/0/22082/coverorgin.jpg?v=ad2b0922cd8b095696d41f8ce878db88&imageMogr2/format/webp)
"Jangan ngelamun aje, Gerry. Udah dua hari libur, tapi kerjaan elu malah duduk sambil ngelamun. Kaga ada kegiatan ape gitu?"
Mak Odah mengelus-elus punggung putranya, pria berusia dua puluh tahun yang nampak duduk di depan meja belajarnya sambil melamun.
Wanita yang berusia tiga puluh sembilan tahun itu nampak begitu menyayangi putranya, putra semata wayang yang dia besarkan sendirian.
"Kaga pengen pergi, Mak. Kaga ada temennye, si Gilang lagi pergi ama ceweknya."
Sebenarnya Gerry ingin sekali pergi, pergi bersama dengan teman dekatnya, Gilang. Namun, dia tidak bisa pergi bersama dengan temannya itu karena Gilang sudah ada janji temu dengan kekasihnya.
Berbeda dengan Gerry yang tidak punya pacar, karena dia merasa jika yang namanya pacaran itu pasti butuh modal besar. Tidak ada wanita saat ini yang hanya mau diajak pacaran tanpa dikasih jajan.
Setidaknya kalau diajak malam mingguan, pasti harus jajan semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Hem, mana sanggup Gerry. Belum beliin pulsanya, bisa nangis tujuh hari tujuh malam tuh Gerry.
"Emak bosen ngeliat elu ngelamun mulu, jalan sana ke taman kek. Ke mana kek, biar ngga ngelamun terus."
Gerry merupakan seorang mahasiswa yang kuliah di universitas negri, dia mengambil jurusan manajemen bisnis karena dia bercita-cita ingin menjadi seorang pengusaha.
Setidaknya kalau dia tidak bisa mewujudkan keinginannya, dia ingin bekerja di sebuah perusahaan besar. Perusahaan yang mampu membuat dirinya digaji dengan uang yang besar.
Walaupun ibunya hanya memiliki warung kopi sebagai penghasilan utamanya, tetapi dia bersyukur bisa menjalani kehidupannya dengan sangat baik.
Dia bisa makan dengan layak, dia bisa berpakaian dengan layak dan bisa bergaul dengan banyak orang di sekitarnya. Walaupun memang dia lebih menjaga batasan, karena dia sadar jika kondisi keuangannya tidak seperti teman satu kampusnya.
"Abis isya Gerry bakalan pergi, Mak. Tenang aja, tapi minta uang jajan." Gerry nyengir kuda setelah mengatakan hal itu.
"Iye, gocap aja tapi. Soalnya duitnya Emak kumpulin buat biaya semester elu," ujar Mak Odah yang langsung memberikan uang kepada putranya.
"Makasih, Mak. Emak emang yang terbaik," ujar Gerry.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Gerry, selepas shalat isya dia pergi menggunakan motor Vespa kesayangannya. Motor tua yang katanya peninggalan dari ayahnya.
Entah seperti apa rupa ayahnya, tetapi Gerry tidak tahu. Karena ibunya tidak pernah memperlihatkan foto ayahnya tersebut, yang Gerry tahu wajahnya sangat tampan sekali.
Terkadang Gerry berpikir, apakah dia anak mak Odah apa bukan. Karena wajahnya yang sangat berbeda dengan wajah Ibunya.
"Daripada nongkrong di tempat rame, mending gue nongkrong di sini aja."
Gerry menghentikan motornya di tepi danau yang ada di pinggiran kota, rasanya dia lebih baik menghabiskan waktu di sana. Menyendiri tanpa adanya keramaian.
"Ya ampun! Kenapa gelap sekali? Semoga nggak ada setan," ujar Gerry seraya mengedarkan pandangannya.
Cukup lama Gerry berada di danau itu, walaupun suasananya terlihat begitu gelap, tetapi dia merasa nyaman dalam bersendirian.
Awalnya dia terlihat anteng dengan segala pikirannya, hingga tidak lama kemudian dia merasa takut karena ada suara krasak krusuk yang tidak jauh dari tempat dia duduk.
"Suara apaan tuh? Jangan-jangan suara penunggu danau ini lagi?"
Gerry nampak bangun dari duduknya, walaupun tubuhnya terasa begitu bergetar, tetapi dia mencoba untuk mencari asal suara.
/0/10653/coverorgin.jpg?v=414a8e4679bb01f090623d711597edc9&imageMogr2/format/webp)
/0/5552/coverorgin.jpg?v=b8e3f8c85508f96456cb36c537bae658&imageMogr2/format/webp)
/0/4915/coverorgin.jpg?v=20250121182929&imageMogr2/format/webp)
/0/6830/coverorgin.jpg?v=e9b62ac5aa285c917cc9225b4adbacc0&imageMogr2/format/webp)
/0/2969/coverorgin.jpg?v=5a035c662c8898ee5d3415573bb1b085&imageMogr2/format/webp)
/0/2506/coverorgin.jpg?v=32c78671fe86e8b05b896b10e37e08d0&imageMogr2/format/webp)
/0/14954/coverorgin.jpg?v=f0dc0f99bcdb326b0e24daebc6aedf84&imageMogr2/format/webp)
/0/2624/coverorgin.jpg?v=e6f881395758d217272b9b32d202169e&imageMogr2/format/webp)
/0/18757/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/2832/coverorgin.jpg?v=98e6c4c98c752164cf20c222a90d35ae&imageMogr2/format/webp)
/0/2596/coverorgin.jpg?v=2c7522c9f3ed3a9911a4df0ee2fccf0a&imageMogr2/format/webp)
/0/8908/coverorgin.jpg?v=800e60c90f2919a853d22d5ca40b66b0&imageMogr2/format/webp)
/0/2861/coverorgin.jpg?v=4cb1622da09fa516b5e1b4b7dfd2247e&imageMogr2/format/webp)
/0/17563/coverorgin.jpg?v=7266e4075eb37c48a5309bd3afef1cfe&imageMogr2/format/webp)
/0/24645/coverorgin.jpg?v=91b6eb3fa45ac33f191824f709ee3b72&imageMogr2/format/webp)
/0/2631/coverorgin.jpg?v=eaa6718167fd3ce990121f25fa01a958&imageMogr2/format/webp)