/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
Wanita cantik dengan kebaya mewah berwarna putih, duduk di atas ranjang pengantin yang telah dihias sedemikian rupa. Dia menekuk kaki lalu memeluknya dengan erat, menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan di atas lutut.
"Sekarang apa?" gumam Serena -- wanita cantik dengan wajah blasteran Jerman-Indo tersebut dengan lirih.
Dia telah resmi menjadi istri dari seorang pria bastard -- Rafael Abbas Azam, sahabat sekaligus Bosnya di kantor-- yang telah merenggut kesuciannya secara paksa dan selalu menekan Serena untuk menikah dengannya.
Pria itu … gila?! Dia dan obsesinya untuk memiliki Serena itu sangat mengerikan bagi Serena.
"Sekarang aku harus bagaimana?!" pekik Serena pelan, melengking sembari mengigit lututnya dengan air mata yang jatuh dari pelupuk.
Awal, Serena ingin membatalkan pernikahan ini. Namun karena kasihan dengan Papanya dan takut Papanya yang akan kena imbasnya, Serena mengurungkan niatnya.
"Hiks …." Tanpa sadar isakan keluar dari mulutnya, mengingat kembali foto yang dikirim seseorang ke handphonenya.
Foto Rafael yang sedang tidur dengan perempuan lain.
Ketika dia akan resmi menjadi istri dari pria bastard itu, Serena harus melihat foto itu. Sakit! Hingga rasanya Serena ingin kabur dan sembunyi dari dunia ini.
Tapi orang tuanya -- terutama Papanya yang akan terkena imbasnya. Keluarga Azam bukan keluarga sembarangan. Mereka berkuasa dan sangat disegani.
Sedangkan keluarga Lucard-- keluarga Serena, hanya dianggap babu oleh keluarga Azam.
Yah, Pamannya, Gabriel Abbas Azam (Daddy Rafael) memang sangat peduli pada keluarga Lucard karena dia bersahabat dengan Papanya Serena -- Thomas.
Serena dan Rafael menikah juga karena dijodohkan oleh Kakek mereka, yang ingin keluarga Azam dan Lucard bukan hanya sekedar rekan bisnis dan sahabat tapi juga sebuah keluarga.
Masalahnya …-
'Rafeel gila! Dia bastard, bajingan sialan!' batin Serena sembari terisak. Sejak awal dia bersi keras menolak perjodohan ini, bagaimanapun Rafael adalah sahabatnya dan Serena punya prinsip tak akan menikah dengan sahabatnya.
Sahabat adalah sahabat, cinta ada dalam sahabat, tapi sahabat tidak boleh saling mencintai. Itu prinsip Serena.
Sayangnya Rafael menginginkan pernikahan ini. Dia menginginkan Serena, mungkin tanpa adanya perjodohan ini dia juga akan tetap bersi keras menjadikan Serena miliknya. Sebab dia terobsesi pada Serena.
Yang dia tahu sejak kecil Serena adalah bidadari miliknya!
Ceklek'
Suara pintu dibuka terdengar. Serena beberapa detik menahan nafas; itu pasti Rafael,dan jantung Serena berdebar kencang, nafasnya kini melaju dan tubuhnya panas dingin.
'Siapapun tolong selamatkan aku dari Bajingan ini! Dia laki-laki bastard yang tak bisa menghargai perempuan. Dia bukan sahabatku yang dulu!' batin Serena yang sudah ketakutan.
"Serena …." Seruan riang terdengar. Suara bariton tersebut terdengar serak serak, rendah dan berat -- sangat seksi dan juga menggoda. Namun juga begitu mengerikan bagi Serena yang semakin menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan di atas lutut.
"Cih." Rafael berdecis pelan, menatap sosok perempuan yang duduk di tengah ranjang dengan sorot sayup dan dalam.
Dia menyeringai tipis, membuka tuxedo yang membungkus tubuh atletisnya sembari terus menatap penuh minat dan ketertarikan tinggi pada perempuan tersebut. Dia tahu Serena ingin lari dari pernikahan ini, tapi bukan Rafael namanya jika tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlebih dia menginginkannya sejak kecil!
Rafael naik ke atas ranjang, langsung mengambil tempat di belakang Serena.
"Kau meminta Maxim membawamu lari, Serena. Kau berpikir dia akan membantumu, Heh?!" bisik Rafael sembari mengecup tengkuk Serena, reflek membuat Serena menarik tengkuknya dan berniat menjauh dari Rafael.
