/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
Setelah menjalin hubungan selama sepuluh tahun dan merencanakan pernikahan impian kami berulang kali, tunanganku, Kody Morgan, yang merupakan seorang CEO selalu mencari alasan untuk tidak hadir.
Sejak Tonya Buckley, teman masa kecilnya, kembali ke negara ini, pernikahanku seolah berubah menjadi bom waktu.
Wanita itu berulah pada malam menjelang pernikahanku, dan setiap kali Kody selalu meninggalkanku.
Terakhir kali, jari Tonya terluka dan hanya meneteskan beberapa tetes darah, tapi Kody malah dengan cemas menerobos lampu merah, mempertaruhkan segalanya untuk segera membawanya ke UGD, bahkan mendesak dokter untuk memeriksanya dengan teliti.
Sementara itu, aku menghadapi tatapan mengejek dari para tamu dan hanya menerima alasan meremehkan dari Kody.
"Apa harus hari ini? Kita sudah membatalkannya berkali-kali, kita jadwalkan ulang saja di akhir pekan depan. Tonya pingsan saat melihat darah, aku harus menemaninya. Kamu seharusnya lebih pengertian."
Kody mengenang kebersamaan mereka semasa kecil, mengabulkan semua permintaan Tonya, dan mengabaikanku.
Sebenarnya, aku tidak harus menikahinya.
Ketika ketidakhadirannya sudah menjadi suatu pola, aku akhirnya menikahi orang lain.
....
Malam sebelum salah satu dari sekian banyak upaya pernikahan kami, Tonya memperbarui status media sosialnya.
Foto itu menunjukkan jari rampingnya yang terluka, darah mengucur keluar.
Dia menandai tunanganku, Kody. "Kepalaku sangat pusing, yang kuinginkan hanyalah membuatkan piring buah berbentuk hati untukmu dan tunanganmu ...."
Sarafku mulai tegang, kecemasan dan kejengkelan membanjiri pikiranku.
Saat aku menghubungi nomor Kody, dia sudah dalam perjalanan ke rumah sakit bersama Tonya.
Suaranya terdengar cemas. "Tonya pingsan saat melihat darah. Hal apa yang begitu mendesak sampai-sampai kamu harus meneleponku sekarang?"
Dia hampir berteriak, dan aku bisa mendengar suara klakson yang keras.
"Aku sedang mengemudi. Sial! Kenapa lampunya merah semua!" Kody jarang mengumpat. Dalam hubungan kami yang sudah terjalin selama sepuluh tahun, emosinya selalu stabil.
Sepertinya hanya masalah yang menyangkut Tonya yang dapat membuatnya kehilangan kendali dan menghancurkan prinsipnya.
Tanganku gemetar saat memegang ponsel. "Aku hanya ingin mengingatkanmu, besok adalah pernikahan kita ...."
Namun, tidak menunggu sampai aku selesai berbicara, dia sudah menutup telepon dengan tergesa-gesa karena Tonya merintih. "Kody, kepalaku pusing. Apa aku akan mati?"
Aku menatap foto itu cukup lama. Lukanya kecil, hanya ada tetesan darah, bahkan sudah menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
Sahabat karibku, Melinda Diaz, berbaring di ranjang pengantin yang besar, mencondongkan tubuhnya untuk melirik dan memutar bola matanya.
"Luka kecil itu akan sembuh dengan cepat. Hanya Kody yang akan panik seperti itu." Kata-katanya menghancurkan harapan terakhirku.
Melihat ekspresiku yang suram, Melinda memaksakan senyum untuk menghiburku. "Kody terlalu gugup. Setelah dokter selesai merawat luka Tonya, dia akan kembali padamu untuk menebusnya. Apa kamu lupa? Terakhir kali dia bersumpah hal itu tidak akan terjadi lagi. Clara, beri dia kesempatan lagi. Dia tidak akan mengacaukan hal yang begitu penting."
Namun, yang kurasakan hanyalah kepahitan.
Kami telah merencanakan pernikahan kami ribuan kali, hal itu sudah menjadi bahan lelucon yang dibicarakan orang-orang di Kota Clarment.
Bahkan forum lokal pun memiliki tag topik karenanya.
"Apa Clara sudah menikah hari ini?"
Tiga tahun lalu, di pernikahan pertama kami, Kody datang terlambat lima jam.
Sang CEO, yang bahkan tidak bisa membuka tutup botol tanpa asistennya, menyeret koper sambil memegang bantal leher dan mantel Tonya di satu tangannya.
Dia sibuk menjemput Tonya, teman masa kecilnya, yang pergi dalam keadaan marah bertahun-tahun lalu, mendengarkan cerita-ceritanya yang tidak ada habisnya tentang pengalamannya di luar negeri, dan sepenuhnya melupakan pernikahan kami.
Saat itu dia dipenuhi rasa bersalah dan berulang kali meminta maaf padaku. "Clara, ini semua salahku. Bagaimana bisa aku melupakan sesuatu yang begitu penting? Minggu depan, oke? Aku akan memastikan kamu menjadi pengantin tercantik di Kota Clarment."
Aku belum pernah melihatnya meminta maaf seperti ini. Meskipun aku merasa dirugikan, aku memaafkannya.
/0/27357/coverorgin.jpg?v=20251110154438&imageMogr2/format/webp)
/0/20883/coverorgin.jpg?v=20250124101245&imageMogr2/format/webp)
/0/26509/coverorgin.jpg?v=830b73a37413432e6f7ce9f1b5ade740&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/20182/coverorgin.jpg?v=a53e41a2e46325c41c71a0efec4d98b5&imageMogr2/format/webp)
/0/21479/coverorgin.jpg?v=24b300694113edf57998d64514dd93bf&imageMogr2/format/webp)
/0/30473/coverorgin.jpg?v=6291851d125c9ec89171f9cd0e5c3e2e&imageMogr2/format/webp)
/0/3979/coverorgin.jpg?v=e4c4b5b5d21bd614cdac431d715f47c1&imageMogr2/format/webp)
/0/3416/coverorgin.jpg?v=eea6e42d6fcf22cb8abaf774bf65528d&imageMogr2/format/webp)
/0/18075/coverorgin.jpg?v=22197f456e123d64a5ab781d0f0a5bb5&imageMogr2/format/webp)
/0/11003/coverorgin.jpg?v=4c9c871159c713d743e3a5910adc5aa8&imageMogr2/format/webp)
/0/28645/coverorgin.jpg?v=bf78c190b73187cab22753a659402b56&imageMogr2/format/webp)
/0/30884/coverorgin.jpg?v=4a77d47b55afc497dd9b8e9762d23874&imageMogr2/format/webp)
/0/5411/coverorgin.jpg?v=26066b1e186cf3a7055c7839dabf3401&imageMogr2/format/webp)
/0/18153/coverorgin.jpg?v=f78fa773721ad8b0372ca9fa8cb631a7&imageMogr2/format/webp)
/0/5215/coverorgin.jpg?v=39958dcbcb0c5b4484b6761a5dcb8525&imageMogr2/format/webp)
/0/20412/coverorgin.jpg?v=2c495306c7fd2f60c3276826592aeffd&imageMogr2/format/webp)
/0/3047/coverorgin.jpg?v=73c715d6159b4899960b1c005f4c0ab6&imageMogr2/format/webp)
/0/15568/coverorgin.jpg?v=40d7d9b09aac8bb8daca7351dbf5c6a9&imageMogr2/format/webp)
/0/24866/coverorgin.jpg?v=f7065baf7f62da0e74ee8bf6ac37822d&imageMogr2/format/webp)