/0/15588/coverorgin.jpg?v=611b3d4c8d11aacf8d7e8fda5cd71503&imageMogr2/format/webp)
Bab 1
"Menikah? Astaga, Ayah! Clara masih kuliah!" Teriakan seorang gadis yang tidak terima atas keputusan sang ayah, membuat semua yang berkumpul di ruang tamu bernuansa Eropa itu tercengang.
"Perbuatan kamu sangat memalukan, Clara! Kali ini Ayah tidak akan memaafkan!" Ayah dari gadis tersebut sangat murka. Tangannya mengepal menahan amarah yang membuncah di dada.
Di salah satu sofa ruang tamu tersebut, terdapat seorang pemuda yang berpenampilan sederhana, hanya duduk mendengarkan perdebatan antara ayah dan anak gadisnya itu. Dia tidak dapat berbuat apapun. Pembelaan yang dia lontarkan sama sekali tidak merubah yang telah terjadi.
"Yah, coba pikirkan lagi! Apa Ayah tega menikahkan Clara dengan laki-laki yang nggak jelas kayak gini!" Ibu dari gadis itu menyela pembicaraan kedua belahan jiwanya. Dia melirik laki-laki itu dengan pandangan sinis. Sedangkan sang pemuda tertunduk dan menahan amarah. Harga dirinya terinjak-injak atas ucapan sang ibu.
"Coba Mama pikir! Kalau Clara hamil gimana?" Pertanyaan dari sang ayah membuat pemuda itu tercengang. Itu adalah tuduhan keji. Dia tertunduk mengutuk dirinya yang tidak dapat membela diri karena tidak ada bukti yang menguatkan, jika dirinya tidak bersalah.
"Astaga, Ayah! Clara minta untuk visum!" sentak gadis itu.
"Tidak ada waktu, Clara! Semua telah mengetahui aib ini. Ayah malu. Nak Gaza, bisa memanggil orang tuanya kemari? Kita akan membicarakan masalah ini lebih lanjut." Pemuda berkaca mata itu terkejut.
"Maaf, Pak. Tapi, saya yatim piatu," jawab pemuda itu gugup.
"Tuh, kan, Yah. Asal usulnya aja kita nggak tahu. Jangan-jangan dia turunan penjahat." Sang Ibu sangat berat menerima keputusan dari suaminya.
Dia sangat menyayangi Clara anak satu-satunya. Tidak mungkin semudah itu dia melepaskan anak gadisnya dengan seorang pemuda yang tidak mereka kenali.
Gaza merasa tersinggung dengan perkataan ibu dari gadis itu. Dia juga sama sekali tidak menghendaki keputusan sepihak ini. Tapi, apalah daya. Dia hanya seorang perantau yang mencari rezeki di kota demi sesuap nasi. Dia hanya butiran debu, jika dibandingkan dengan Clara dan keluarganya.
"Clara mau bawa ini ke jalur hukum! Kalau Ayah nggak mau bantu Clara, biar Clara yang usaha sendiri!" Kemudian gadis itu berlalu ke kamarnya. Dia tidak memedulikan lagi teriakan ayahnya.
Beberapa saat kemudian sang ibu menyusul anak gadisnya itu ke kamar. Setelah dia menyatakan ketidaksetujuannya atas keputusan sang suami.
Gaza merasa bersalah dengan keadaan yang tidak menguntungkan ini. Seandainya dia lebih hati-hati, semua kejadian ini tidak akan membelenggu mereka sejauh ini. Namun, semua telah terjadi dan dia harus menghadapi semua.
"Nak Gaza, Bapak meminta maaf atas semua ucapan mamanya Clara." Gaza tersenyum dan mengangguk, meskipun dadanya panas mendengar hinaan yang dilontarkan wanita yang masih modis meskipun dimakan usia itu.
"Ini sudah menjadi keputusan saya. Sungguh saya sangat malu dengan semua yang terjadi. Apa Nak Gaza setuju dengan semua ini?"
Sebelum menjawab, Gaza membenahi duduknya. Dia terlihat berpikir. "Maaf, Pak. Semua yang menjadi keputusan Bapak, saya mengikutinya." Sebenarnya bukan itu yang akan dia katakan. Setelah melihat wajah memelas dari laki-laki yang telah memutih rambutnya itu, membuat Gaza luluh. Dia harus menerima keputusan ini, meskipun terpaksa.
Setelah perbincangan berakhir, Gaza pamit undur diri. Dia keluar dari ruangan yang menegangkan itu menuju motor sport-nya yang dia parkir di depan rumah. Sebelum mengenakan helm, pemuda berpostur tinggi itu melihat ke lantai atas. Ternyata, Clara berada di balik jendela kamarnya. Netra mereka beradu, lalu Clara melihat tajam ke arah Gaza dan mengacungkan jari tengah sebelum berlalu.
***
Malam ini, begitu banyak bintang bertaburan di langit. Gaza memilih untuk duduk di taman dekat dengan rumah kontrakannya. Dia memikirkan hidupnya setelah ini. Tanggung jawabnya akan bertambah, jika pernikahan yang terpaksa ini benar-benar terjadi.
/0/21994/coverorgin.jpg?v=20250425134458&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)
/0/3334/coverorgin.jpg?v=6e6d8f37662ef09cd884581b5c644618&imageMogr2/format/webp)
/0/3872/coverorgin.jpg?v=e9a4e6acc2dfae4e5b73afa34ec542aa&imageMogr2/format/webp)
/0/6494/coverorgin.jpg?v=d70cbc9e0fbe54e08469c203f165324f&imageMogr2/format/webp)
/0/12755/coverorgin.jpg?v=135a08759123fe0a19a4ab0cfd36ba9f&imageMogr2/format/webp)
/0/15253/coverorgin.jpg?v=c790210f59dd4348ce7d1581af7affd7&imageMogr2/format/webp)
/0/21861/coverorgin.jpg?v=0f4e65363e281e89be22227c20075f20&imageMogr2/format/webp)
/0/27610/coverorgin.jpg?v=17f2e21dd63b76cc4d0bfc788cd8d79d&imageMogr2/format/webp)