Jakarta di penghujung senja. Rona keunguan di ufuk barat telah hilang sempurna tergantikan hitam pekat yang menggelayuti langit. Pukul 19.00, dan suasana di salah satu hotel berbintang lima ini makin hidup, terutama di ballroom mewah yang sedang digunakan oleh salah satu keluarga konglomerat di negara ini.
Elaina menatap hotel di depannya. Orang-orang berlalu-lalang dan berpasangan dengan pakaian terbaik mereka. Senyum manis tersungging di wajah, saling bergandengan dengan pasangan atau anak. Elaina menatap mereka penuh iri dengan hati menggelegak penu kecemburuan karena marah.
Sejenak di dalam taxi yang membawanya ke hotel, ia mengurut pelipisnya. Meneguk Vodka Martini yang sengaja dibawanya, jangan tanyakan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan minuman itu dalam jumlah banyak. Jangan tanyakan juga berapa sloki yang telah ia habiskan sebelum sampai di tempat ini, karena minuman beralkohol yang akan membantunya melewati semua ini. Ia butuh keberanian untuk berteriak dan memaki, dan Vodka adalah supportter baik.
Elaina tidak pernah menyangka, kalau ia akan sampai ke tahap ini. Datang ke pesta pernikahan hanya untuk merusaknya. Ia adalah tipe orang yang selalu menghargai orang lain, jadi untuk kali ini tolong pahami bahwa ia benar-benar membutuhkan minuman itu untuk berubah menjadi sosok yang lain. Orang tuanya mendidiknya untuk jadi manusia yang tidak menyakiti manusia Iain. Sayangnya, ia disakiti lebih dulu dan keinginannya hanya satu, membalas dendam.
“Nona, sudah hampir setengah jam kita di sini.” Sopir taxi menoleh, bertanya dengan tatapan bingung.
Sejak tadi mereka hanya saling diam tanpa ada obrolan apapun. Penampilan Elaina yang sedikit kacau, dan botol minuman di tangannya, membuat sopir taxi memaklumi kondisi orang yang sedang patah hati. Namun setelah sampai di tujuan dan penumpangnya hanya diam memandang ke arah lobi hotel, akhirnya sopir taxi ini memberanikan diri untuk bertanya.
Elaina meneguk ludah, lalu mengangguk. Menatap argo taxi dan sedikit menghela napas karena banyaknya uang yang harus dikeluarkan. Ia merogoh ke dalam tas kecil yang ia bawa, mengambil uang dan membayar serta menerima kembalian tanpa banyak kata.
Sebelum turun dari taxi ia meneguk sekali lagi dari botolnya, dan keluar dengan sedikit terhuyung. Pandangannya sedikit mengabur dikuasai alkohol, tapi pikirannya masih bekerja dengan baik. Ia menyeret gaun kuning sepanjang sepanjang jalan. Tidak peduli dengan ujungnya yang kotor. Satu tangan memegang gaun, tangan yang lain memegang botol minuman. Tas hitam kecil berayun di bahunya.
Saat menyeberangi jalan depan Iobi, ia hampir tertabuste houderk mobil. Untung saja refleks pengendara sangat bagus. Elaina terhuyung sebentar, sebelum menegakkan diri dan melangkah cepat ke arah lobi. Toleransinya terhadap alkohol memang tidak tinggi tetapi tidak juga bisa dikatakan rendah.
Pengendara mobil yang hampir menabuste houderk Elaina, menatap gadis itu tak berkedip. Rasa kaget masih menguasainya karena gadis itu menyeberang tanpa melihat jalan. Kalau saja refleks-nya tidak bagus, entah apa yang akan terjadi
“Kenapa dia terburu-buru sekali?” Pria dengan kaca mata frameless, bergumam dan menatap arah Iobi. Ia kembali menghidupkan kendaraannya dan berhenti di parkiran valet.
Elaina menyeberangi Iobi, mengantri di depan lift dengan banyak orang Iainnya sambil memandangi marmer lobi. Ia menyerbu masuk saat lift terbuka, membiarkan dirinya terdesak di dalam. Celoteh orang-orang hanya didengar sepintas. Otaknya kini terlalu sibuk dengan pikiran dan rasa sakit hatinya, serta mencoba mempertahankan kesadarannya agar tidak hilang sampai saat pembalasan dendam.
