Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
“Eh, eh! Siapa kamu?” Laura terkejut ketika seorang pria menarik tangannya dan membawanya lari dengan tujuan entah kemana.
“Lepasin! Atau aku bakal teriak maling.” Pria yang tidak dikenalnya itu lalu membawanya masuk ke dalam toserba. Pria yang mengenakan pakaian formalnya itu lalu bersembunyi bersama dengan Laura.
“Siapa kamu?!” Intonasi suaranya terdengar tinggi, Laura mengira jika pria itu ingin menculiknya.
“Sstt! Diem dulu.” Pria itu lalu mengintip beberapa pria yang berlari melewati toserba dimana tempat mereka bersembunyi. Setelah dirasa aman, pria itu lalu menghela nafas leganya.
Sementara, Laura hendak pergi kembali. Gadis itu harus pergi ke kampusnya.
“Tunggu!” Pria yang baru saja ditemuinya itu menghadang langkahnya.
“Kenapa lagi? Aku sibuk!” Laura berkata.
“Ayo kita nikah!” seru pria itu. Sontak hal ini membuat Laura terkejut. Kedua matanya membelalak bulat menatap pria yang ada di depannya itu. Apalagi saat itu, toserba masih dipenuhi oleh para pengunjung. Bagaimana tidak, pria yang baru saja ditemuinya itu langsung mengajaknya menikah. Sedangkan mereka saja tidak saling mengenal satu sama lain.
“Hah? Apa katamu? Dasar gila!” Laura yang terburu-buru untuk pergi ke kampus segera pergi dari toserba saat itu.
“Dasar laki-laki nggak waras! Apa dia pikir nikah itu cuma buat mainan?” Sepanjang jalan, Laura terus menggerutu tidak jelas lantaran merasa kesal dengan pria yang tidak dikenalnya itu.
Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya Laura sampai di kampusnya. Gadis itu membawa beberapa buku dengan halaman tebal untuk mencari bahan materi skripsinya. Gadis cantik dengan surai panjang, kulit putih berseri serta tinggi semampai membuatnya menjadi wanita idaman di fakultasnya. Laura merupakan mahasiswa dari fakultas Ekonomi dan Bisnis yang menempuh semester akhir. Dia dikenal sebagai mahasiswa abadi lantaran sudah 6 tahun kuliah, namun belum lulus juga. Masalah ekonomi serta otak yang tidak begitu cerdas tak mampu berkuliah dengan baik. Di tahun ketujuhnya ini, ia berusaha keras untuk lulus. Ia berambisi untuk lulus tahun ini tanpa halangan sehingga ia bekerja dengan keras untuk bisa lulus.
Seorang dosen masuk ke dalam ruangan, lalu tak lama kemudian diikuti dengan langkah seorang pria di belakangnya.
“Selamat siang.” Dosen bernama Pak Ari itu menyapa para mahasiswa di dalam ruangan. Lalu, diikuti oleh mahasiswa yang menjawab sapaan Pak Ari.
Laura yang sebelumnya sibuk membaca buku dengan halaman tebal lalu melihat ke arah dosennya, betapa terkejutnya gadis itu ketika melihat pria yang ditemuinya berada di ruangan kelasnya.
“Astaga! Dia kan …” Laura segera menutupi wajahnya dengan buku yang dipegangnya. Khawatir jika pria itu paham dengannya.
“Kenapa dia ada di sini sih?” batin Laura dalam hati. Berbeda dengan Laura, mayoritas mahasiswi tampak begitu antusias dengan kedatangannya. Ya, pria yang ditemui Laura tadi memanglah tampan, auranya begitu kuat dan sangat memikat.
“Laura? Kamu kenapa?” Pak Ari bertanya, dosennya itu melihat Laura yang sengaja menutupi kepalanya menggunakan buku miliknya.
“Tutup bukumu. Itu nggak sopan.” Akhirnya, Laura meletakkan buku yang sebelumnya digunakan untuk menutupi wajahnya agar pria yang bersama dengan Pak Ari tidak dapat mengenalinya.
“Perkenalkan, nama saya Dion. Panggil saja Pak Dion dan saya yang akan menjadi dosen pembimbing kalian nantinya.” Pria itu memperkenalkan dirinya di depan para mahasiswa. Pria tampan berusia 33 tahun itu akan menjadi dosen pembimbing mereka saat ini, menggantikan Pak Ari yang sebentar lagi akan pensiun di usianya yang tak lagi muda.
Ketika baru saja memperkenalkan dirinya di depan mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dion mengamati wajah para mahasiswanya. Namun, betapa terkejutnya ketika melihat gadis yang baru saja ditemuinya tadi berada dalam satu ruangan dengannya.
“Itu kan? Cewek yang ketemu sama aku tadi,” batinnya dalam hati.