/0/23779/coverorgin.jpg?v=5bcf84b7669a1c7f18bfc55c58b108f0&imageMogr2/format/webp)
"Cinta kadang memang gila. Percayalah, bahwa cinta bisa membuat orang gila dalam waktu satu detik saja."
Relva melangkah menjauh dari kerumunan orang-orang yang haus akan info. Tentu saja, bayangkan jika dia berada di tengah-tengah mereka, bisa dipastikan mereka semua akan mengeluarkan tinta beracunnya. Dan di sinilah Relva berada. Di belakang sekolah, sambil membayangkan kejadian seminggu yang lalu.
"Rel!" Teriakan super toa Olivia membubarkan pikiran Relva.
Gadis itu selalu membuat dirinya dekat dengan malaikat maut. Salah sedikit saja, dia akan berada di alam lain. Relva, kadang heran. Mengapa dia haruss mempunyai kakak modelan seperti itu.
"Nggak usah teriak-teriak nyet,"ucap Relva sinis.
"Hehe ... maaf. Gue mau tanya," ucap Olivia dan duduk di samping Relva.
"Lo pasti kepo kan? Kenapa tiba-tiba ada gosip gue sama Alvin."
"Kok tahu, Mbak?" tanya Olivia nyengir kayak kuda. Sepupunya itu selain kepo, dia juga haus akan info. Seperti cewek pada umumnya, bergosip adalah keahliannya. Jadi, tidak heran para cowok selalu menghosting-nya. Kadang membuat dirinya pusing dengan tingkah sepupunya. Tapi, mau heran. Kelakukan dirinya pun sama seperti kakaknya.
Banyak yang mengira mereka bukan anak dari keluarga kaya karena kelakukan mereka lebih mencerminkan remaja pada umumnya. Lebih suka main, jajan sembarangan. Bagi mereka makanan kaki lima atau di pinggir jalan, jauh lebih enak.
Dari pada di restoran ternama. Bukan hanya ramah dikantung. Namun, ramah untuk perut juga. Siapa yang tidak suka dengan makanan. Apa lagi yang mengandung lemak, sudah tahu tidak sehat. Masih saja dimakan, karena yang tidak baik itu kadang sering membuat nikmat.
"Gue udah tebak," ucap Relva mendengus.
"Yang masih gue pikirin. Kapan lo jadian sama Alvin? Kok tiba-tiba ada gosip, lo putus sama dia?" tanya Olivia kepo.
Keingintahuan kakaknya sudah mendarah daging. Sangat tidak ramah untuk dilanjutkan. Maka, jalan satu-satunya adalah. Menghindar dari pertanyaan-pertanyaan, yang akan membuat dirinya terjerumus dalam lubang kebingungan.
"Gue males bahas itu. Gue cabut," ujar Relva pergi dari hadapan Olivia yang sedang menahan amarah.
"Heran gue sama sepupu bangsat," ucap Olivia dan pergi dari tempat itu.
Kesal dengan sudaranya, Olivia lebih memilih ke kantin. Biarkan cacing di perutnya diberi asupan makanan terlebih dahulu, masalah sepupunya. Biar nanti antek-anteknya yang akan mencari info terbaru dan akurat, terpercaya.
***
Hari ini Relva dan Olivia berniat mengunjungi toko buku. Mereka sudah sangat lama tidak pernah mampir untuk membeli novel atau komik. Biasanya sekali satu minggu mereka selalu melakukan hal tersebut. Tapi, semenjak mereka ketahuan membeli novel dengan jumlah yang banyak. Membuat mereka dibatasi.
"Ingat, Rel. Lo harus beli dua, jangan kebablasan lagi." Peringat Oliv.
Sudah cukup kemarin mereka diceramahi habis-habisan. Kalau hanya satu tidak apa-apa. Tapi, ini malah seluruh rumah ikutan andil. Pekerja di rumah mereka pun ikut andil. Jadi, cari aman saja. Besok bisa beli lagi, kalau buku yang sudah mereka beli habis terbaca.
"Ya. Takut banget sih, Kak."
"Ya sih. Orang kayak lo kalau beli duka lupa waktu, yang disalahin bokap malah gue. Kan, kamvret lo. Pengen hujat, gak bisa." Kesal Oliv.
Pasalnya, gadis itu selalu membuat dirinya terkena masalah. Dan, itu selalu berdampak padanya. Ingin rasanya membuang adiknya itu. Tapi, sayang. Hatinya terlalu lembut.
Melihat foto-foto masa kecil, memperlihatkan betapa bahagia keluarganya dulu. Entah apa yang terjadi, sampai keluarga mereka seperti sekarang. Ingatan masa dulu, tidak pernah bisa diingatnya.
Entah kejadian apa yang membuat dia lupa akan hal masa kecilnya. Bahkan, dia tidak pernah tahu rupa ibu-nya. Kadang, dia merasa iri dengan keluarga temannya, yang selalu diantar oleh kedua orang tuanya. Tapi, dia hanya bisa melihat kebahagiaan keluarga bahagia itu.
"Kenapa? Ada masalah? Kalau kamu ada masalah cerita. Kenapa malah ke ruangan papa?" tanya Oliv, memperhatikan foto yang terpajang di sana. Hanya ada empat orang. Dirinya dengan Relva, dan dua laki-laki tangguh.
/0/24126/coverorgin.jpg?v=08fddb04dfe5f58a0f9bf87d1d34139d&imageMogr2/format/webp)
/0/3073/coverorgin.jpg?v=d400253f012f72d21be819472f9b7fbf&imageMogr2/format/webp)
/0/27433/coverorgin.jpg?v=7a086612048aac2fa69a096d49b2ecb7&imageMogr2/format/webp)
/0/4957/coverorgin.jpg?v=7e639c6768c9baf6407cdaa606e8af88&imageMogr2/format/webp)
/0/28727/coverorgin.jpg?v=9be90b1b4ecaf6f4ebc0c2811c170f5f&imageMogr2/format/webp)
/0/2576/coverorgin.jpg?v=1b5ef0e4bbd4bd9ebb391001cfd0dd64&imageMogr2/format/webp)
/0/4208/coverorgin.jpg?v=ef5fa7481849bbf2a8fb9e85f73eb156&imageMogr2/format/webp)
/0/10547/coverorgin.jpg?v=f5e3234d67dfe66ce919cc30049e927d&imageMogr2/format/webp)