/0/20791/coverorgin.jpg?v=e65667aa7d62f9ca14b86f6ae32ad138&imageMogr2/format/webp)
Lapangan futsal yang bernuansa hijau dengan dibatasi pagar pembatas yang sedikit berjarak renggang dan menjulang tinggi tidak menghalangi perhatian seorang laki laki yang sedang duduk di bangku cadangan dengan keringat yang bercucuran tak henti menandakan dirinya membutuhkan asupan oksigen dan air, pandangan nya jatuh terpana pada sosok wanita yang sedang di bicarakan teman se tim nya.
Wajahnya terlihat sangat manis apalagi dengan setitik tanda hitam di atas bibir bagian atasnya.
"Gila itu cewek damage nya gak ada obat" Kini Raksa seorang lelaki hoby futsal ini berbicara sambil membersihkan keringat dengan handuk kecil berwarna putih.
Teman nya yang bernama Reza pun menyahut menandakan pembahasan tentang Wanita itu akan memanjang "Iye sih lo bener, manis anjir jadi pengen kenalan" Dia berucap sambil memainkan rambutnya yang penuh keringat itu.
"Nama nya siapa ya??" Dia kembali bertanya sambil melemparkan handuk yang tadi berada dibahunya ke kursi yang kosong.
"Yumna syaqila, 12 Mipa1" Tiba Tiba Sosok pria itu berbicara sambil melangkahkan kakinya pergi dari lapangan, sukses membuat perhatian teman tim nya berpaling dari sosok wanita tadi.
Teman nya yang berjumlah enam orang itu tidak terima atas ucapan teman nya, bagaimana bisa sosok Nizam si pintar yang pendiam bisa mengenali sosok perempuan tanpa memperlibatkan mereka semua.
"Woyy Tunggu bro!" kini bagian Dhefan yang berbicara melenggangkan kakinya mengejar teman nya yang bernama Nizam ke ruang ganti.
Dengan di ikuti lima orang lagi dibelakang nya dengan ekspresi dari satu persatu nya tiidak dapat dijelaskan, entah terkejut karena Nizam mengetahui nama wanita yang selama ini mengganggu pikiran mereka atau justru senang karena akhirnya Niizam bisa berani mengenal sosok wanita?.
Udara diruang ganti sangat dingin , apalagi 6 pasang mata kini sedang menatap Nizam tanpa henti, tatajam mereka menusuk seolah meminta klarifikasi pada sosok yang mereka anggap sangat pendiam. Dialah Muhamad Nizam , sosok laki laki pendiam dengan postur tinggi serta kulit sawo matang dengan wajah yang dianugerahi hidung bibir mataa dan alis yang sempurna memikat siapa saja yang melihatnya.
Nizam mengerutkan alisnya sebagai tanda bahwa dirinya mempertanyakan tatapan misterius teman nya
"Lo dari kapan merhatiin cewek zam?" Suara Reza kembali memecahkan suasana yang sempat hening.
Nizam yang merasa tersudut kini angkat bicara dengan gaya khas nya santai namun terlihat berwibawa "Gue gak merhatiin, gue tau namanya doang emang salah??.
~~
Burung burung berkicau dihalaman rumah yang bercorak tradisional ini, rumah nya sederhana, dengan nuansa warna cokelat dengan lantai yang masih kayu serta perabotan yang masih bernilai zaman dahulu, tempatnya di lingkungaan pedesaan, hamparan sawah membentang luas dari utara hingga selatan yang terlihat jelas dari bagian atas rumah ini sukses membuat siapa saja yang berkunjung akan betah.
Pagi ini nizam mengundang teman-teman nya ke rumah kayu milik nya sekedar berkumpul seperti para anak muda dan membahas tentang pertandingan bola voli yang akan mereka lakoni atas permintaan pihak sekolah ajang pembuktian ditingkat provinsi. Enam laki laki berpostur tinggi dengan badan ideal seorang atlet satu persatu sudah sampai, enam buah sepeda sudah terjejer rapi di depan rumah, pertanda bahwa semuanya sudah hadir.
“Mangga sok taruang (silahkan dimakan)" Ucap sosok wanita yang berusia sekitar 50 tahun itu sambil ikut duduk melingkar diantara teman teman anak nya, dia adalah ibunya Nizam.
Mendengar penawaran dari ibunya nizam, Reza pun mengambil Pisang goreng yang berada diatas piring itu sambil berkata dengan bahasa sunda “Reza ukeun hiji nya bu (Reza minta satu ya bu).
/0/13205/coverorgin.jpg?v=9af290515da8dd995ad0829d60f3154b&imageMogr2/format/webp)
/0/18347/coverorgin.jpg?v=20240808161035&imageMogr2/format/webp)
/0/25069/coverorgin.jpg?v=8f5c898fcd038a164b525c006d064284&imageMogr2/format/webp)
/0/27975/coverorgin.jpg?v=f9113a627856430b5690ee1ba4d47dc7&imageMogr2/format/webp)
/0/20514/coverorgin.jpg?v=cbae0145facc47724d4ece626a5abb5f&imageMogr2/format/webp)
/0/21468/coverorgin.jpg?v=b4f10ed7f590a8668d58329165d920e6&imageMogr2/format/webp)
/0/2803/coverorgin.jpg?v=ffa386ca456f3c3b81860a2d40b3605a&imageMogr2/format/webp)
/0/8061/coverorgin.jpg?v=20250122152339&imageMogr2/format/webp)
/0/25199/coverorgin.jpg?v=20250821143607&imageMogr2/format/webp)
/0/16288/coverorgin.jpg?v=20240419170156&imageMogr2/format/webp)
/0/27523/coverorgin.jpg?v=20251103185550&imageMogr2/format/webp)
/0/26512/coverorgin.jpg?v=20251202100039&imageMogr2/format/webp)
/0/28799/coverorgin.jpg?v=20251203182424&imageMogr2/format/webp)
/0/3465/coverorgin.jpg?v=9767702e9981d977baf1854fdb1d1a2b&imageMogr2/format/webp)
/0/22398/coverorgin.jpg?v=5da51303f22197156232dcfe79930993&imageMogr2/format/webp)
/0/24881/coverorgin.jpg?v=20250717211047&imageMogr2/format/webp)
/0/26688/coverorgin.jpg?v=c4b3c2c782fc14e4cf02f18cc7392d82&imageMogr2/format/webp)
/0/20041/coverorgin.jpg?v=d3ae2b6c1b626d2e5ef8a039fdd81681&imageMogr2/format/webp)