Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Suasana tegang menghiasi ruangan itu. Seorang anak sedang berseteru dengan kedua orang tuanya. Mereka saling beradu pendapat, dan tidak ada mengalah di antara ketiganya. Wajahnya pun tampak memerah karena menahan amarah.
Adinda Salsha, seorang gadis yang baru saja menggapai gelar sarjana, dipaksa menikah oleh kedua orang tuanya. Ia menentang, karena menurutnya perjalanan hidup masih panjang, dan Adinda belum puas untuk menikmati masa muda. Sementara Lukman – ayah Adinda, terus bersikeras agar anaknya segera menikah. Dengan alasan umurnya yang tidak akan lama lagi, mengingat dirinya sudah paruh baya dan ingin melihat puterinya ada yang membimbing.
“Ayah, Adinda tidak mau jika harus menikah sekarang,” ujar Adinda dengan penuh penekanan.
“Sampai kapan kamu akan sendiri seperti ini? Ayah sudah tua, dan tidak mungkin bisa mendampingimu lebih lama.”
“Ayah jangan berkata seperti itu. Adinda masih bisa jaga Ayah, tidak harus dengan menikah secepat ini.”
Lukman mendengus kesal, “Kalau kamu tidak mau menikah, maka tidak akan ada harta warisan untukmu.”
Lukman kemudian pergi meninggalkan mereka. Sementara Hana – Ibu Adinda, mengusap pundaknya agar anaknya sedikit lebih tenang. Adinda merasa kalau dirinya telah melakukan kesalahan. Sebab, telah membuat sang ayah terluka karena perkataannya.
“Sudah, biar nanti Bunda bicarakan hal ini kepada ayahmu.”
“Tapi, Bunda. Kenapa Ayah tega sekali dengan Adinda? Padahal Adinda ingin menikmati masa muda.”
Hana mengusap pundak anaknya itu, “Kamu tidak usah khawatir, mungkin Ayah itu sedang banyak pikiran. Yang membuat Ayah seperti itu.”
Adinda menghela nafas, karena tidak mau bertengkar lagi dengan ayahnya. Adinda memutuskan untuk pergi ke luar rumah, dan mencari udara segar yang mampu pikirannya kembali tenang. Adinda pergi mengendarai mobilnya, sepanjang perjalanan ia terus memikirkan permintaan ayahnya tersebut. Jauh di lubuk hati yang paling dalam, Adinda tidak ingin mengecewakan ayahnya. Tetapi ia juga tidak mungkin menikah muda. Kepala Adinda terasa pusing dan berdenyut. Hal itu membuat ia tidak focus mengendarai mobil. Dan secara tiba-tiba, ada seorang pria yang melintas begitu saja. Membuat Adinda menghentikan laju mobilnya secara mendadak.
“Astaga! Siapa itu?” Kejadian itu membuat tubuhnya condong ke arah depan.
Ia melihat seorang pria tengah berdiri kaku tepat berada di depan mobilnya. Ia tidak kalah terkejut, bahkan sampai berteriak sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua lengannya. Adinda kemudian turun untuk menghampiri pria tersebut. Terlihat seorang pria yang berpenampilan biasa saja. Mengenakan kaos polos berwarna hitam, dan sandal jepit yang melindungi kakinya.
“Kalau jalan lihat-lihat, jangan asal menyebrang begitu saja,” oceh Adinda.
“Harusnya anda yang hati-hati. Kalau mengendarai mobil itu pelan saja.”
Adinda berdecak kesal, bukannya meminta maaf, pria itu malah memarahinya.
“Anda tidak sopan sekali. Sudah tahu anda yang salah, kenapa malah menyalahkan saya?” Nada bicara Adinda meninggi.
Pria itu menatap Adinda dengan intens, ia tidak mau mempermasalahkan lebih jauh. Dan memutuskan pergi begitu saja, meninggalkan Adinda yang masih dikuasai oleh rasa kesalnya.
“Awas saja kalau bertemu, aku tidak akan pernah mengampuni pria seperti itu.”
Adinda kembali berjalan masuk ke dalam mobil. Ia mengarahkan laju mobil pada sebuah café yang terletak di kota tersebut. Tetapi sebelum ke sana, Adinda lebih dulu menghubungi Chika – sahabatnya untuk menemani dirinya.
Sampainya di cafe, Chika sudah lebih dulu sampai ke sana. Bahkan ia sudah memesankan minuman untuk dirinya dan juga Adinda. Chika melihat kedatangan Adinda dan langsung menghempaskan tasnya ke atas meja. Menyebabkan suara bising.
“Kamu kenapa? Wajah ditekuk seperti itu,” oceh Chika.
“Hari ini membuat suasana hatiku hancur. Sudah Ayah yang terus memaksa untuk menikah. Dan tadi ada pria yang tidak sopan, sudah dia yang salah dan dia juga tidak mau meminta maaf.” Adinda menceritakan semua kejadian sialnya hari ini.
Chika yang mendengar cerita itu terkekeh geli, “Hahaha. Makanya patuh dengan nasihat orang tua. Jangan melawan.”