Namun sayang, tangan pria itu lebih dulu melilit di pinggangnya -- melingkar di pinggang Serena dengan erat, tak membiarkan Serena beranjak sedikitpun dari dekatnya.
"Maxim lebih mendengarkan ucapan ku dibandingkan orang tuanya. Bagaimana bisa kau berpikir dia akan menuruti ucapanmu, Stupid?!" Rafael mengeram rendah, kepalanya tepat berada di sebelah daun telinga Serena -- sesekali dia mengigit pelan daun telinga perempuan tersebut. "Semua orang tahu jika kau ini milikku, Serena. Kau tidak bisa kabur kemana-mana!" tambahnya dengan nada yang semakin dingin dan penuh ancaman.
Serena menarik kepalanya, risih dengan perlakukan Rafael. Dia juga mendorong pundak pria itu dan berusaha melepaskan tangan Rafael dari perutnya. "Menyingkir!" pekik Serena pelan dengan suara lirih dan bergetar takut.
"Menyingkir?" Rafael terkekeh pelan, kekehan merdu yang malah terasa mengerikan bagi Serena. "Aku akan menyingkir setelah kau memuaskanku, Wife."
"Kita akan melakukan malam pertama," bisik Rafael dengan nada berat, meniup daun telinga Serena secara erotis.
"Lepaskan aku!" Serena memberontak, menyikut perut Rafael lalu berniat kabur dari atas ranjang.
Rafael dengan cepat menarik kaki Serena, membuat perempuan itu berakhir tengkurap di atas ranjang. Rafael menyeringai puas, membalik tubuh Serena agar menghadapnya dengan langsung membuka kebaya pernikahan Serena dengan santai.
"Kenapa? Kau takut sakit, Darling?" kekeh Rafael, mencondongkan tubuhnya ke arah Serena dengan satu tangannya yang menahan kedua tangan Serena untuk tak memberontak dan satu lagi membelai pinggiran wajah Serena secara sensual. "Seharusnya ini tak akan sakit, Baby Girl. Kita sudah pernah melakukannya sebelum ini," bisik Rafael, mendekatkan wajahnya ke wajah Serena -- mencium bibir perempuan itu dengan lembut.
"Rafael, kau menjijikkan!" pekik Serena marah dan kesal, setelah Rafael melepas pangutan bibir mereka. "Setelah kau tidur dengan Jenner, kau menikahiku. Dan sekarang … hiks … kau ingin menyentuhku?! Aku tidak Sudi!" Serena memekik pada akhir kalimat, terus memberontak dan menangis.
Jika bukan karena memikirkan Papanya, Serena tak akan mau menikah dengan Rafael. Pria ini bastard!
Di hari dia akan menikah, bisa-bisanya dia tidur dengan perempuan lain?! Dan Jenner sialan itu-- dia mengirim fotonya yang tidur dengan Rafael pada Serena.
"Syuut!" Rafael menyentak, mengisyarkan agar Serena diam. "Berhenti mengatakan Bullshit dan puaskan aku sebagai suamimu!"
"Aku tida mau, Rafael. Kau bajingan! Hiks … kau bastard! Harusnya aku kabur dan lari dari pernikahan ini. Kau sialan!" marah Serena, memekik marah dan benar-benar naik darah karena kelakuan keji Rafael.
Tanpa merasa bersalah dan merasa berdosa, Rafael terus menyentuhnya. Bahkan pria ini tak menjelaskan apapun mengenai foto itu, dia tidak merasa salah!!
"Yes, Baby Girl. Bastard adalah nama tengahku." Rafael berucap serak, menyeringai iblis sembari melancarkan aksi-aksinya -- tanpa peduli isakan dan air mata Serena.
"Rafael … aku benar-benar tidak mau! Hiks … jangan!" Serena kembali panik dan histeris. Rafael berhasil melucutinya dan pria itu akan melakukannya.
Ini menjijikkan! Serena tidak mau! Persetan jika dia akan menjadi istri durhaka!
"Kau pikir aku peduli, heh?! Terus menangis, Darling. Aku suka suara manismu." Rafael kembali menyunggingkan evil smirk-nya, memperhatikan wajah sembab dan ketakutan Serena -- yang membuatnya semakin terangsang dan tergoda.
Serena sangat seksi! And she belongs to Rafael.
***
"Kau ingin mandi, Serena?" tanya Rafael ketika melihat istrinya tersebut telah bangun.