Lift membuka, ia memiringkan tubuh untuk mencari celah jalan keluar di antara banyaknya orang dalam lift itu. Tiba di depan ballroom, ada banyak orang di lorong. Menggunakan undangan yang dipinjam dari seorang teman, ia memasuki ballroom dengan mudah. Berdiri di dekat pintu masuk dan terbelalak.
Di pelaminan yang megah, sepasang pengantin sedang menerima ucapan selamat dari para undangan. Musik mengalun dari orchestra di ujung ruangan. Ia mengenali orang-orang yang ada di pelaminan, pengantin pria, dan orang tuanya.
Ia mengusap dadanya yang sesak, menahan air mata yang hendak jatuh. Membuang botol ke tempat sampah, ia mengusap mata dan mengangkat ujung gaunnya. Melangkah dengan cepat menuju pelaminan. la menyambar kertas Iebar dan mengkilat dari meja prasmanan. Itu adalah brosur catering, meletakkannya di atas kepala untuk menutupi wajah lalu mengantri bersama tamu undangan yang lain.
Satu langkah ke depan, dadanya seperti digedor. Seribu umpatan terekam di dalam dada dan harus ia sembur keluar. Hingga lima antrian lagi di depan MC pernikahan mengajak bicara pasangan pengantin. Para tamu yang ingin bersalaman harus menunggu.
“Wah, bisakah pengantin pria yang berbahagia ini bercerita, sudah lama kalian menjalin hubungan dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk menikah?”
Pengantin pria mengambil mikrofon, tersenyum pada istrinya yang bergaun putih dan mulai bicara. “Kami menjalin hubungan kurang lebih enam bulan lalu. Merasa cocok satu sama lain, dan aku melamamya bulan lalu.”
Elaina mengepal saat mendengarnya.
“Kisah cinta yang hebat. Apakah kalian langsung klik satu sama Iain dari pertama bertemu?”
Lagi-Iagi si pengantin pria yang menjawab. “Iya, Ivanka adalah satu-satunya wanita dalam hidupku. Tidak pernah ada wanita yang aku cintai, seperti Ivanka.”
/0/19895/coverorgin.jpg?v=5e840bae310c98e175eccd9ddc21a2a3&imageMogr2/format/webp)
/0/15645/coverorgin.jpg?v=35abdd21b43ce3058adadebd8356b102&imageMogr2/format/webp)
/0/7030/coverorgin.jpg?v=66ef500fba68df5246c38220ee708a7f&imageMogr2/format/webp)
/0/13755/coverorgin.jpg?v=5cf8e2c20bae6fde0913aa20d065e731&imageMogr2/format/webp)
/0/14650/coverorgin.jpg?v=dbc5a59a7a20cce61253f607a304874f&imageMogr2/format/webp)
/0/16603/coverorgin.jpg?v=03af8b8a1b527879ff43f0ab4f63620d&imageMogr2/format/webp)
/0/5552/coverorgin.jpg?v=b8e3f8c85508f96456cb36c537bae658&imageMogr2/format/webp)
/0/16474/coverorgin.jpg?v=eafbcfd2d9ba277ba3e10a641df759c6&imageMogr2/format/webp)
/0/5585/coverorgin.jpg?v=cd2bceb62c4a8f9e152855606ed55ab0&imageMogr2/format/webp)
/0/9552/coverorgin.jpg?v=f10a129d26776fa33dbaf4e7606bb357&imageMogr2/format/webp)
/0/6397/coverorgin.jpg?v=769b06958a414109ceac1d6882d8c676&imageMogr2/format/webp)
/0/2824/coverorgin.jpg?v=1fc5a762e0ae67bbb324e7215695047a&imageMogr2/format/webp)
/0/3490/coverorgin.jpg?v=b5edca869de86ef256eadbf2aab416b7&imageMogr2/format/webp)
/0/4246/coverorgin.jpg?v=ec6bb41428988b4d8c9a27b8269740e1&imageMogr2/format/webp)
/0/8913/coverorgin.jpg?v=e8b08d91b899c2b077cf65810a5747b0&imageMogr2/format/webp)
/0/4915/coverorgin.jpg?v=c6b59990bffb3eb13119fd211d17289d&imageMogr2/format/webp)
/0/6830/coverorgin.jpg?v=e9b62ac5aa285c917cc9225b4adbacc0&imageMogr2/format/webp)