di dalam dada. Setiap kali melangkah, bayangan Daniel dan Vera muncul, menghantui benaknya. Karina ingin berlari, namun setiap langkah terasa semakin lambat, seakan rasa sakit itu tak pernah ingin pergi.
Di tepi jalan, ia berhenti. Napasnya terengah, berusaha menahan emosi yang memuncak. Tanpa sadar, ia bergumam, "Kenapa?" suaranya tenggelam dalam hujan. Tapi tak ada jawaban. Hanya gemuruh hujan yang semakin deras, membuat tubuhnya semakin dingin.
Di tengah lamunannya, sebuah cahaya terang mendekat dari arah yang tak ia sadari. Suara klakson memecah keheningan, dan sebelum ia sempat bereaksi, tubuhnya terpental, jatuh menghantam kerasnya aspal yang basah.
Dunia seketika gelap.
---
Kecelakaan itu terjadi begitu cepat, dan dampaknya cukup parah. Berhari-hari setelah itu, Karina merasakan nyeri di tubuhnya. Ia menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit sebelum diizinkan pulang, dengan berbagai obat pereda nyeri yang harus diminumnya secara teratur.