Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
“Alana mana minuman dan sarapanku? Ayo cepat Alana! Bisa-bisa aku telat nih.”
Wanita berparas biasa-biasa saja dengan daster lusuh berjalan tergopoh-gopoh dengan nampan berisikan sarapan pagi dan minuman hangat untuk suaminya.
Ia tetap tersenyum memperlakukan dengan baik David bak seorang raja.
“Ntar aku pulang dini hari, kamu nggak usah nungguin. Tidur aja kamu duluan!”
“Oh iya Mas. Tidak apa-apa kalau begitu. Aku sudah biasa menunggu kamu pulang kerja larut malam tiap hari kan?” ucap Alana memperlihatkan senyuman simpulnya.
“Iya, tapi tidak perlu juga kamu menunggu. Aku tidak tau pasti akan pulang jam berapa. Jadi, kamu tidak perlu begadang segala, hanya untuk menunggu aku pulang. Lagian, aku membawa kunci cadangan." Jelas David bersikap santai di hadapan sang istri.
“Ya sudah aku berangkat dulu.” David pamit mengabaikan Alana yang hendak mencium punggung tangan sang suami.
Alana hanya terpaku berdiri di ambang pintu, menatap David tampak buru-buru menjalankan mobilnya. Alana melihat jika sang suami tengah berkomunikasi via ponsel dengan seseorang, meski pun mengemudi mobilnya.
“Mas. Kamu semakin cuek saja padaku, dan ini bukan untuk pertama kalinya kamu mengacuhkanku, buru-buru pergi ke kantor. Kamu selalu terlihat bahagia ketika berkomunikasi entah dengan siapa melalui handphonemu.” Alana membatin.
Alana menarik napas panjang seraya kembali bergumam sendiri.
“Ya sudahlah. Biarkan saja. Apapun yang terjadi yang penting aku bahagia memiliki suami seperti mas David. Aku tidak ingin dia meninggalkanku, jadi aku harus berprasangka baik padanya. Jangan sampai pikiran buruk itu menguasai jiwaku membuat aku berasumsi yang bukan-bukan terhadap suamiku. Apapun yang dilakukan di sana, aku yakin dia pasti tidak akan menyakiti perasaanku.” Alana pun bergegas masuk kembali ke dalam rumahnya.
Ia pun melangkah mendekati kamarnya berberes-beres dan merapikan kembali kamar yang kerap ia huni berdua dengan sang suami. Meskipun, semenjak dua tahun belakangan ini David terlihat begitu sibuk. Tidak pernah pulang tepat waktu, justru ia lebih sering pulang dini hari bahkan pagi hari. Namun Alana selalu menepis setiap pikiran buruk yang hinggap di kepalanya perihal sang suami di luar sana.
Dia pun mengambil pakaian kotor David yang tergeletak di atas lantai kamar. Sepertinya itu pakaian kerjanya semalam yang tak sempat ia taruh keranjang kain kotor. Alana pun mengutip kemeja sang suami yang berada di lantai kamar. Namun ketika ia hendak mengangkatnya, ada sesuatu yang terjatuh dari saku kemeja tersebut.
“Apa ini? Ponsel siapa ini? Mas Davidkah? Masak sih? Setahuku Mas David hanya memiliki satu ponsel yang kerap ia bawa kemana-mana. Sekalipun ke kamar mandi, ponselnya tak pernah lepas dari genggamannya. Lalu ini ponsel siapa ya?” Alana tampak kebingungan seraya memegang sebuah ponsel yang baru pertama kali ia lihat.
Ia pun menyalakan ponsel yang masih dalam genggamannya. Ketika benda pipih itu aktif, ternyata ponselnya tak terkunci. Sehingga Alana pun mulai memeriksa ponsel tersebut, dengan maksud mengetahui siapa pemilik dari ponsel yang berada dalam satu kemeja kerja suaminya. Pesan pun bertubi-tubi masuk. Alana pun semakin penasaran, ia pun antusias untuk melihat pesan-pesan yang bertubi-tubi masuk ke dalam aplikasi hijau yang ada dalam ponsel tersebut.
“Istriku?”
Alana mulai membaca nama si pengirim pesan. Ia semakin penasaran, sebuah pesan masuk begitu banyak dari seseorang dengan nama istriku. Alana pun mulai membuka pesan pertama yang masuk ke ponsel yang belum jelas pemiliknya.
“Suamiku. Aku kangen nih. Maunya berduaan terus dengan kamu,” Alana membaca pesan tersebut yang dikirimkan oleh seseorang yang ditujukan entah untuk siapa.
“Istriku? Suamiku? Siapa perempuan ini? Lalu siapa pria yang diakui sebagai suaminya? Apakah ini ponsel milik mas David? Ya Tuhan. Jangan sampai itu benar-benar terjadi." Batin Alana mulai merasa gelisah.
Alana pun kembali membaca pesan berikutnya.