Ah, senangnya! Sekarang Serena benar-benar menjadi istrinya dan semua orang tahu jika Serena adalah miliknya.
Serena langsung membuang muka. "Bukan urusanmu!" ketusnya dengan duduk secara perlahan.
Demi Tuhan! Ini lebih sakit dari yang pertama kali. Tubuhnya serasa remuk, intinya masih perih dan pahanya terasa berat dan kebas. Jika Rafael bilang ini yang kedua dan tak akan sakit lagi, tapi kenapa Serena merasa ini lebih sakit dari yang pertama?!
"Aku bisa membantumu ke kamar mandi." Rafael mengulurkan tangan ke kepala Serena, mengacak pucuk kepala istrinya tersebut secara lembut.
"Aku tidak butuh bantuanmu! Aku bukan perempuan lemah!" ketus Serena, dia menepis kasar tangan Rafael dari kepalanya lalu melilitkan selimut ke tubuhnya -- membungkus tubuh polosnya dengan selimut dan berniat beranjak dari sana.
"Auuu …." Serena meringis pelan, padahal dia hanya berdiri dan kenapa se sakit ini.
"Baiklah, kurasa kau memang tidak butuh bantuanku." Rafael berucap datar, langsung bangkit dari ranjang dan berniat lebih dulu ke kamar mandi.
"Rafael." Serena menyeru cepat, menoleh ke arah Rafael dengan wajah malu bercampur tak enak.
"Katakan." Rafael berhenti melangkah, bersedekap sembari menatap datar pada Serena.
"Kakiku sakit, aku-- aku …-"
"Cik." Rafael berdecak pelan, menghampiri Serena dan langsung menggendong perempuan itu -- membawanya ke kamar mandi. "Keras kepala dan gengsi!" komentar Rafael setelah memasukkan Serena ke dalam bath up.
***
Serena dan Rafael berjalan bersama, ke ruang makan yang ada di villa keluarga Azam -- jauh dari perkotaan dan berada di perkebunan milik keluarga Azam.
Setelah pesta pernikahan Serena dan Rafael, tadi malam mereka semua langsung ke mari. Entah ini pengalihan masalah, tapi villa ini adalah ide Rafael.
Dia yang menyarankan keluarga Azam dan keluarga Lucard berkumpul di villa-- dengan embel-embel merayakan kebahagiaan bersama karena telah berhasil mewujudkan impian mendiang Kakek mereka.
Yah, Rafael licik dan cerdik! Semua orang bisa ia manipulasi.
/0/14227/coverorgin.jpg?v=20250123115839&imageMogr2/format/webp)
/0/6492/coverorgin.jpg?v=20250120180003&imageMogr2/format/webp)
/0/4406/coverorgin.jpg?v=58c06b9e512d4cbaa7ff6f716c071fa7&imageMogr2/format/webp)
/0/19448/coverorgin.jpg?v=20240830165606&imageMogr2/format/webp)
/0/23403/coverorgin.jpg?v=20250425210404&imageMogr2/format/webp)
/0/18949/coverorgin.jpg?v=20251211134032&imageMogr2/format/webp)
/0/9818/coverorgin.jpg?v=20250122182530&imageMogr2/format/webp)
/0/26720/coverorgin.jpg?v=20251106164513&imageMogr2/format/webp)
/0/29163/coverorgin.jpg?v=c354ec2c6aed2db5390990818807a52d&imageMogr2/format/webp)
/0/2470/coverorgin.jpg?v=f60419e9f54eeb9c9c253fb2146be12d&imageMogr2/format/webp)
/0/22082/coverorgin.jpg?v=ad2b0922cd8b095696d41f8ce878db88&imageMogr2/format/webp)
/0/8544/coverorgin.jpg?v=dabe4e2a9b37bf2fcd76697af718842d&imageMogr2/format/webp)
/0/26701/coverorgin.jpg?v=20251106140852&imageMogr2/format/webp)
/0/27132/coverorgin.jpg?v=20251106164945&imageMogr2/format/webp)
/0/27200/coverorgin.jpg?v=20250926002836&imageMogr2/format/webp)
/0/27225/coverorgin.jpg?v=20251019182523&imageMogr2/format/webp)
/0/26710/coverorgin.jpg?v=20251106140956&imageMogr2/format/webp)
/0/29189/coverorgin.jpg?v=20251106221044&imageMogr2/format/webp)